Setelah Suzuki keluar dari MotoGP, Yamaha sekarang satu satunya pabrikan MotoGP yang tidak menggunakan konfigurasi mesin V4, dan sekarang sedang berada pada masa sulit yang dibuktikan dengan berada di posisi kelima atau terakhir dalam klasmen konstruktor.
Pembalap andalan Yamaha, Fabio Quartararo saat ini baru mengoleksi 1 podium dari 10 balapan yang sudah digelar musim ini. Oleh sebab itu Quartararo selalu menekan Yamaha untuk bisa membuat perubahan besar demi mengangkat kembali performa Yamaha.
Secara khusus, pembalap asal Perancis tersebut mengatakan dengan jelas bahwa upgrade mesin 2023 masih belum cukup bagi motor Yamaha untuk memakai aero downforce besar yang setara seperti pabrikan rival semacam, Ducati, Aprilia, Honda dan KTM.
Sedangkan bila memulai proyek baru dengan mengembangkan motor bermesin V4 tentunya akan menjadi tantangan sangat besar bagi Yamaha. Dan bila memutuskan untuk membangun mesin V4 pun tidak ada jaminan bahwa mesin V4 akan bisa menyelesaikan banyak masalah Yamaha M1 ke depannya.
Suzuki sebenarnya juga sudah membuktikan bahwa motor bermesin Inline4 cukup bagus untuk bisa bertarung meraih kemenangan, ini dibuktikan dengan raihan 2 kemenangan di 3 balapan terakhir musim lalu.
Namun mungkin perlu menghidupkan lagi sistem hak konsesi MotoGP yang sudah terbukti sukses selama ini agar persaingan di MotoGP lebih seru. Misalnya mungkin memberi tambahan sesi uji coba bagi pabrikan yang berada di dasar klasmen konstruktor.
Atau mungkin dengan memberi aturan teknis MotoGP, yang mana sebenarnya saat ini sudah menawarkan perbedaan bobot minimal, dengan bobot minimal 150kg untuk mesin 800cc, atau bobot 157kg untuk mesin 801 sampai 1000cc. Namun sepertinya perlu ada penambahan aturan teknis lain bagi pabrikan yang menghuni dasar klasmen, seperti misalnya pemberian sedikit keuntungan bagi motor bermesin inline dengan sedikit peningkatan ‘bore’ maksimum dari silinder mesinnya melebihi 81 milimeter.
Ini penting, karena tetap menjaga persaingan konfigurasi mesin yang berbeda melalui regulasi teknis adalah masalah yang telah lama dihadapi oleh ajang World Superbike, dan ini mungkin saatnya bagi MotoGP untuk juga melakukan penyeimbangan performa antara mesin inline4 dan V4, demi menghindari semua pabrikan hanya menggunakan satu desain mesin yang dominan. Terutama dalam ajang balap dengan satu merek ban tunggal.
Mantan pembalap Grand Prix asal Inggris Keith Huewen berpendapat pada saat Suzuki memutuskan keluar dari MotoGP, mungkin saat itu Suzuki sudah bisa memprediksi motor dengan mesin inline 4 di MotoGP bakal tidak bisa bersaing lagi. Mungkin juga Suzuki tahu bahwa mereka sudah pada batasnya melakukan pengembangan motor inline4, dan oleh sebab itu Suzuki mungkin sudah berpikir agar bisa bersaing dengan motor V4, mereka harus membangun motor dengan layout mesin V4 seperti para rival lainnya. Dan mungkin itulah mengapa Suzuki memilih cabut dari MotoGP meskipun Suzuki sudah menandatangani kontrak selama 5 tahun di MotoGP.
Huewen tak menampik bahwa cabutnya Suzuki pasti karena alasan terkait bisnis di belakangnya, namun Huewen juga meyakini salah satu alasan lain Suzuki cabut karena Suzuki sudah mencapai batasnya dalam mengembangkan motor dengan konfigurasi inline4. Dan mungkin juga Yamaha berada di situasi yang hampir sama dengan Suzuki.
Seperti yang diketahui, motor Yamaha inline4 cross plane merupakan motor yang cepat ketika Quartararo bisa melaju di racing line nya sendiri tanpa ada gangguan pembalap di depan. Namun hal itu sangat jarang terjadi pada situasi balapan, dimana para rival memakai motor V4 dengan cara membalap ‘stop and go’ ketika memasuki tikungan. Bagi Quartararo atau siapapun pembalap yang menunggangi Yamaha, hal itu pasti akan merusak corner speed mereka.
Oleh sebab itu, yang paling dikhawatirkan Keith Huewen adalah apakah situasi seperti ini akan mendorong pabrikan Yamaha untuk keluar dari MotoGP seperti halnya Suzuki ? karena investasi yang dikucurkan untuk mengubah filosofi mesin motor sangatlah besar. Dan lagipula Yamaha bermesin V4 sama saja bertentangan dengan strategi marketing Yamaha selama ini yang terkait dengan penjualan motor jalanan Yamaha.
Bila melihat situasi ini mungkin saja Suzuki cabut dari MotoGP karena sudah melihat apa yang akan terjadi ke depannya bila Suzuki meneruskan kiprahnya di MotoGP menggunakan mesin inline4.
Lalu akankah Yamaha akan melakukan hal yang sama seperti Suzuki?