Fans MotoGP yang jeli pasti bisa melihat sesuatu yang janggal selama sesi uji coba di Sepang dan Mandalika lalu.
Aprilia, Ducati, Honda dan KTM memiliki aero kit yang besar pada motor mereka, seperti sayap atas yang besar ditambah sayang sidepod, kecuali Aprilia saja yang tidak memasang sayap sidepod. Suzuki tidak memasang aero besar pada motornya. Di lain pihak, ketika Yamaha sempat menguji coba sayap besar dan sayap sidepod kecil di Sepang, Fabio Quartararo langsung komplain bahwa pemasangan sayap besar dan sayap sidepod ini akan meningkatkan hambatan angin atau drag yang membuat motor Yamaha M1 yang sudah lamban di top speed menjadi lebih lamban lagi.
Lalu kenapa hal ini terjadi ?
Keenam pabrikan MotoGP berlomba mendapatkan efek downforce untuk meningkatkan performa motor, karenanya dikembangkanlah aero yang lebih besar di musim 2022. Tapi motor tidak akan mendapat downforce bila tanpa mendapat drag atau hambatan angin. Mesin V4 yang lebih bertenaga bisa mengatasi extra drag yang didapat dari aero besar ini, tapi tampaknya mesin inline-4 yang bertenaga lebih kecil tidak bisa mengatasinya. Tentunya ini kabar buruk bagi Suzuki dan Yamaha.
Perang pengembangan downforce mulai terjadi di 2016, ketika Ducati menambahkan beberapa sayap di motor Desmosedicinya. Ide ini muncul untuk mengatasi kelemahan program anti-wheelie di spek elektronik MotoGP yang baru, yang pada prakteknya membuat front end motor tetap tidak terangkat saat keluat tikungan, sehingga memungkinkan pembalap berakselerasi lebih agresif.
Pabrikan rival dengan cepat mengikuti inovasi Ducati. Dan saat para insinyur MotoGP mulai mempelajari aero lebih dalam, mereka segera menyadari bahwa aerodinamik downforce tidak hanya membantu motor mengatasi wheelie.
Desain aero downforce yang benar membuat motor jadi lebih stabil dalam pengereman sehingga memungkinan pembalap bisa melakukan late braking lebih dalam. Juga membuat motor menikung lebih baik karena meningkatnya grip dan feeling front end motor, ditambah membuat motor menjadi lebih mudah menjaga racing linenya ketika melibas tikungan.
Keuntungan lain dengan hadirnya aero downforce yang besar adalah ketika pembalap mulai membuka gas ketika keluar tikungan. Di momen ini distribusi beban akan berpindah ke ban belakang sehingga menurunkan grip ban depan, yang mana akan membuat motor cenderung melebar dan pembalap terpaksa harus menurunkan gas agar bisa kembali ke racing line yang benar. Hal ini tidak terjadi ketika motor dipasang aero downforce besar, karena beban ekstra yang diterima fornt end motor membuat ban depan tetap menyentuh aspal sehingga motor bisa menikung dengan baik.
Oleh karena itu motor dengan aero downforce yang baik akan membantu pembalapnya melaju lebih cepat melibas tikungan sekaligus keluar tikungan dengan baik. Dengan semua keuntungan inilah alasan mengapa aero besar merupakan hal yang sangat penting di musim MotoGP 2022, karena pabrikan mana sih yang mau menolak teknologi yang akan membuat motor menjadi jauh lebih cepat di semua sirkuit.

Aprilia adalah pabrikan pertama yang mengikuti penggunaan aero besar seperti Ducati, dengan menambahkan sayap besar depan pada motor RS-GP 2021 nya. Tahun ini Honda akhirnya mulai serius juga dengan memasang desain sayap yang lebih besar dari sebelumnya ditambah sayap sidepod pada motor RC213V 2022. Di saat yang sama KTM juga memasang sayap atas 2 tingkat yang lebih besar dan sayap sidepod pada motor KTM RC16 nya.

Yamaha juga sempat mencoba sayap yang lebih besar dan sayap sidepod di 2 hari tes Sepang namun Quartararo tidak terkesan dengan hasilnya. Quartararo menilai bahwa hadirnya paket aero baru ini memang membuat motor berkurang efek wheelienya namun top speednya semakin menurun karena di Sepang memiliki lintasan lurus yang sangat panjang. Jadi di satu sisi motor menjadi lebih cepat di area exit corner namun harus mengorbankan top speed.
Quartararo sebelumnya sudah merasakan Yamaha menjadi motor terlamban dalam hal top speed, jadi top speed yang tambah berkurang lagi akibat sayap yang lebih besar ini jelas bukan hal yang dia butuhkan, karena saat Quartararo harus bertarung dengan motor yang lebih punya top speed tinggi dia akan sangat kesulitan menemukan ruang yang bisa dimanfaatkan motor Yamaha M1 di area corner speed.
Quartararo menilai mungkin aero dwonsforce besar ini bisa dipakai di sirkuit Jerez dan Mandalika, dimana sirkuit ini tidak punya lintasan lurus yang panjang. Tapi mengubah aero dari satu sirkuit ke sirkuit lainnya tidak ideal, karena mengubah aero downforce berarti juga mengubah setup suspensi depan. Dan ini jelas bukanlah hal yang diinginkan pembalap karena mereka harus beradaptasi pada feeling yang berbeda dari masing masing setup front end.
Ducati Desmosedici sejak lama menjadi motor yang paling powerful di MotoGP, saat ini tenaga motornya berkisar 300 horsepower. Inilah yang membuat pabrikan asal Bologna ini memungkinkan memasang lebih banyak aero dari motor manapun di MotoGP, dan masih tetap menjadi motor yang paling tinggi dalam hal top speed. Di Sepang, 4 dari 6 motor tercepat adalah dari Ducati, dan di Mandalika, 5 motor tercepat semuanya dari Ducati.
Honda akhirnya mengikuti Ducati dengan bekerja keras pada mesinnya selama musim dingin, tujuannya agar motor RC213V memungkinkan untuk dipasang aero downforce lebih besar tanpa kehilangan top speed.
Tentu memungkinkan juga mendapat efek buruknya bila penggunaan aero downforce ini berlebihan, bahkan jika dipasang di motor V4. Tahun lalu KTM RC16 seringkali menjadi motor tercepat kedua dalam hal top speed, namun di Sepang dan Mandalika top speednya bisa dikalahkan oleh motor Suzuki GSX-RR, yang mana memiliki tenaga lebih di musim 2022 ini dan masih menggunakan aero paling minim dari semua motor pabrikan lain.
Oleh karena itu jangan terkejut bila nantinya KTM akan sedikit merevisi desain aeronya di musim pembuka di GP Qatar nanti, saat 2 pilihan aero bagi masing masing pembalap wajib di homologasi sebelum sesi Free Practice dilaksanakan. Dan tidak menutup kemungkinan juga bila pabrikan lain juga akan menampilkan aero yang direvisi di Qatar, berdasarkan data yang telah mereka pelajari sepanjang sesi uji coba pra musim karena komponen ini sangat berpengaruh besar dalam mendapatkan downforce motor secara tepat.
*source: Mat Oxley