Selama periode pertengahan 90-an, Grand Prix (yang kini disebut MotoGP) sangat berpengaruh besar di Jepang. Banyak pembalap Jepang yang ikut dalam kejuaraan balap, terutama di kelas 125cc. Masih teringat jelas pada 1996, tahun dimana Valentino Rossi pertama kali masuk di kelas 125cc, rupanya banyak sekali Rider Jepang yang menempati kelas tersebut dan menjadi lawan tangguh untuk Vale.
Setidaknya ada 11 pembalap Jepang dari total 33 pembalap yang ikut dalam persaingan di kelas 125cc kala itu. Artinya lebih dari 30% pembalap kelas 125cc berasal dari Jepang, termasuk Haruchika Aoki yang merupakan teman baik Rossi. Aoki menjadi juara di kelas tersebut pada 1996, diikuti Masaki Tokudome dan Tomomi Manako di tempat kedua dan ketiga.
Rossi sendiri masih berada di posisi 9 klasemen akhir, tepat dibawah Kazuko Sakata setelah mengumpulkan 2 kali podium dengan 1 kali kemenangan sirkuit Brno. Begitupun di kelas 500cc, Jepang memiliki pembalap sekelas Norifumi Abe, Nobuatsu Aoki, Tetsuya Harada dan Rider terhebat Jepang, Tadayuki Okada. Okada merupakan mantan pembalap GP500 yang beberapa kali merasakan puncak podium semasa berkarier bersama Honda.
Prestasi terbaiknya adalah berakhir di peringkat 3 tahun 1999 di kelas 500cc bersama Repsol Honda. Mereka adalah jagoan dari negeri sakura yang berhasil menyabet banyak podium di kelas 2tak 500cc. Sementara di era 4tak 990 ada nama Tohru Ukawa yang sukses meraup 9 kali podium (1 kali kemenangan, 2 kali posisi ke 2 dan 6 kali posisi ke 3) di musim 2002.
Penurunan Prestasi Pembalap Jepang
Namun sejak tahun 2006, keberadaan pembalap Jepang mulai berkurang di kelas primer, bahkan prestasi balap mereka juga menurun drastis. Kali terakhir pembalap Jepang meraih kemenangan di MotoGP adalah pada musim 2004, saat Makoto Tamada berhasil menjadi yang terdepan melintasi garis finish di GP Rio de Janeiro dan GP Motegi.
GP Motegi 2004 juga menandai momen paling membanggakan yang terakhir kali dilihat publik Jepang, dimana pada seri itu 2 pembalap Jepang berhasil naik podium bersama (Makoto Tamada di podium 1 dan Shinya Nakano di podium ke 3). Tahun-tahun setelahnya, momen manis tak pernah terulang lagi hingga kini. Spanyol dan Italia kini lebih banyak mendominasi kemenangan hampir di semua kelas balap.
Hal itu dipengaruhi juga oleh banyaknya Rider dari Italia dan Spanyol yang bertarung di kelas MotoGP. Cukup ironis, Jepang pernah berduka dengan hilangnya 2 Rider hebat mereka, Daijiro Kato yang meninggal dalam kecelakaan hebat di sesi latihan GP Suzuka 2003 dan Shoya Tomizawa yang meregang nyawa di GP San Marino 2010.
Kesedihan Jepang bertambah berat ketika mereka kini hanya mempunyai 1 sirkuit (Motegi) yang masih masuk kalender balap MotoGP. Sedangkan dulu mereka juga memiliki Suzuka sebagai destinasi balap di MotoGP. Berbanding terbalik dengan Spanyol yang masih memiliki banyak sirkuit untuk MotoGP sekarang, seperti Jerez, Catalunya, Aragon dan Valencia.
Pada 2009 Jepang sempat kembali berbahagia dengan Hiroshi Aoyama yang sukses mendapatkan gelar juara dunia 250cc pertamanya. Sayangnya ketika pindah ke MotoGP, Aoyama kesulitan bersaing dengan pembalap lainnya di MotoGP dan mampu memperoleh hasil yang memuaskan saat balapan.
Di musim 2015, pada gelaran balap di GP Motegi, 3 pembalap Jepang berstatus Wild Card Rider turun dalam race, sesuai ketentuan Dorna, bahwa negara tuan rumah penyelenggara balap berhak mendapat jatah Wild Card Rider untuk seri tersebut. Ketiga pembalap itu adalah Katsuyuki Nakasuga, Takumi Takahashi dan Kousuke Akiyoshi. Sayang, ketiganya tak mampu tampil apik dan hanya menempati posisi ke 23, 25 dan 26.
Kini di MotoGP 2022, hanya Takaaki Nakagami, satu-satunya pembalap Jepang yang masih bisa menembus kelas MotoGP. Sejak 2018, Nakagami telah masuk di MotoGP dan bergabung bersama tim LCR Honda. Prestasinya selama hampir 5 tahun terbilang belum cukup fantastis karena Nakagami. Posisi finish terbaiknya adalah urutan ke 4 yang di dapatkannya 3 kali, masing-masing pada GP Andalusia 2020, GP European 2020 dan GP Jerez 2021.
Lalu kenapa Jepang bisa kehilangan banyak pembalap di MotoGP? Kenapa hanya sedikit pembalap Jepang yang sekarang dapat masuk di kelas MotoGP? Bukankah Jepang mempunyai 3 motor pabrikan besar (Yamaha, Honda dan Suzuki) yang telah sejak lama mengikuti Grand Prix? Kenapa Rider Jepang sulit berprestasi di MotoGP? Apa yang sebenarnya terjadi pada pembalap Jepang dalam dekade terakhir?
Penyebab Sulitnya Pembalap Jepang Berprestasi Di MotoGP
1. Mentalitas Juara Belum Terbentuk
Jepang sebenarnya memiliki banyak potensi pembalap berbakat. Mereka cepat tetapi kurang dapat diandalkan dan rawan melakukan kesalahan saat race. Budaya di Jepang yang menempatkan keberanian diatas skills balap adalah salah satu faktor kenapa mereka kurang berprestasi di MotoGP.
Di Jepang, seorang pemuda yang berani melawan pria yang lebih besar akan dianggap pahlawan, meskipun dia mungkin akan mengakhiri pertarungan di ambulans/rumah sakit. Pembalap jepang lebih mengutamakan keberanian diatas efektivitas balap mereka. Oleh karena itu mereka menjadi terlalu banyak mengalami Crash dibanding finish dengan point. Mentalitas juara pembalap Jepang masih perlu diperbaiki di masa depan.
2. Jepang Tidak Memiliki Banyak Sirkuit
Problem lain datang dari minimnya trek di Jepang yang dapat dipakai untuk kompetisi lokal dan berlatih balap. Jika melihat Spanyol, mereka memiliki banyak sirkuit untuk menggelar kompetisi lokal. Pembalap memiliki wadah untuk berkompetisi sejak usia dini.
Mereka terus berlatih dan mengasah kemampuan dari tempat balap tersebut sehingga jam terbang mereka lebih banyak dibanding pembalap di Jepang. Pemerintah Spanyol lebih memperhatikan olahraga balap dan mempersiapkan para Rider masa depan dengan memberikan fasilitas yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan balap. Hal itulah yang tidak dijumpai di Jepang.
3. Kurangnya Dukungan Dari Pihak Sponsor Balap
Finansial adalah masalah yang pelik dan bisa menjadi isu yang besar jika berkaitan dengan balapan. Seorang pembalap dapat terus eksis jika mereka mendapat sponsor yang cukup untuk menaungi kebutuhan keuangan pembalap dan tim.
Di Spanyol, jika ada pembalap amatir yang masuk masuk posisi 2 besar di ajang CEV dan CIV, maka mereka bisa masuk ke Moto3 secara gratis karena Spanyol juga mempunyai banyak sponsor untuk mendukung dunia balap.
Sedangkan bagi pembalap Jepang yang ingin ke Moto3, mereka juga harus mengikuti kompetisi ini dan pergi ke Spanyol. Itu pasti membutuhkan banyak biaya, seperti biaya untuk transportasi menuju Spanyiol dan biaya lain untuk kebutuhan hidup di Spanyol yang cukup tinggi.
Langkah Dorna Membuka Jalan Pembalap Asia Ke MotoGP
Dorna memahami bahwa Rider Asia, termasuk Jepang sangat sedikit di MotoGP. Sementara Dorna juga perlu menjaga bisnisnya di Asia karena salah satu seri balap MotoGP di gelar di Jepang. Akan sangat baik jika ada banyak pembalap Jepang di MotoGP karena penikmat balap di Jepang juga akan semakin besar.
Oleh karena itu, Dorna membentuk ajang balap bertajuk Idemitsu Asia Talent Cup. Kompetisi ini dibuat sebagai sarana bagi pembalap berbakat di Asia untuk dapat melangkah ke jenjang yang lebih tinggi (Moto3) dan berakhir di MotoGP. Peserta kompetisi berasal dari 8 negara Asia Pasifik, meliputi Australia, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Qatarm Thailand dan Turki.
Semua pembalap akan mengendarai motor yang sama, yaitu Honda NSF250R dan panduan langsung dari Alberto Puig dan para tim ahli. Pembalap yang menjuarai Idemitsu Asia Talent Cup berpeluang besar untuk masuk ke kelas Moto3 dan mengejar mimpinya menjadi pembalap professional di masa depan.
Munculnya Rising Star Rider Dari Jepang
Upaya Dorna untuk mendongkrak gairah balap di kawasan Asia membuahkan hasil yang positif. Jepang kini memiliki beberapa pembalap muda potensial yang sukses mendapatkan sejumlah podium di kelas Moto3 dan Moto2. New Rising Star Jepang kini telah muncul. Dia adalah Ai Ogura, pembalap masa depan asal Jepang.
Ogura adalah jebolan ajang Idemitsu Asia Talent Cup yang telah menunjukkan performa apik di kelas Moto3 2020 dengan meraih 7 kali podium. Dan kini Ogura telah berada di kelas Moto2, mengoleksi 3 podium (1 kali kemenangan di GP Jerez, podium 2 di GP Austin dan podium 3 di GP Argentina, bersaing ketat dengan Celestino Vietti, Rider andalan Mooney VR46 Racing Team.
Sedangkan di kelas Moto3 ada nama Ayumu Sasaki, Tatsuki Suzuki dan Kaito Koba yang mulai menjadi pusat perhatian para penikmat balap. 5 dari 34 pembalap di kelas Moto3 kini berasal dari Jepang. Dan 3 diantaranya berhasil menempari posisi 10 besar klasemen.
Pencapaian ini sangat positif bagi Jepang dan tidak menutup kemungkinan pembalap seperti Ogura, Sasaki, Tatsuki dan Koba kelak mampu berprestasi di kelas MotoGP, karena di tangan pembalap muda potensial inilah nama Jepang dapat kembali ke jajaran elit penguasa balap seperti yang dulu mereka lakukan di era 90-an.