Dalam kehidupan manusia, pasti ada fase-fase yang harus dilalui. Termasuk soal karier. Artinya, dalam berkarier pun ada batasan. Mengenai kapan dia harus memulai, kapan dia harus merangkak meniti karier, lalu ( Kalau beruntung) berada di puncak, atau malah stuck di tengah jalan, bahkan tidak berkembang sama sekali. Cuma segitu-gitu saja.
Tapi yang jelas, satu saat pasti mereka mengalami titik jenuh dan mengakhiri kariernya. Tak tekecuali para pebalap Formula 1. Tentu saja ‘pensiunan’ pebalap ini rata-rata sudah mengumpulkan banyak duit. Karena kalau ditelisik, banyak pebalap yang ‘ngerasa betah’ walau karier nggak berkembang sekalipun dari dunia glamour ini. Paling tidak, seorang pebalap mengikuti lebih dari lima musim. Itu artinya lebih dari 5 tahun. Apalagi kalau karier berkembang.
Ada pula pebalap yang sekedar ‘mampir’, cuma sebentaran di Formua 1. Bahkan ada yag tidak sampai satu musim. Tapi hanya sedikit pebalap yang seperti itu. Bisa di hitung jari. Di Formula 1 modern kita mencatat nama seperti Allan mcnish, mantan pebalap Toyota yang hanya menjalani sebagai pebalap utama selama satu musim. Setelah dari Toyota, Mcnish hengkang ke Renault, sebagai test driver. Lalu nama Alex Yoong, pebalap Tim Minardi asal Malaysia. Tak lupa Rio Haryanto satu-satunya pebalap Indonesia.
Sedangkan Juan Pablo Montoya, menjalani profesi sebagai pebalap Formula 1, ‘Hanya’ 6 musim. Itu menunjukkan, bahwa dia sebenernya nyaman dalam kehidupan Formula 1 yang dipenuhi intrik sekalipun.
Intinya, selama ‘dapat’ seat, mereka ini akan betah.
Lalu, kemana mereka setelah tidak lagi di Formula 1. Kita akan bahas pebalap yang menjalani musim pada era-era 90 an sampai tahun 2000an.
Alain Prost.
Seperti halnya pebalap lain, walau sudah gantung stir, tapi prost tetap berkecimpung di dunia balap. Walau bukan sebagai pebalap. Alan prost bekerja sebagai jurnalis untuk sebuah stasiun televisi ITV. Tak lama menekumi dunia jurnalistik, Prost pun banting stir ke dunia lamanya, Formula 1. Tapi sebagai pemilik tim! Lahirlah Prost GP, mesikpun akhirnya harus mengalami kebangkrutan.
Damon hill
Menjalani lomba terakhir di Suzuka, Hill akhirnya memilih pensiun di musim 1999 dengan Jordan sebagai tim terakhir. Alasannya, Hill pengin punya banyak waktu untuk keluarga. Tapi Hill tetap berkecimpung di dunia balap. Dia mendirikan tim balap, dan beberapa kali Hill menekuni dunia lamanya, sebagai broadcaster di stasiun televisi.
Pada tahun 2006, Hill mendapat jabatan sebagai president British Racing driver’s club.
Martin Brundle.
Mengawali balapan di formula 1 pada tahun 1984 sampai dengan tahun 1989, Brundle sempat pensiun dini di Formula 1. Tapi tak bertahan lama, dua tahun berselang tepatnya tahun 1991, Brundle balik lagi ke balik kemudi, setidaknya sampai tahun 1996, Brundle baru betul-betul meletakkan helmnya. Huummm..gantung stir sebenernya bukan keinginan Brundle. Brundle meninggalkan F1 karena tidak dapat seat, alias tidak ada tim yang cocok. Sempat sih pada 1997 Sauber menawarkan posisi buat Brundle. Tapi Brundle menolaknya. Selanjutnya Brundle menekuni profesi sebagai komentator di ITV dan BBC.
Jean alesi.
Merasa kurang beruntung di single seater F1, akhirnya Pria perancis ini memutuskan pensiun dari panasnya persaingan. Tapi bukan berarti dia gantung stir. Selepas dari Jordan pada GP Suzuka tahun 2001, Alesi menekuni balapan DTM ( Deutsche Tourenwagen Masters ) atau German Touring Car Championship. Berkarier disana sepanjang 2002 sampai dengan 2006, akhirnya Alesi ganti haluan. Alesi gabung di Speed car Series. Sebuah kejuaraan balapan di sirkuit oval, mirip NASCAR. Tapi berkantor pusat di Dubai. Diadakannya di negara-negara timur tengah dan Asia. Ajang ini hanya singkat. Yaitu musim 2007 sapai dengan 2009, setelahnya bubar.
Heinz Herald Frentzen
Sembilan tahun berkarier, mulai dari tahun 1994 sampai 2003, mengantongi 174 poin sepanjang karier jumlah kemenangan 3 kali serta 18 kali podium akhirnya membuat pebalap Jerman ini jengah dan musti ninggalin Formula 1. Selepas dari Sauber, tim terakhirnya, Frentzen mengikuti jejak Alesi masuk ke kancah adu cepat DTM. Selepas DTM, dia memilih speed car series sampai akhirnya ajang itu bubar seiring dengan karier balap Frentzen.
Tapi 2012 Frentzen membalap pada kejuaraan ADAC GT Master. Sebuah kejuaraan mobil GT khas Jerman.
Eddie Irvine
Membahas pilot Formula 1, tak lengkap tanpa bahas si sableng satu ini. Pensiun sebagai salah satu pebalap, Eddie Irvine sudah mengantongi duit banyak dari panasnya aspal sirkuit. Konon hartanya termasuk terbesar ketiga diantara pebalap-pebalap seangkatan. Dengan duit banyak, maka enak aja Irvine memulai bisnis. Modal ada, kan?
Irvine meninggalkan Formula 1 dan melanjutkan kariernya sebagai kolumnis media di Inggris, The Sun. Selain itu Irvine juga menggeluti bisnis properti. Dan masih terus ‘gila’! yang terakhir memang bawaan dari bayi.
Michael Schumacher.
Saya tahu, diantara banyak pembaca, pasti akan menunggu bagian ini. Tentang ulasan seorang legenda senegara Heinz Herald Frentzen. Karier Schumacher terbilang panjang, penuh drama. Mengalami puncak karier di periodic 2000 sampai dengan 2004.
Schumacher mengawali karier formula 1 pada 1991, dan murni meninggakan balapan pada tahun 2012. 19 tahun berkarier di Formula 1 menjadikannya seorang legenda. 19 tahun bukan waktu yang sebentar. Tapi Schumacher tidak menjalaninya secara berurutan. Pada tahun 2006 Schumy sempat istirarahat empat tahun, hingga akhirnya ke MercedesGP tahun 2010. Karier kedua Schumacher ini sebenernya sudah anti klimaks dan terkesan sedikit memaksakan diri. Mengingat tahun itu sudah tidak lagi muda, tentu saja berpengaruh ke stamina. Jadi walau secara ketrampilan masih mumpuni pun, dia tak akan sekompetitif dulu lagi. Seperti ucapan seorang jurnalis yang mengatakan, “ Schumy adalah orang yang paling bisa beradaptasi dengan kendaraan. But, if I bet, definitely my money not on him!” menanggapi comebacknya kakak Ralf itu ke kancah jet darat.
Akhirnya karena minim prestasi, Schumy memilih mundur tahun 2012.
Lalu kemana setelah tidak lagi di Formula 1?
Schumy mengurus berbagai bisnis, dan menjalani hobby olahraganya. Bersepeda, main sepak bola, dan Ski. Olahraga terakhir ini yang pada ahirnya membuat Schumy apes. Setidaknya pada 29 Desember 2013, Schumy yang sedang Ski bersama anaknya, Mick Schumacher, terjatuh dan kepalanya membentur batu.
Schumy koma, kondisinya pasang surut. Kabar terakhir Schumy dikabarkan harus memakai kursi roda karena kelumpuhan.
Ralf Schumacher.
Lain kakak, beda adik. Kalau Michael menjalani karier di formula 1 dengan cemerlang, maka Ralf beda. Jauh beda. Dalam banyak hal pun beda. Kebiasaan, gaya hidup, dan kehidupan keseluruhan Ralf beda dengan Michael. Hal itu pernah di ungkapkan terang-terangan Ralf pada media Jerman.
Pun berkarier. Sepanjang 9 tahun berkarier di formula 1 tanpa hasil berarti, akhirnya membuat Ralf jengah. Tapi bukan berarti selepas Formula 1 lalu berhenti belapan, o, tidak! Bagi mereka, balapan adalah budaya. Dan Ralf pun seperti kebanyakan pebalap eks Formula 1 asal Eropa, terjun ke DTM. Mirip yang dilakukan Frentzen dan Alesi.
Alexander Yoong.
Dia adalah salah tiga pebalap Asia tenggara setelah Pangeran Bira dari Thailand, dan sebelum Rio Haryanto dari Indonesia. Sebagaimana pebaap Asia tenggara lain, karier Yoong terhitung sangat singkat. Hanya mejalani satu musim dengan 18 jumlah balapan, empat diantaranya gagal start, karier Formula 1 Yoong berawal dan berakhir di Minardi. Kehadirannya yang tak lama itu yang membuat dia minim prestasi. Atau karena minim prestasi dia tidak bisa bertahan lama di Formula 1. Entahlah. Yang jelas, Minardi bukan itm yang kompetitif. Dan dengan minimnya pengalaman, membuat Yoong mentok dan nggak mau buang waktu, Yoong mengakhirinya dengan segera.
Selepas dari Formula 1, Yoong menapakkan kariernya di Champcar, sebuah balapan open wheel khas Amerika. Selepas Champcar, Yoong nyobain Porsche Carrera Cup Asia. Sebuah kejuaraan one make race Pabrikan Porsche yang di gelar khusus di kawasan Asia. Selepasnya, Yoong mencoba peruntungan di V8 Supercars.
Sampai pada akhirnya Yoong gabung dengan A1 Grandprix dengan tim Malaysia. A1 grand prix adalah piala dunianya open wheel.
Uniknya, Yoong mengakhri balapan dengan kariernya di olaharaga Ski Air. Pada SEA Games Jakarta tahun 2011 Yong membela kontingen Malaysia dan berhasil menggondol Medali Perak.
RIO HARYANTO
Dia adalah satunya pebaap Indonesia yang bisa mencicipi kerasnya aspal lintasan Formula 1. Dan dia adalah orang Asi tenggara ke 3 setelah Alex Yoong. Mengawali balapan pada tahun 2016 di GP Australia bersama MRT, Manor Racing Tim, setali tiga uang dengan Alex Yoong, Karier Rio mentok. Debutnya musti berakhir di GP Jerman di balapan ke 12. Alasan utama Rio berhenti karena kurangnya dana sponsor. Ya, dana sponsor lah yang bisa menentukan langkah Rio selanjutnya, apakah lanjut, atau terhenti.
Dan berhenti menjadi pilihan Rio karena kurangnya dukungan dana dari sponsor.
Selepas Formula 1, Rio mencoba terjun di beberapa seri kejuaraan mobil.
Tapi pada akhirnya Rio memilih berbisnis, mengikuti jejak orang tuanya.
Kimi Raikonen.
Pebalap satu ini istimewa. Tak banyak omong. Cool, dan nurut saya keren. Kenapa, Kimi mengawali karier bersama sauber pada tahun 2001 tanpa superlicense. Malang melintang selama 20 tahun di ajang single seater formula 1, Kimi akhirnya memutuskan meletakkan helm dan menggantung stir. Pensiun adalah pilhan terbaik seiring dengan usianya yang makin bertambah.
Kimi ingin menikmati hidup bersama keluarga. Pada balapan Abu Dhabi yang di gelar desember 2021, Kimi gagal finish. Tak tampak kekecewaan di wajahnya. Kimi justru terlihat puas. Dia telah mengakhiri semuanya bersama tim Alfa Romeo.
Setelah pensiun, Kimi tidaklah nganggur, walau dia ingin meluangkan banyak waktu buat keluarga. Namanya yang melamnung membuat Kawasaki, pabrikan motor adsal Jepang, menunjuk Kimi sebagai tim principal, alias bos tim untuk Motorcross.
Kayak nggak yambung sih, dari mobil ke motor. Tapi Kimi juga pernah keluar jalur pas memutuskan istirahat dari Formula 1. Yaitu ikutan rally WRC! Inilah kenapa saya sebut dia keren.