Saat pembalap mulai meninggalkan pit boxnya untuk balapan, motor yang digunakan itu kemungkinan besar mengalami berbagai kondisi yang berbeda di lintasan sebelum akhirnya kembali menemui para mekanik di garasi.
Lalu apa yang membuat kondisi komponen di motor bisa berubah ketika balapan? dan yang lebih pentingnya lagi adalah bagaimana pubahan ini memengaruhi performa motor di lintasan?
Tepat Saat memulai balapan hingga sampai motor MotoGP melewati garis finish, ada dua faktor utama yang berdampak cukup besar pada performa motor, yaitu saat kehabisan bahan bakar dan keausan pada ban. Kedua faktor ini sangat berhubungan satu sama lain .
Tim tim di MotoGP memulai balapan dengan tangki bahan bakar yang penuh, tepatnya ada 22 liter yang mana itu adalah jumlah maksimum yang dibolehkan sesuai regulasi MotoGP. Bahan bakar ini menambah bobot sebesar 16,5kg dari total keseluruhan bobot motor dan pembalap, ini jumlah beban yang cukup besar terhadap motor. Karena bobot motor bertambah maka performa motor akan menurun – tentunya ini akan berdampak pada sulitnya motor untuk mencapai kecepatan maksimum dan meningkatkan resiko dari motor untuk melebar ketika akan menikung.
Ini tentu bisa menjadi masalah, tapi untungnya ketika bahan bakar sedang penuh, ban masih tetap dalam kondisi yang sempurna. Ketika pembalap menjalani sesi warm up lap, ban akan memiliki grip yang kuat terhadap aspal lintasan setelah melakukan satu lap pertama. Setelah itu ban akan mengalami keausan seiring berlangsungnya balapan, namun ini bersamaan juga dengan berkurangnya bahan bakar di tangki motor, sehingga akan mengimbangi penurunan performa dari karet ban pada saat balapan berlangsung.
Kondisi cuaca di lintasan juga memiliki efek dramatis pada ban. Contohnya ketika hujan lebat ban akan mengalami sedikit keausan karena suhu lintasan yang lebih rendah dan kecepatan motor yang menurun saat balapan. Tetapi jika ban basah dipakai pada lintasan yang kering maka akan cepat rusak parah sama halnya seperti ketika kita menggosokan karet penghapus pensil ke selembar kertas.
Disamping itu para pembalap juga harus memperhatikan pada cakram rem. Komponen ini biasanya dibuat dari karbon atau baja, yang kemungkinan juga bisa mengalami keausan yang parah tergantung bagaimana pembalap menggunakan rem di lintasan saat balapan berlangsung. Pada suhu yang sangat tinggi, cakram karbon dapat hancur berkeping-keping. Itulah kenapa tim MotoGP menggunakan cakram rem yang lebih lebar yang dapat mendistribusikan panas lebih baik di suhu yang panas seperti yang terjadi di Sepang, atau saat pembalap sering mengerem dengan keras seperti di sirkuit Motegi.
Saat pembalap bisa menyelesaikan balapan, maka tangki bahan bakar akan semakin kosong saat balapan berlangsung. Pengurangan bobot ini berarti motor membutuhkan lebih sedikit tenaga untuk mencapai kecepatan maksimumnya. Meski begitu, keausan pada ban yang terjadi berarti bahwa pembalap harus mengubah cara dalam mengontrol motor mereka. Pembalap yang lebih menggunakan tekniknya, yang mana tidak terlalu memaksakan ban saat balapan akan mendapatkan manfaat pada saat momen ini . sementara, para pembalap yang agresif harus mengendalikan motornya dengan lebih berhati-hati agar tidak kehilangan waktu karena ban yang mulai aus, dan juga harus memerhatikan hal-hal kecil saat balapan agar dapat memulihkan kecepatan motornya.
Singkatnya, meskipun jika dilihat dari luar sepertinya semua motor tampak sama saja ketika balapan di lintasan, ini terjadi karena adanya keseimbangan antara penggunaan bahan bakar dengan keausan ban. Dan tantangan para pembalap adalah mereka harus bisa menjaga kedua hal itu sepanjang balapan dan tau bagaimana caranya untuk mengkombinasikan kedua hal itu untuk mendapatkan performa motor yang maksimal.