Sesi tes resmi pra musim bulan lalu bisa dibilang merupakan bencana bagi Jack Miler. Miller mengakhiri tes pramusim di Portimao dengan bertengger di tempat ke 17, yang mana masih lebih baik 1 tingkat di tes pramusim Sepang di bulan sebelumnya.
Tentu saja sesi tes bukanlah keadaan yang mirip seperti balapan, namun saat pembalap tidak menampilkan kecepatan seperti yang diharapkan maka itu adalah pertanda buruk .
Namun Miller membalikkan semua pertanda buruk itu di sesi practice pada hari jumat kemarin, dengan memecahkan rekor laptime sirkuit Portimao di Practice 2. Tidak ada orang yang menyangka hal itu, bahkan dari kubu KTM sendiri.
Hal ini diungkap insinyur KTM, Paul Trevathan yang menyebut bahwa setelah tes pramusim di Portimao bulan lalu, dirinya tidak pernah berpikir pembalap KTM bisa mencetak waktu 1 menit 37 detik, namun Jack Miller secara mengejutkan bisa mencetak waktu 1 menit 37,7 detik, yang mana ini membuatnya sangat terheran heran.
Keesokan paginya Miller bahkan bisa mencetak catatan waktu 1 menit 37,5 detik, yang mana ni membuat Miller memimpin masuk langsung ke Q2. Baru kemudian disini Trevathan menyadari bila mungkin para insinyur KTM melewatkan pengetahuan teknis pada motor KTM RC16, yang mana sebenarnya motor ini mempunyai potensi lebih.
Miller bahkan kemungkinan besar bisa berada di posisi start yang lebih baik dari hanya sekedar start ke lima, bila dia tidak crash di tikungan 3 selama percobaan run keduanya di Q2. Di momen ini Miller mengakui bahwa dia melakukan kesalahan. Hal ini karena footpeg motornya terlalu lengket sehingga dia sulit menggeser kaki kanannya untuk menginjak rem dengan tepat, alhasil Miller tiba di tikungan 3 terlalu cepat dan crash.
Namun terlepas dari itu Miller mengaku bila motor KTM memberinya kepercayaan diri lebih di bagian front end. Hal ini bisa terlihat saat Sprint Race, Miller bisa langsung berani menyodok ke depan dan mampu melancarkan maneuver overtaking banyak pembalap. Ini pula yang membuat Miller sangat menyukai format Sprint Race karena membuat adrenalinnya sangat meningkat, bahkan Miller mengaku detak jantungnya bisa mencapai 190 kali detak per menit di sepanjang Sprint Race.
Bagi Miller bisa start dari baris kedua adalah peningkatan yang besar bagi KTM, karena motor KTM RC16 terkenal selalu kesulitan untuk mengeluarkan kecepatan maksimalnya dengan ban lunak di sesi kualifikasi. Hal ini bisa dilihat tahun lalu dimana tim KTM dan Tech3 hanya berhasil 2 kali start di barisan depan dari 20 balapan yang ada.
Namun kali ini di Sprint Race Miller bahkan bisa langsung memimpin balapan, walau akhirnya harus finish di posisi keempat di belakang Marc Marquez.
Dan kemudian di Full Race hari minggu, Miller sempat bertarung untuk posisi 3 besar, walau akhirnya hanya bisa finish ke tujuh di belakang rekan setimnya Brad Binder yang masih dalam kondisi belum bugar akibat highside crash di tes Portimao lalu.
Tentu, penampilan KTM di balapan pertama belum bisa untuk menyimpulkan bagaimana performa sebenarnya dalam 1 musim ini, namun balapan di Portimao kemarin menyiratkan bahwa KTM telah membuat langkah maju dalam mengejar ketertinggalan dari Ducati.
Lalu apa yang membuat KTM bisa tampil mengejutkan seperti ini ?
Bisa dibilang Miller datang ke KTM dari Ducati bersama dengan crew chiefnya Cristhian Pupulin dan mantan Crew Chief Dovizioso dan Bastianini, Alberto Giribuola, serta beberapa insinyur Ducati lainnya, yang mana mereka ini memang ingin mencari suasana kerja baru di KTM.
Tentu saja bagi Trevathan dengan hadirnya pembalap serta banyak insinyur Ducati ke KTM sangat membantu arah pengembangan motor yang dapat menyaingi Ducati, karena seperti yang kita tahu, motor Ducati saat ini menjadi motor terbaik di MotoGP.
Miller yang terbiasa mengendarai Ducati pun langsung memberikan masukan kepada KTM setelah Sprint Race dan balapan di hari Minggu, yang menyebut motor KTM masih sangat kalah dengan horsepower motor Ducati.
Menurut Miller motor KTM memang memiliki tenaga yang cukup bagus saat keluar tikungan terakhir, namun saat melaju di gigi lima, motornya mengalami hambatan angin yang kuat sampai Miller merasa RPM motornya langsung menurun saat tidak melakukan slipstream pembalap di depannya.
Sementara itu rekan setim Miller, Brad Binder juga tampil cukup bagus di balapan hari minggu, mengingat kondisi fisiknya yang belum sempurna namun masih bisa merangsek finish di possi ke enam meski start dari posisi 14. Binder mengaku sangat terbantu dengan mempelajari data rekan setimnya Jack Miller.
Selain itu baik Miller dan Binder mau menggunakan aero belakang baru KTM, yang bentuknya mirip seperti yang diuji Yamaha selama tes pramusim lalu. Namun sebenarnya Miller sempat ragu memakainya karena bentuknya yang sangat jelek, tapi setelah Miller mengujinya, Miller menyadari bila motor melaju di kecepatan tertentu Miller bisa merasakan ada efek daya tekan ke bawah pada ban belakang, yang mana ini akan membantu menjaga ban belakang tetap menempel aspal di area pengereman sebelum corner entry.
Kemudian seperti yang kita tahu kekuatan terbesar Ducati selain horsepower yang besar adalah motor Ducati yang mampu mengerem dengan jarak yang sangat dekat dengan tikungan, belum ada pabrikan yang mampu menandingi kekuatan Ducati di area ini.
Hal ini bisa terjadi karena motor Ducati didesain tidak terlalu mengandalkan ban depan ketika mengerem, namun didesain agar motor tidak terangkat bagian belakangnya ketika mengerem keras, sehingga pembalapnya bisa menggunakan ban belakang untuk mengerem lebih telat dan lebih keras.
Tentunya ini akan sangat membantu pembalap Ducati menurunkan kecepatan motor yang tepat di corner entry, sehingga pembalapnya bisa melibas tikungan dengan cepat dan kemudian bisa langsung mengangkat tegak motornya untuk bersiap membuka gas penuh sesegera mungkin.
Oleh karena itu, Trevathan percaya bahwa kedatangan Miller bersama dengan beberapa insinyur Ducati lainnya bisa membuat arah pengembangan KTM meningkat dengan meniru cara kerja motor Ducati ke depannya.