Sangatlah sulit bagi seorang pembalap juara dunia MotoGP berani pindah ke balapan Formula 1 (baca: Wan) dan berhasil menjadi juara dunia di balap mobil paling bergengsi di dunia itu. Pada tahun 1960-an, John Surtees (baca: Sertis) seorang pembalap yang fenomenal itu berhasil melakukan hal yang rasanya tidak mungkin dilakukan oleh pembalap manapun.
John Surtees dipandang sebagai panutan bagi banyak pembalap. Ketenarannya mendunia karena dia merupakan satu-satunya pembalap dalam sejarah yang berhasil memenangkan Grand Prix Formula 1 dan MotoGP. Hingga saat ini, belum ada yang bisa menyamai prestasi yang telah ia raih.
Dia adalah orang Inggris yang mengabdikan hidupnya untuk dunia motor. Selain bakatnya, ia adalah salah satu pembalap yang paling dicintai dan dihargai dalam sejarah.
Pada awalnya, John Surtees adalah seorang pembalap motor dan dia mengikuti ajang Grand Prix MotoGP selama delapan musim. Debutnya dimulai pada tahun 1952 dan ia meninggalkan ajang MotoGP pada tahun 1960 untuk mengembangkan karir di balap Formula 1.
Dari tahun 1952 hingga 1956 ia bukanlah pembalap yang menonjol bahkan tidak dikenal di MotoGP, namun, ketika ia bergabung dengan tim Augusta. Saat itulah ia meraih kemenangan pertamanya dan menjadi juara dunia di kelas 500cc.
Dia tetap bersama di tim Augusta selama karirnya di kelas 500cc. Antara tahun 1958 hingga 1960 ia menjadi juara dunia beberapa kali di kelas 350cc dan 500cc.
Meskipun karirnya di MotoGP hanya bertahan selama beberapa tahun, prestasinya di kejuaraan balap motor dunia sangatlah gemilang. Dia telah memenangkan total tujuh kali juara dunia dan 38 kemenangan. Tidak diragukan lagi ia adalah seorang legenda besar dalam sejarah MotoGP.
Pada tahun 1960 John Surtees memutuskan untuk berkompetisi di ajang balap Formula 1. Dia menjadi bagian dari peserta balap di Formula 1 selama tiga belas musim, dan telah membalap di berbagai tim yang berbeda. Yang mengejutkan semua orang, Surtees tampil cukup baik di Formula 1.
Debutnya di Formula 1 dia lakukan di Monaco dengan mengendarai mobil dari pabrikan asal Inggris, Lotus. Pada musim itu, dia hanya membalap sebanyak empat kali dan tiga balapan di antaranya gagal diselesaikannya.
Meski begitu, dia berhasil menjadi runner-up kala balapan digelar di rumahnya sendiri, Inggris. Ia jua sempat meraih pole (baca: pol) position di seri balap Portugal. Di klasemen akhir, dia ada di posisi ke-14 dengan koleksi enam poin.
Penampilan terbaiknya di Formula 1 terjadi ketika ia menandatangani kontrak dengan tim Ferrari pada tahun 1963. Pada tahun yang sama, ia meraih kemenangan pertamanya sebagai pembalap kelas atas. Ia menjadi juara dunia formula 1 pada tahun berikutnya.
Adapun, selama 4 tahun kiprahnya bersama Ferrari berakhir dengan pahit pada tahun 1966, setelah dia bertengkar dengan manajer tim Eugenio Dragoni. John Surtees lalu pindah ke beberapa tim berbeda.
Setelah memenangkan gelar MotoGP dan Formula 1, ia memiliki tantangan lain untuk dipenuhi yaitu menciptakan tim Formula 1 sendiri. Dia melakukan ini dengan menciptakan Tim Surtees. Dia membalap dengan Team Surtees selama tiga tahun sebelum pensiun dan beralih menjadi manajer timnya sendiri.
Setelah mengendarai McLaren M7C, ia memutuskan untuk membangun mobilnya sendiri. Dia kemudian memperluas kreasinya dengan membuat mobil single seater untuk Formula 500 dan Formula 2.
John Surtees pensiun dari Formula 1 pada tahun 1972, namun hubungannya dengan dunia motor berlangsung seumur hidupnya. Dia tetap menjadi manajer tim Formula 1 hingga 1978, ketika dia tidak dapat melanjutkan keikutsertaannya lagi karena masalah dengan pendanaan.
Dia kemudian melanjutkan kiprahnya di dunia balap dengan menemani putranya Henry Surtees. Sayang, sebelum sempat meraih kejayaan, Henry mengalami kecelakaan fatal sebagai pembalap Formula 2 dan ia kehilangan nyawanya pada tahun 2009. Sebuah ban menabrak kepalanya di tengah balapan dan sayangnya, hidupnya tidak bisa diselamatkan. Ketika meninggal, Henry baru berusia 18 tahun. Ini adalah masa yang sangat sulit bagi John Surtees. Dia kemudian meninggal pada tahun 2017 pada usia 83 tahun.
Hari-hari terakhir John Surtees memang tidak terlalu disesaki hiruk-pikuk. Dia lebih banyak berkutat dengan Henry Surtees Foundation, sebuah yayasan yang didirikannya untuk membantu para pengidap cedera otak. Sesekali memang dia masih terlibat dengan dunia balap, termasuk ketika diberi kehormatan menyerahkan medali di podium Grans Prix Formula 1 Britania pada 2014 lalu.
John Surtees lebih dari sekadar seorang juara. Dia berhasil mendapatkan cinta, rasa hormat, dan kekaguman dari dunia motorsport.
Dia adalah satu satunya pria yang tahu bagaimana tampil mengesankan di MotoGP dan Formula 1.