Motor MotoGP Inline4 tampaknya dalam bahaya kepunahan. 9 tahun lalu, ketika Suzuki menggantikan motor GSV-R V4 nya dengan motor GSX-RR inline 4, jumlah motor inline4 di grid MotoGP ada 8, sisanya 16 motor menggunakan mesin V4, jadi waktu itu motor inline4 masih menghiasi sepertiga grid MotoGP.
Musim 2023 ini, hanya akan ada 2 motor inline 4 dan 20 motor V4. Jadi kira kira harus menunggu berapa lama lagi grid MotoGP semuanya akan dihiasi motor V4, seperti 2 dekade lalu?
Pertanyaan tentang masa depan motor inline4 di MotoGP mungkin akan bisa terjawab tahun ini oleh performa Yamaha YZR-M1. Jika Yamaha M1 sukses tahun ini, sudah tentu Yamaha akan tetap melanjutkan konfigurasi mesin inline4 ini. Namun bila tidak, pemimpin proyek Yamaha MotoGP, Kazutoshi Seki sudah menyatakan bahwa dia akan mempertimbangkan membangun motor bermesin V4.
Motor inline4 dikenal mudah dikendalikan karena memiliki crankshaft lebih panjang yang dapat memberikan kestabilan pada motor, sementara motor V4 memiliki crankshaft yang lebih pendek namun lebih kuat, yang mana memungkinkan mesin bisa memperoleh RPM yang lebih tinggi dan horsepower yang lebih tinggi pula.
Nah, di era MotoGP modern ini horsepower motor sangatlah penting, karena horsepower yang tinggi tentunya akan membuat motor melaju lebih cepat di lintasan lurus, bahkan di tikungan. Jika horsepower motor MotoGP berlebih maka bisa memanfaatkan extra drag atau hambatan angin yang ada menggunakan aero downforce, yang mana perangkat ini bisa meningkatkan stabilitas pengereman, meningkatkan grip saat menikung dan mengurangi wheelie saat akselerasi.
Sementara motor inline4 akan unggul lebih cepat bila tidak ada motor yang menghalangi di depan, karena motor inline4 menikung dengan halus seperti membentuk huruf ‘U’, yang mana racing line ketika menikung seperti ini akan menghasilkan cornering speed yang tinggi. Namun, hal ini akan sulit didapat katika harus bertarung dengan motor V4, karena motor V4 lebih cepat di lintasan lurus dan cara menikungnya mengharuskan motor V4 menikung dengan racing line yang agak membentuk huruf ‘V’, jadi motor V4 bisa langsung menyalip dengan menusuk masuk ke dalam tikungan dan menghalangi racing line motor inline4 di tikungan.
Memang, motor inline4 bisa memenangkan 2 gelar dunia MotoGP di 3 tahun terakhir, dan motor Suzuki GSX-RR juga bisa 2 kali menang di 3 balapan terakhir di 2022 lalu, jadi konfigurasi mesin inline4 juga masih bisa diandalkan. Tapi jika kita melihat kemenangan Alex Rins di Phillip Island dan Valencia, motor yang memiliki keunggulan corner speed yang tinggi akan diuntungkan di Phillip Island dibanding sirkuit lain. Sementara di Valencia, Rins berhasil memimpin balapan dari start sampai finish, sehingga Rins bisa memaksimalkan potensi motor Suzuki inline4nya karena tidak ada pembalap di depan yang menghalanginya di tikungan.
Tahun ini Suzuki memutuskan untuk hengkang dari MotoGP, dan Yamaha mengurangi jumlah motornya dari 4 motor menjadi hanya 2 . Berkurangnya jumlah motor inline4 di grid MotoGP tentunya akan semakin menyulitkan bagi pembalap motor inline4, karena mereka akan melawan para pembalap motor V4 yang dikenal lebih baik dalam pertarungan.
Inilah alasan kenapa Yamaha sedang bekerja membuat motor Yamaha M1nya lebih berkarakter seperti motor V4 dengan penambahan aero downforce dan penyetelan geometri yang berbeda, sehingga pembalap Yamaha bisa bertarung dengan para pembalap V4. Dan ini pulalah yang menyebabkan motor Yamaha M1 tidak lagi menjadi motor yang mudah dikendarai seperti beberapa tahun lalu. Motor Yamaha saat ini harus dikendarai hampir menyerupai motor V4, seperti yang dilakukan Quartararo.
Hal ini senada dengan pendapat Cal Crutchlow, yang mengatakan bahwa banyak orang salah mengira bahwa motor Yamaha itu harus dikendarai dengan gaya balap yang halus, namun sekarang sudah tidak lagi. Motor Yamaha yang dulu dikenal mudah dikendarai sampai para pembalap rookie pun ketika mencobanya bisa langsung meraih podium, namun sekarang hanya Quartararo yang bisa mengeluarkan potensi maksimal motor karena motor Yamaha sekarang harus dikendarai dengan agresif.
Jika juara dunia MotoGP 2021 ini bisa mendapatkan tenaga 10 horsepower lagi pada motornya tahun lalu, mungkin saja Quartararo masih bisa mempertahankan gelar dunianya. Para insinyur Yamaha telah mengkalkulasi bahwa Quartararo kalah 0,2 sampai 0,4 detik per lapnya di beberapa sirkuit oleh pembalap tercepat karena lemahnya akselerasi dan top speed motor, sehingga fokus Yamaha di 2023 ini adalah untuk paling tidak bisa memangkas ketertinggalan gap waktu ini.
Tapi apakah Yamaha bisa melakukannya ?
Yamaha telah mengontrak mantan insinyur mesin dari tim Ferrari Formula 1, Luca Marmorini agar bisa mendongkrak top speed Yamaha. Marmorini jelas bisa meningkatkan kinerja mesin Yamaha jadi lebih cepat, namun untuk mengalahkan dominasi Ducati Desmosedici masih diragukan.
Meski begitu, Cal Crutchlow mengakui bahwa motor baru Yamaha M1 2023 yang diujinya cukup cepat, bahkan terasa perbedaannya di semua area ketimbang motor Yamaha M1 2022. Crutchlow menambahkan top speed yang Yamaha inginkan telah tercapai di motor ini. Tinggal Yamaha harus meningkatkan akselerasi saat keluar tikungan, karena Ducati sangat kuat di area exit corner.
Yamaha juga seharusnya melihat Suzuki, pasti kubu Suzuki memiliki rahasia tersendiri karena motor Suzuki GSX-RR biasanya memiliki top speed lebih tinggi daripada Yamaha. Mungkin seharusnya Yamaha juga mengambil satu atau bahkan 2 orang insinyur dari Suzuki untuk membantu mengembangkan mesin inline4 yang lebih bertenaga