MotoGP selalu menyajikan sebuah persaingan panas di lintasan. Deru suara mesin yang dipacu dengan akselerasi tinggi selalu dapat meningkatkan adrenalin bagi para Rider yang tengah berduel ketat untuk memperebutkan tahta tertinggi di setiap balapan. Tak jarang aksi para pembalap tersebut berhasil memukau seluruh penikmat MotoGP dan menghadirkan decak kagum bagi penonton yang tengah menyaksikan serunya duel Rider di kelas para raja ini.
Tensi panas dan aksi agresif ketika melakukan overtake adalah bagian yang tak dapat terpisahkan dari gelaran balap MotoGP. Dorna selaku penyelenggara balap MotoGP, memahami betul bagaimana kondisi persaingan para Rider MotoGP. Mereka selalu memperhatikan banyak aspek terkait keselamatan para Rider. Oleh karena itu Dorna membentuk sebuah aturan yang mencakup tentang cara berkendara yang bertanggungjawab dan harus dipatuhi oleh masing-masing pembalap yang ikut dalam kejuaraan ini.
Aturan ini befungsi sebagai cara preventif dari komisi penyelenggara balap untuk meminimalisir insiden-insiden yang tidak diharapkan seperti Crash akibat manuver yang terlalu agresif atau tindakan curang yang bisa saja dilakukan pembalap untuk memperoleh waktu putaran yang lebih cepat. Rider yang melanggar aturan ini akan dikenai sanksi/hukuman yang biasa dikenal dengan istilah “penalty.”
Nah, di MotoGP sendiri bentuk penerapan penalty ini di dasarkan pada tingkat kesalahan/pelanggaran yang dilakukan oleh pembalap. Penerapan hukuman dapat berupa peringatan, perubahan posisi start, penambahan waktu putaran, pengurangan poin hingga yang terberat adalah diskualifikasi bisa saja diterapkan jika pembalap terbukti melakukan kesalahan dalam race.
Berbicara tentang penalty, sebenarnya di MotoGP ada beberapa jenis penalty yang telah diterapkan untuk menjaga kelancaran jalannya sebuah kompetisi balap. Beberapa diantara telah berlaku sejak lama dan sebagian lainnya baru di berlakukan beberapa tahun terakhir. Lalu apa sajakah jenis penalty itu? Apa konsekuensi yang didapat seorang Rider jika mendapatkan penalty? Dan berikut inilah jenis-jenis penalty yang ada di MotoGP.
1. Time Penalty
Time Penalty adalah bentuk sanksi penalti dengan menambahkan waktu beberapa detik pada lap time pembalap ketika balapan atau sesi kualifikasi. Jika seorang Rider/tim balap terindikasi melakukan tindakan yang dapat memberi keuntungan bagi dirinya dan mengarah pada kecurangan, maka sanksi ini dapat diterapkan.
Ada beberapa penyebab utama sanksi Time Penalty di jatuhkan kepada Rider.
A. Melakukan Perubahan/Tindakan Ilegal Pada Sirkuit
Masih ingat dengan kejadian yang menimpa Valentino Rossi di GP Losail 2004? Kala itu lomba masih digelar pada siang hari. Beberapa kru dari tim Yamaha Factory terlihat sedang membersihkan grid di urutan 8, dimana menjadi tempat Rossi memulai start keesokan harinya. Kru tersebut membersihkan area grid dengan cara “burn out” menggunakan skuter yang mereka tunggangi agar bagian aspal menjadi bersih.
Dorna yang mendapat laporan atas peristiwa ini kemudian menjatuhi hukuman penalty 6 detik bagi Rossi karena tindakan kru Yamaha yang dinilai sebagai tindakan ilegal. Alhasil posisi start Rossi menjadi drop ke urutan 23, 1 strip dari posisi paling belakang yang di tempati Max Biaggi.
B. Mengabaikan Yellow Flag
Di tahun sebelumnya, tepatnya pada GP Phillip Island 2003, Rossi juga pernah dijatuhi hukuman Time Penalty akibat mengabaikan Yellow Flag dan menyalip pembalap didepannya saat Yellow Flag dikibarkan. Rossi pun diberi hukuman tambahan 10 detik pada catatan waktunya seusai balap. Namun ternyata Rossi berhasil finish dengan gap 15 detik dari Rider urutan 2 (Loris Capirossi) sehingga podium kemenangannya tetap berlaku.
C. Memotong Jalur Dan Membuka Wear Pack Saat Race
Di musim kompetisi 2018, Fabio Quartararo juga sempat merasakan hukuman Time Penalty ini. Saat race di sirkuit Catalunya, Fabio berhasil menyelesaikan balapan di posisi ke 3. Namun karena Race Director melihat Quartararo memotong jalur di turn 1 dan 2 pada lap ke 22, maka Fabio pun di ganjar tambahan waktu hingga menyebabkan posisinya melorot ke urutan 4 dan tidak jadi naik podium.
Di tambah lagi dengan pelanggaran aturan FIM lainnya dengan membuka baju balap saat race. Dalam aturan FIM tentang “Peralatan Keselamatan Pengendara,” tertulis jelas bahwa peralatan seperti Wear Pack, helm, sarung tangan atau sepatu balap harus dipakai dan diikat dengan benar selama balapan. Akibatnya, Quartararo mendapat 3 detik tambahan waktu yang membuat posisinya kembali turun ke peringkat 6 usai lomba.
2. Ride Through Penalty
Ride Through Penalty adalah jenis penalti yang diberikan kepada pembalap yang melakukan Jump Start atau mencuri start ketika lampu balapan belum menunjukkan warna merah/tanda siap untuk dimulai. Penalty ini akan tetap berlaku meskipun ban motor hanya bergerak beberapa centi saja karena sedikit gerakan tersebut bisa saja memberi keuntungan dorongan saat motor mulai berakselerasi.
Penalty ini akan di jatuhkan setelah Rider melaju 3 lap. Penalty ini mewajibkan pembalap untuk melewati Pit Lane di lap berikutnya setelah sanksi penalti diberikan dengan kecepatan maksimum 60 km/jam saat masuk hingga ujung jalur keluar Pit Lane. Jika Rider melaju lebih dari 60 km/jam maka akan langsung mendapat Black Flag, yang artinya diskualifikasi dan hasil balapnya tidak akan dihitung dalam klasemen.
3. Drop Position Penalty
Drop Position Penalty adalah jenis penalty yang mengharuskan Rider mundur beberapa posisi karena alasan melakukan pelanggaran tertentu seperti ketika sesi kualifikasi GP Catalunya 2019. Maverick Vinales yang melakukan atraksi Wheelie/mengangkat roda ban depan dijatuhi hukuman mundur 3 grid start karena aksinya tersebut dianggap berlebihan. Pada sesi kualifikasi GP Sepang 2018, Marc Marquez juga sempat dijatuhi hukuman yang sama.
Pada sesi kualifikasi, Marc mencatat waktu tercepat hingga memperoleh Pole Position. Namun Rider jagoan Repsol Honda Team ini tiba-tiba diberikan penalty turun 6 grid start oleh FIM MotoGP Stewards setelah terlibat insiden dengan Iannone di Turn 9 dan terbukti melakukan tindakan tidak bertanggungjawab dengan melambatkan motornya di Racing Line yang akan dilalui Iannone yang saat itu tengah dalam Hot Lap untuk mengejar catatan waktu putaran tercepat.
4. Point Penalty
Aturan Point Penalty pertama kali muncul pada MotoGP musim 2013. 1 tahun sebelumnya, aturan ini terlebih dahulu diterapkan pada ajang balap Moto2. Pengenalan sistem Point Penalty ini bertujuan untuk memberikan kejelasan dan konsistensi tentang cara memperlakukan Rider yang mengulangi pelanggaran berkali-kali dalam 1 musim kompetisi.
Aturan ini dibuat akibat banyak perdebatan tentang aksi agresif dan insiden yang dilakukan Marquez sepanjang 2012 dan cara Race Director memperlakukan Marquez. Dimulai dari insiden di Qatar 2012 yang mengakibatkan Tom Luthi keluar jalur, lalu tabrakan dengan Espargaro di Barcelona, tabrakan dengan Mika Kallio di Motegi dan berakhir dengan insiden yang melibatkan Simone Corsi di Valencia.
Marc tidak pernah mendapat skorsing atas pelanggaran berulangnya ini. Akhirnya FIM Stewards menetapkan sebuah aturan baru dengan sistem Point Penalty. Dalam aturan ini berlaku poin yang berkisar antara 1-10 untuk setiap Rider yang menunjukkan perilaku membahayakan Rider lain atau melakukan tindakan tidak sportif.
Sistem Penerapan Point Penalty
4 Point Penalty
Ketika pembalap memperoleh akumulasi 4 point, maka pembalap tersebut harus memulai start dari grid terakhir pada balapan selanjutnya.
7 Point Penalty
Jika Rider MotoGP mendapat akumulasi point yang mencapai angka 7, maka hukuman start dari Pit Lane harus dijalani pada race berikutnya.
10 Point Penalty
Ini merupakan hukuman Point Penalty yang paling berat karena pembalap akan otomatis di diskualifikasi dari lomba dan tidak dapat mengikuti race di seri berikutnya.
Aturan ini berlaku untuk 1 musim atau 365 hari. Ketika telah mencapai 10 point dan menjalani hukuman diskualifikasi, maka pada musim selanjutnya poin Rider yang melanggar akan kembali menjadi 0. Pada tahun 2014 aturan tentang Point Penalty ini diubah dengan masa berlaku selama 2 musim.
Artinya ketika pembalap mendapatkan sejumlah point dan belum mencapai 10 point, maka di tahun berikutnya point itu masih tetap berlaku dan baru akan hilang ketika 2 musim balap berlalu. Valentino Rossi adalah salah satu contoh Rider yang pernah merasakan sulitnya posisi ketika mendapatkan Point Penalty ini.
Diawali dari insidennya dengan Jorge Lorenzo di sesi kualifikasi GP Misano 2015 yang menyebabkannya menerima 1 point. Kemudian berlanjut dengan Sepang Clash yang berakhir dengan 3 Point Penalty bagi Rossi. Sehingga ketika sampai pada seri pamungkas, Point Vale telah mencapai 4 Point. Artinya Rossi harus memulai balapan seri Valencia dari grid terakhir.
Perubahan Baru Aturan Penalty Point
Jika sebelumnya hukuman Penalty Point hanya berlaku untuk 1 musim, lalu berubah menjadi 2 musim, maka pada gelaran balap musim 2016, Penalty Point muncul dengan format yang sedikit berbeda. Pemberian sanksi untuk akumulasi 3, 4 dan 7 point di hilangkan. Tidak ada lagi hukuman start dari Pit Lane ataupun start dari posisi paling belakang.
Akumulasi hanya diterapkan jika Rider mendapatkan point hingga 10, yang berarti akan langsung di diskualifkasi dari lomba untuk seri selanjutnya. Namun akumulasi untuk 2 musim masih berlaku. Ini berarti 4 point Rossi di 2015 masih berlanjut untuk musim 2016.
Black Flag
Black Flag adalah mimpi buruk bagi pembalap selain cidera parah setelah Crash. Black Flag berarti diskualifikasi bagi pembalap yang melakukan pelanggaran berat. Lalu apa yang bisa memicu Race Director mengeluarkan penalty Black Flag? Black Flag bisa dijatuhkan langsung ketika pembalap mengabaikan Ride Through Penalty atau bisa juga didapat dari akumulasi Point Penalty (ketika memperoleh 10 point).
Marc Marquez dan James Toseland merupakan segelintir pembalap yang pernah merasakan hukuman berat ini. Saat GP Phillip Island 2013 berlangsung, terjadi miss komunikasi antara kru tim dan Marquez. Waktu itu kondisi aspal di sirkuit Phillip Island dalam kondisi baru setelah di aspal ulang.
Bridgestone sebagai pemasok ban tidak dapat menjamin keamanan pembalap sehingga pada lap 10 Race Director memutuskan memangkas lap menjadi 19 putaran dan memberi instruksi bagi semua Rider agar masuk Pit untuk mengganti motor dengan ban baru. Ternyata Marquez menjadi satu-satunya pembalap yang tidak masuk Pit dan terus melaju kencang. Alhasil Black Flag pun dikibarkan dan Marquez di diskualifikasi dari lomba.
Kejadian serupa juga pernah menimpa James Toseland di GP Laguna Seca. Akibat mengabaikan Ride Through Penalty, Toseland pun menerima Black Flag Penalty. Pada GP Argentina 2018, Marquez berpotensi mengulang hukuman Black Flag-nya lagi. Kala itu mesin RC213V miliknya mati saat start akan dimulai. Marc pun memutar balik dan mencoba menghidupkan motornya dari urutan belakang.
Akibat aksinya itu, Race Director memberinya hukuman penalti 30 detik. Marc pun menyelesaikan balapan di urutan ke 5. Dan atas hukumannya itu, posisinya turun jauh ke urutan 18. Vinales sempat memprotes keputusan Race Director. Menurutnya jika Rider memutar arah saat start, harusnya diberikan hukuman Black Flag. Karena sesuai aturan, jika mesin motor mati saat start, maka Rider harus memulai start dari Pit Lane.