Fabio Quartararo adalah juara dunia MotoGP pertama kali semenjak Giacomo Agostini yang tidak pernah merasakan balap motor dengan mengendarai motor 2-tak.
Memang benar Quartararo pernah mengendarai minibike 2-tak, namun ketika dia balapan menggunakan motor ukuran normal di usia 13 tahun dia menggunakan motor 4-tak di ajang Mediterranean pre-Moto3 championship. Ini menunjukan bahwa pergantian generasi pembalap sudah dimulai.
Fakta bahwa semenjak Grand Prix mulai menggunakan motor 4-tak selama beberapa dekade belakangan ini sangat berpengaruh signifikan terhadap gaya balap yang semakin agresif karena motor 4-tak lebih mudah dikendarai, yang mana membuat balapan semakin ketat dan dekat, yang mana untuk mewujudkan itu membutuhkan pembalap sangat berbakat untuk bisa menggali lebih dalam potensi motor agar bisa membuat motor lebih cepat dari yang lainnya.
Di saat yang sama telah terjadi perubahan lain yang mendorong generasi baru pembalap muda untuk menggunakan gaya balap baru untuk mulai menyingkirkan generasi pembalap tua.
Danilo Petrucci mengakui itu bahwa sekarang para pembalap muda sangat sering melakukan pergerakan di atas motor. Meski sekarang Petrucci juga bisa melakukan gaya balap menyentuh siku dan lainnya, namun sekarang para pembalap muda melakukan lebih banyak pergerakan lagi di atas motor dan ini memang cara yang benar untuk bisa melaju lebih cepat.
Jadi siapa pembalap yang memulai generasi pertama gaya balap yang agresif ini ? tentu saja Marc Marquez.
Kenapa ? karena hadirnya kelas Moto2.
Seperti yang kita tahu, motor Moto2 menggantikan motor 250cc di 2010. Motor Moto2 bukanlah motor Grand Prix murni, motor ini dibangun dengan budget yang lebih murah, karena menggunakan mesin motor jalanan yang dipadukan dengan sasis balap, sehingga motor Moto2 50% lebih berat dari motor 250cc.
Cara Juara dunia kelas 250cc 2 kali Jorge Lorenzo mengendarai motor 250cc sangat halus dan gaya balap ini diteruskannya sampai MotoGP. Namun pembalap sekarang tidak bisa mengendarai motor Moto2 seperti yang Lorenzo lakukan di motor 250cc, karena handle motor 250cc dan Moto2 sangat berbeda. Clip on handlebar motor 250cc sudutnya lebih rapat ke dalam, sementara handlebar motor Moto2 lebih lebar dan lebih datar. Karena membalap dengan motor Moto2 itu membutuhkan tenaga lebih ketimbang motor 250cc, pembalap harus aktif menggerakkan tubuhnya untuk bisa mengendalikan motor ketika masuk maupun keluar tikungan, dan menggunakan berat tubuhnya untuk mengontrol slide, chatter dan hal lainnya.
Tentu saja gaya balap selalu saja berevolusi berdasarkan perubahan dari motor, ban, sirkuit dan hal lainnya. Seperti pembalap era dulu yang awalnya hanya menikung sampai jari kakinya menyentuh aspal, berlanjut ke lutut dan sekarang sampai siku.
Semua pembalap hebat telah menjadi bagian dari proses evolusi ini seperti Casey Stoner yang tepat sebelum hadirnya Marc Marquez memulai gaya balap yang sampai menurunkan bahunya saat mulai keluar tikungan. Pergerakan ini bertujuan untuk memindahkan bobot tubuh lebih condong ke bagian depan motor, sehingga motor lebih mudah menikung dan tidak wheelie secara berlebihan.
Dan kemudian muncullah pembalap rookie terbaik MotoGP 2021 Jorge Martin dan runner up MotoGP 2021 Pecco Bagnaia, yang memiringkan motor lebih dari pembalap manapun ketika menikung.
Ada 4 penyebab utama dari perubahan gaya balap baru ini.
Yang pertama, aturan MotoGP sekarang dibuat dengan tujuan untuk membuat semua motor punya performa yang seimbang, sehingga balapan menjadi semakin dekat dan semakin menghibur. Oleh karena itu para pembalap harus menemukan trik trik baru untuk sekedar bisa lebih cepat 0,1 detik per putaran lapnya.
Yang kedua, motor Grand Prix ini dibuat lebih kaku ketimbang sebelumnya agar motor bisa mengeluarkan performa lebih baik dari sisi pengereman, ban dan mesin. Sekali lagi, ini merupakan siklus kemajuan yang tak bisa dihentikan. Oleh karena itu semakin lama motor akan mendapatkan arah pengembangan yang agresif dari pembalapnya.
Yang ketiga, dengan adanya mapping penyaluran torsi motor yang canggih di kelas MotoGP membuat resiko terjadinya highside berkurang jauh, sehingga tubuh pembalap tidak perlu terlalu berada di tengah motor ketika menikung agar bersiap siap bila terjadi highside. Sebaliknya pembalap bisa merebahkan tubuhnya jauh dari motor ketika menikung, yang mana hal ini bisa mengurangi gaya sentrifugal dan membantu pembalap melibas tikungan.
Yang keempat merupakan konsekuensi dari 3 penyebab tadi. Pembalap saat ini dituntut untuk berlatih semakin keras dan dengan cara yang berbeda baik secara fisik maupun teknis demi mendapatkan kecepatan di lintasan.
Mantan pembalap MotoGP, John Hopkins yang sekarang menjadi pelatih balap untuk American Racing Moto2 Team menilai bahwa motor Grand Prix saat ini sangat kaku, itu sebabnya perubahan sekecil apapun pada motor bisa membuat perbedaan besar, sehingga pembalap saat ini harus pintar memindahkan bobot tubuhnya di atas motor.
Ini ditambah perubahan yang ada pada motor saat ini, terutama bentuk tangki bahan bakar motor yang digunakan pembalap. Bentuk tangki motor saat ini bisa digunakan sebagai tempat mengaitkan kaki pembalap, sehingga pembalap bisa mengapit motor dengan baik dan menggunakan tarikan dari kaki yang mengapit motor itu untuk membantu pembalap melibas tikungan.
Tidak diragukan lagi bahwa kesuksesan Quartararo berkat semua hal yang dijelaskan tadi. Quartararo melakukan pergerakan di atas Yamaha YZR M1nya dengan intensitas luar biasa untuk meningkatkan lap time dan mengelola ban dengan baik.
Hal ini tentu berkat arahan dari crew chiefnya Diego Gubellini yang menilai bahwa tren generasi pembalap baru ini adalah menjadi lebih agresif di atas motor. Hal ini pada dasarnya berkaitan dengan dinamika pergerakan pembalap di atas motor itu sendiri, semakin pintar pembalap bergerak memindahkan bobot tubuhnya di atas motor maka semakin banyak grip yang bisa didapat. Sehingga dengan gaya balap seperti ini pembalap bisa lebih konsisten dan tampil lebih baik.
Corner entry merupakan area dimana pembalap bisa membuat laptime yang cepat, karena semua pembalap Grand Prix tahu bagaimana memaksimalkan batas grip ban belakang, namun melakukan hal itu dengan ban depan jauh lebih sulit.
Dalam memaksimalkan batasan ban depan di area corner entry, pembalap selalu mencoba secara bersamaan untuk mengerem dengan keras dan menikung, yang mana seharusnya sangat tidak memungkinkan dengan kontak yang kecil antara ban depan dan aspal.
Namun sekali lagi, Marc Marquez menjadi pembalap pertama yang berhasil melakukan ini dan sangat konsisten, itulah mengapa Marquez mendominasi MotoGP sampai akhirnya dia mengalami cidera parah.
Aki Ajo yang merupakan pemilik tim balap sangat sukses Red Bull KTM Ajo Moto2 dan Moto3, juga melihat pergeseran gaya balap agresif ini di semua kelas.
Menurut Aki Ajo pembalap yang bisa mengerem keras dan juga membelokkan motornya sebelum tiba di apex maka pembalap itu bisa menjaga corner speed lebih baik dan bisa keluar tikungan dengan sebaik mungkin.
Inilah mengapa cara pembalap memasuki tikungan telah berubah banyak dalam 5 atau 10 tahun terakhir. Pembalap sekarang fokus untuk lebih agresif melakukan pengereman dan membelokan motor secara simultan. Berbeda di masa lalu yang gaya balapnya ketika memasuki corner entry lebih halus, namun pembalap sekarang menjadi semakin agresif dan banyak menggunakan perpindahan bobot tubuh sebagai alat bantu yang baik di area corner entry ini.
Dengan perubahan gaya balap yang terus berkembang tanpa henti setiap waktunya, kita hanya bisa berandai andai evolusi gaya balap seperti apa lagi nantinya di masa depan.