Beberapa waktu lalu kami sudah menjelaskan banyak hal tentang Honda NSR500, motor yang dikendarai oleh pembalap seperti Mick Doohan dan Alex Crivillé. Motor ini tidak dikembangkan lagi dengan datangnya era MotoGP. Kemudian, dibuatlah Honda RC211V untuk mengikuti perubahan peraturan yang ada di MotoGP.
Seperti yang diharapkan, pabrikan Jepang memulai era baru ini dengan pengenalan yang inovatif. Diciptakanlah mesin V5 pertama dalam sejarah kejuaraan balap Grand Prix. Mesin ini memiliki tiga silinder di bagian depan, dua di bagian belakang, dan sudut 75,5 derajat untuk menghilangkan getaran yang disebabkan oleh distribusi yang tidak merata ini. Hasilnya adalah mesin yang sempit dan mudah dikendalikan, hal ini berkat pengalaman tim sebelumnya yang membuat konfigurasi mesin “Big Bang”, menjadikannya mesin yang seimbang dan bertenaga tinggi dengan handling yang halus.
Pada tahun 2002, tahun debut RC211V, motor ini memenangkan 14 seri balap dari 16 seri balap yang digelar di musim itu.
Tahun berikutnya dilakukan berbagai macam adaptasi ke mesin ini. Perubahan yang paling signifikan adalah pemendekan dan pelebaran silinder, juga penambahan sistem elektronik kontrol gas. Dua perubahan ini membuat peningkatan tenaga pada mesin.
Langkah maju dilakukan Honda dalam pengembangan Perangkat Elektronik dan engine brake. Perubahan ke mesin empat tak, berarti bahwa tenaga engine brake juga lebih besar, ini bisa mengakibatkan pembalap akan kesulitan mengendalikan cengkraman ban belakang motor saat pembalap mengendurkan gas. Sistem elektronik kontrol gas terbukti efektif dalam mengurangi efek engine brake pada motor.
Perubahan ini terbukti menuju ke arah yang benar, dibuktikan dengan raihan juara dunia Valentino Rossi selama dua tahun berturut-turut.
Pada tahun 2004, para insinyur Honda terus mengembangkan mesin. Panjang stroke silinder lebih pendek dan diameternya meningkat, memungkinkan putaran mesin bisa mencapai 15.000 rpm.
Eksperimen dimulai dengan konfigurasi pengapian yang berbeda dengan poros engkol 180 derajat, bervariasi ke arah pola yang lebih mirip dengan mesin Big Bang, tetapi pengapian semua pistonnya tidak secara bersamaan.
Dalam upayanya untuk menjadi pemimpin teknologi dan menjinakkan mesin yang bertenaga besar, Honda memperkenalkan Honda Intelligent Throttle Control System atau HITCS. Komponen ini berperan untuk mencegah wheel spin dan wheelie, juga meningkatkan respon dari engine brake. Ini semua berkat sistem elektro-mekanis ini.
Meskipun mesin ini berhasil meraih juara dunia konstruktor, masih ada banyak celah untuk pengembangan lebih lanjut, dan pada tahun 2005 motor ini melakukan pengembangan pada sistem HITCS, kelistrikan, dan sasis.
Pada tahun 2006 motor ini meraih juara Dunia bersama dengan pembalap Nicky Hayden, dan merupakan tahun ketika Dani Pedrosa bergabung dengan tim Repsol Honda. Namun di balik kesuksesan di tahun ini dan selain kombinasi dua pembalap hebat tadi, ada juga beberapa pengembangan teknologi yang terjadi. Mesinnya dimodifikasi untuk membuatnya sedikit lebih padat, mengatur ulang suspensi belakang dan menggerakkan swingarm ke depan. Modifikasi juga dilakukan pada sistem kelistrikan, kopling, dan sasis. Langkah evolusi pun dilakukan pada sistem HITCS. Peningkatan pada sistem ini membuatnya lebih responsif terhadap perilaku pembalap, dan meningkatkan kontrol gas yang lebih akurat.
Tenaga mesin ini bisa mencapai 256 horse power, dan ada rumor yang mengatakan bahwa mesin ini bahkan bisa mencapai 296 horse power. Prestasi dari motor Honda RC211V ini adalah saat motor ini bisa memenangkan tiga kali Juara Dunia dan empat kali gelar juara dunia konstruktor dari keikutsertaannya dalam 5 musim balap Grand Prix.
Pada tahun 2007, dengan adanya perubahan regulasi Grand Prix, Honda pun membuat model baru dengan mesin 800cc. Kemudian pada tahun 2011, Honda mengembangkan motor baru yaitu RC212V yang berhasil meraih juara dunia dengan pembalapnya Casey Stoner.
Pembahasan untuk Honda RC212V akan dilanjutkan di video yang lain ya.