2 minggu lalu setelah race Misano, Bos Ducati, Claudio Domenicali mengatakan bahwa manuver Enea Bastianini kepada Pecco Bagnaia di last lap sangatlah beresiko. Di momen itu Bastianini mencoba untuk menyalip Bagnaia, namun di saat terakhir memutuskan untuk tidak menyalipnya, karena motor Bastia bergerak tak terkendali dan Bastianini sangat berusaha untuk mengendalikan motornya.
Bisa dibayangkan suasana di garasi Ducati bila Bastianini menabrak Bagnaia, terutama karena kedua pembalap ini akan menjadi rekan setim di pabrikan Ducati tahun depan.
Oleh karena itu fans MotoGP mungkin berekspektasi Bastianini hanya akan mengikuti Bagnaia di jarak yang aman pada balapan kemarin, untuk menjaga kompatriotnya itu semakin mendekati poin Quartararo di puncak klasmen, sekaligus memberikan kenyamanan pada para bosnya di Ducati dengan balapan yang menghibur di minggu kemarin. Terutama setelah momen dramatis di lap pertama yang menimpa pemimpin klasmen, Fabio Quartararo, yang mana merupakan kedua kalinya pembalap Perancis itu ditabrak oleh pembalap lain.
Tapi kita tahu bahwa itu bukanlah gaya Enea Bastianini. Bastianini yang kita kenal adalah pembalap yang selalu mempush motornya habis habisan.
Banyak orang bilang bahwa pembalap pertama yang harus dikalahkan adalah rekan setim sendiri dan pepatah itu berlaku hari minggu lalu. Karena semenjak Bastianini telah menandatangani kontrak di tim pabrikan Ducati, Bastianini sudah berada dalam pengaruh sebagai rekan setim Bagnaia, sehingga dia sudah bekerja seolah dia adalah sebagai pembalap top di pabrikan Ducati.
Dan juga, Bastianini memiliki keinginan menang yang kuat, karena itulah yang telah diajarkannya sejak dulu sebagai pembalap. Sekaligus bonus kemenangan dari timnya dan beberapa sponsor lainnya biasanya selalu lebih besar ketimbang bonus podium. Kabarnya bisa 6 kali lebih besar.
Bastianini terlihat sudah 2 kali mendekat tepat di ban belakang Bagnaia untuk melakukan overtake, tepatnya di lap 8 dan lap terakhir. CEO Ducati Claudio domenicali pastinya sangat khawatir, sama halnya juga dengan Chief Engineer Gigi Dall’Ilgna, Sporting Director Paolo Ciabatti dan Team Manager Davide Tardozzi, yang tampak terlihat tidak senang karena pembalap satelit bisa mengalahkan pembalap pabrikannya, meskipun hal itu telah memberikan Ducati gelar dunia konstruktor ketiga kalinya secara beruntun.
Tentu, Bagnaia sudah tahu bahwa 20 poin tambahan akan sama dekatnya dengan perolehan 25 poin, sejak dia melihat Quartararo crash menabrak Marquez di layar besar selama putaran lap pertama. Bagnaia tentu ingin menang, tapi tidak perlu terlalu ngoyo untuk bisa menang, terutama setelah Bagnaia sudah mendapat peringatan front end motornya yang beberapa kali mengalami selip selama lap terakhir, karena kejaran dari Bastianini.
Ini merupakan kemenangan ke empat Bastianini di tahun ini, yang membuatnya hanya terpaut 48 poin dari pimpinan klasmen, dengan hanya 5 race lagi dan 125 poin tersisa. Tentu dengan jarak poin itu akan sangat sulit dikejar, tapi masih sangat layak dicoba, jadi Bastianini tidak akan menyerahkan begitu saja peluang kemenangan kepada Bagnaia di balapan Motegi minggu depan, maupun minggu berikutnya di Buriram, Thailand.
Manager Bastianini, Carlo Pernat pun juga mengatakan, Bastianini secara matematis masih berpeluang memenangkan gelar dunia, sehingga masih layak dicoba. Karena hal hal aneh kerap terjadi di balapan, seperti minggu kemarin yang terjadi dengan Quartararo.
Pernat menambahkan, peran Bastianini dalam membantu Bagnaia dalam meraih gelar dunia bagi Ducati memang penting, namun hal itu bisa dilakukan bila peluang juara dunia Bastianini sudah tertutup secara matematis. Mungkin Bastianini mulai bisa membantu Bagnaia mulai di 2 seri balapan akhir, terganting pada klasmen poinnya. Tapi saat ini untuk balapan berikutnya Bastianini masih belom bisa membantu Bagnaia.
Disamping itu, menurut Pernat, balapan kemarin juga menarik bagi para fans MotoGP. Karena manuver overtake yang ditampilkan Bastianini cukup indah dan menarik ditonton.
Manuver kemenangan Bastianini pada Bagnaia di tikungan 7 merupakan pertama kalinya aksi overtake di lap terakhir semenjak seri Aragon tahun lalu, yang mana ini seperti MotoGP di era 800cc, ketika balapan MotoGP malah menjadi seperti Formula 1 dimana aksi overtake sangat minim.
Bastianini mengatakan bahwa dia harus pintar selama balapan berlangsung, dengan mencoba untuk tidak terlalu dekat dengan Bagnaia terlalu lama. Kalau tidak ban depannya akan jadi overheat. Sehingga dia harus menunggu waktu yang tepat dan mengukur serangannya dengan sempurna.
Balapan minggu depan akan diselenggarakan di Motegi Jepang. Secara teori balapan ini akan jadi sangat rumit, karena tidak ada sesi latihan Jumat pagi, semenjak Dorna pernah tidak bisa mengirim logistik tepat waktu ke Argentina awal musim lalu. Tidak heran bila banyak orang – orang paddock khawatir akan logistik mereka yang bisa saja telat.