Bangkitnya Ducati di tangan Alvaro Bautista akhirnya dapat mengakhiri puasa gelar Ducati selama 11 tahun.
Bukan sembarang puasa, pasalnya Ducati adalah pabrikan paling sukses di sepanjang gelaran World Superbike Championship (WSBK).

Dari tahun 1990 sampai 2004, Ducati hanya kalah tiga kali di kejuaraan konstruktor. Pada periode itu pula, satu-satunya pabrikan yang bisa memberikan perlawanan hanya Honda.
Jadi melihat Ducati tidak memenangkan gelar pabrikan maupun pembalap selama 11 tahun tentu menjadi hal yang aneh.
Apalagi pada periode itu, Ducati bukannya hengkang atau keluar dari kejuaraan. Hal ini tentu membuat kemenangan pada 2022 semakin terasa manis, karena ditunggu dalam waktu yang lama.

Maka dari itu mari kita lihat perjalanan Ducati di WSBK dan kenapa mereka bisa juara dunia 18 kali.
Punya Rider Terbaik
Tidak bisa dipungkiri, peran pembalap dikesuksesan sebuah pabrikan amat besar. Banyak pabrikan yang diperkuat oleh talenta-talenta besar, salah satunya adalah Ducati.
Pada era 90an, beberapa nama besar WSBK membela Ducati, diantaranya adalah Raymond Roche, Dough Polen, Troy Corser, Troy Bayliss dan Carl Fogarty.
Raymond Roche menjadi pembalap pertama yang mampu mengantarkan Ducati meraih gelar di WSBK.

Waktu itu menunggang Ducati 851, Roche mampu memenangkan delapan balapan dan berhasil mengalahkan jagoan Yamaha dan Honda, Fabrizio Pirovano dan Stephane Mertens.
Selanjutnya ada Dough Polen yang jadi juara dunia musim 1991 dan 1992. Menunggang Ducati 888, Polen mampu menang 17 kali pada 1991, menjadi salah satu juara paling dominan pada saat itu.

Sesudah Polen muncul Carl Fogarty. Foggy mampu memenangkan 53 balapan untuk Ducati dan memenangkan juara pembalap sebanyak empat kali bersama Ducati.
Sepanjang karirnya bersama Ducati, Foggy tercatat menunggang beberapa model Superbike legendaris Ducati, seperti model 888, 916 dan 996.

Di sela-sela kejayaan Foggy muncul Troy Corser yang mempu juara dunia di musim 1996 dan jadi juara dunia termuda saat itu.

Sesudah era Foggy dan Corser selesai, Ducati kemudian merekrut Troy Bayliss dan sanggup merebut tiga gelar pada 2001, 2006 dan 2008.

Ducati terus diperkuat pembalap-pembalap terbaik sampai tahun 2000an, sebut saja James Toseland, Neil Hogdson dan Carlos Checa yang berhasil juara dunia pada 2003, 2004 dan 2011.
Bahkan pembalap yang gagal meraih gelar seperti Noriyuki Haga, Regis Laconi, Michele Fabrizio, Marco Melandri dan Chaz Davies, mampu membawa Ducati terus bersaing di depan.

Terakhir ada Alvaro Bautista yang mampu memaksimalkan Ducati Panigale V4R lebih dari pembalap Ducati yang lain, dan berhasil merebut gelar juara.
Peran pembalap tidak kalah besar dengan kesempurnaan motor yang diproduksi oleh Ducati, karena itu kesuksesan Ducati di WSBK tidak hanya bertumpu pada motor mereka melainkan juga dengan siapa yang menunggangnya.
Punya Superbike Terbaik
Semua motor Ducati sebelum Panigale V4R menggunakan mesin V-Twin 90 derajat dengan teknologi Desmodromic Valve yang menghasilkan tenaga besar.
Meski dari sisi rangka setiap model berbeda, namun Ducati sering menggunakan rangka model traliss untuk Superbike-Superbike mereka.

Ducati juga sering menjadi pelopor penggunaan teknologi di Superbike. Seperti penggunaan single swing arm, adjustable suspension dan penggunaan aero winglet.
Model yang Ducati pakai di WSBK ada beberapa, diantaranya ada Ducati 851, 888, 916, 996, 998, 999, 1098, 1198, Panigale R 1199 dan Panigale V4R

Sejak tahun 2012, semua seri Superbike Ducati kini diseragamkan dengan nama Panigale sebelum nama seri mereka.
Sebelumnya Ducati hanya menggunakan angka sebagai nama seri mereka sehingga sulit diingat. Nama Panigale ini diharapkan mampu untuk menseragamkan nama Superbike Ducati sehingga mudah untuk diingat.

Nama Panigale sendiri diambil dari kota tempat kelahiran Ducati, yakni kota Borgo Panigale di Italia.
Semua model Ducati tersebut pernah setidaknya merebut satu gelar kecuali Ducati Panigale R 1199.
Pada akhir era Panigale R, Ducati menyadari bahwa kini mesin V-Twin tidak lagi mendapat keuntungan apa-apa dari regulasi.
Sehingga akhirnya Ducati beralih menggunakan mesin V4 yang sebelumnya ekslusif mereka pakai di Motogp.
Panigale V4R akhirnya mampu merebut kembali gelar juara untuk Ducati sejak pertama kali diterjunkan pada 2019 yang lalu.
Diuntungkan Regulasi
Tidak dipungkiri kalau Ducati juga diuntungkan oleh regulasi Superbike yang pernah ada, terutama pada periode 90an.
Pada periode 90an, regulasi mesin yang berlaku adalah mesin dengan jumlah silinder kurang dari empat diperbolehkan untuk mempunyai kapasitas mesin 900-1000cc.

Sementara mesin empat silinder dibatasi hanya sampai 750cc. Pada waktu itu belum ada regulasi pembatasan RPM seperti sekarang, sehingga Ducati bisa meracik RPM yang pas untuk memaksimalkan motor mereka.

Ducati sejak awal keikutsertaan mereka selalu menggunakan mesin V-Twin, sehingga Ducati memperoleh keuntungan pada segi kapasitas motor dan bobot yang ringan.
Mesin V-Twin Desmodromic mereka mampu menghasilkan tenaga yang besar dan lincah di tikungan.
Kombinasi antara mesin V-Twin 1000cc Ducati dan RPM yang ideal membuat motor-motor Ducati mendominasi periode 90an sampai awal 2000an.
Honda yang merupakan pesaing terdekat Ducati waktu itu, bahkan sampai harus membuat motor V-Twin 1000cc mereka sendiri untuk mengalahkan Ducati.
Motor itu adalah VTR1000 (singkatan dari V-Twin Racing), motor ini juga sering dijuluki Ducati killer, karena tujuan motor ini lahir memang untuk mengalahkan dominasi Ducati.
Upaya Honda itu berhasil pada musim 2000 dan 2002, saat Colin Edwards merebut gelar juara pembalap. Namun begitu gelar pabrikan masih jatuh ke tangan Ducati.

Pada 2004, regulasi Superbike akhirnya memperbolehkan mesin empat silinder untuk punya kapasitas mesin 1000cc. Hal ini kemudian membuat Ducati diperbolehkan menggunakan mesin 1200cc.
Pada era ini, Ducati masih berjaya dengan keuntungan kapasitas dan bobot yang mereka punya. Meskipun terlihat kalau mesin empat silinder 1000cc mampu untuk memproduksi RPM yang lebih besar dan perlahan mendekati Ducati.
Motor empat silinder 1000cc pertama yang mampu mengalahkan Ducati adalah Suzuki GSX1000R pada 2005 lewat mantan jagoan Ducati, Troy Corser.

Namun pada era ini, Ducati masih mampu merebut gelar pada 2006, 2008 dan 2011. Pasca periode inilah, Ducati kesulitan memenangkan gelar dengan mesin V-Twin mereka.
Ducati juga pernah meninggalkan Superbike pada akhir 2010 dan baru kembali sebagai pabrikan pada 2014. Karena sebagian besar pengembangan Panigale R 1199 diserahkan pada tim privateer.

Kini motor-motor empat silinder 1000cc sudah mencapai puncak pengembangan yang menyebabkan semua kelebihan mesin V-Twin kurang bisa untuk bersaing.
Mesin 1000cc sekarang memiliki tenaga yang lebih besar dan putaran mesin lebih tinggi karena itu bobot yang lebih berat bukan lagi halangan, apalagi Ducati hanya punya keunggulan 200cc kapasitas mesin.
Hal ini membuat Ducati akhirnya menggunakan mesin V4 dan kini kembali memperoleh keuntungan putaran mesin, Ducati kini jadi motor dengan putaran mesin paling besar di WSBK.

Pernah Jadi Satu-Satunya Pabrikan di WSBK
Kemudian Ducati pernah jadi satu-satunya tim dengan dukungan pabrikan penuh di WSBK. Hal ini terjadi pada 2003-2004.
Waktu itu semua pabrikan Jepang berfokus pada Motogp yang baru bertransisi dari era dua tak ke empat tak.

Agar dapat memperoleh pengembangan yang maksimal, maka sebagian besar pabrikan Jepang memilih untuk berfokus pada Motogp.
Pabrikan lain yang masih turun di WSBK secara penuh pada waktu itu hanya Suzuki, itupun dengan motor yang menua.
Karena itu pada periode ini, Ducati secara telak mendominasi jalannya kejuaraan WSBK. Bahkan ada yang menyebut musim 2004 sebagai Ducati cup saking tidak adanya persaingan dari pabrikan lain.
Neil Hogdson dan James Toseland hanya menghadapi perlawan dari rekan setim mereka, Ruben Xaus dan Regis Laconi.

Baru pada 2005, keempat pabrikan utama Jepang, Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki kembali ke WSBK dengan dukungan pabrikan, walau masih diwakilkan oleh tim-tim privateer Eropa seperti Ten Kate Racing. Jalannya WSBK kembali bisa lebih kompetitif.
Kini dengan Alvaro Bautista dan V4R, Ducati diprediksi akan kembali ke masa kejayaan mereka di WSBK. Pesaing utama mereka, Yamaha dan Kawasaki kini harus segera melakukan sesuatu, sebelum WSBK kembali menjadi Ducati Cup lagi.