
Dunia motorsport memang sesuatu yang mahal. Ya, olahraga otomotif ini tidak pernah mengenal kata murah. Apalagi kalau menyangkut even internasional seperti Grandprix. Bisa jadi inilah yang menjadi ganjalan pembalap-pembalap Asia tenggara untuk bisa terjun secara total dan meraih juara di ajang motorsport. Karena tidak banyak sponsor yang menggelontorkan dana untuk sekedar menadi sponsor dunia ini.
Syukurlah, dari Indonesia sudah ada seorang Mario Aji yang mencoba peruntungannya di GP, walau baru di kelas Moto3. Tapi usia ‘Super’ Mario Aji yang masih muda membuatnya leluasa meniti karier.
Sebelumnya, ada pembalap Asia tenggara lain yang juga merintis karier di dunia adu cepat roda dua ini. Tepatnya dari negeri Jiran Malaysia. Yap! Dialah seorang Hafizh Syahrin. Hafizh bahkan bisa mencapai level motoGP, tapi sayang, selanjutnya karier Hafizh mentok.
Kehidupan awal
Hafizh semenjak anak-anak sudah menyukai dunia balap. Hal ini di buktikan ketika usia 9 tahun di terjun pada balapan Pocket bikes. Hafizh ini termasuk orang yang sangat berbakat di dunianya. Karena di balapan ini dia bahkan dapat julukan king of pocket bikes berkat prestasi gemilangnya. Bakat Hafizh di dunia balap motor pertama kali ditemukan oleh Barry Leong, manajer tim Petronas Raceline Malaysia
Meskipun begitu, rupanya ada saja tantangan dalam kariernya. Tak lain adalah sang ayah yang awalnya tidak setuju pada karier balap Hafizh. Padahal kalau dirunut, ayah Hafzh adalah seorang mekanik.
Namun ceritanya tidak seperti itu. Orang tuanya punya alasan tersendiri kenapa melarang Hafizh balapan.
Ketika pertama kali belajar sepeda motor, Hafizh menyewa. Duitnya di peroleh dari hasil ngambil duit ayahnya. Caranya, ketika ada orang datang ke bengkel untuk mengambil motornya, Hafizh menemui orang tersebut. Lalu tanpa sepengetahuan orang tuanya, Hafizh menerima pembayaran motor dari pelanggan. Uang tersebut bukannya di setor ke ayahnya, Abdullah Harun, melainkan di pergunakan untuk menyewa motor untuk dipakai belajar.
Ketika sang ayah mengetahui tersebut, sempat marah dan tak mengiinkan Hafizh untuk belajar motor. Tapi namanya orang tua, tak bisa berlama-lama marah, kan?
Setelah kemarahannya mereda justru Pak Abdullah Harun membelikan Hafizh satu unit sepeda motor yang kelak dipakai berlatih.
Karier selanjutnya
Ibarat pintu rezeki, kalau sudah terbuka, maka mengalirkan terus. Itu terjadi dalam hidup Hafizh ketika seorang seorang Barry Leong, Manajer tim Petronas Sprinta Yamaha Raceline memergokinya sedang latihan. Barry langsung terpukau pada penampilan Hafizh yang gesit mengendalikan motor. Akhirnya Barry mengajaknya untuk lebih serius latihan di tim.
Tiga tahun kemudian Hafizh menjadi bagian dari tim balap Junior Malaysia. Menginjak 13 tahun usianya, Hafizh mengikuti ajang Cup Prix Championship. Sebuah ajang balap motor kelas underbone nasional Malaysia. Di arena tersebut, Hafizh berhasil menjadi runner up klasemen akhir pada musim 2007.
Menjadi salah satu wakil dari Petronas Sprinta Raceline, Haifzh lalu mengikuti Yamaha Givi Cup 2008. Di ajang itu Hafizh meraih posisi 3.
Dua tahun kemudian Hafizh sudah mencicipi di kancah senior pembalap Malaysia waktu itu tahun 2009. Dia lalu memenangkan balapan pada awal musim di Alor Setar, yang ada di negara bagian Kedah, sebagai pembalap pemula.
Menutup musim, Hafizh memnangkan 7 dari total 8 putaran seri balapan.
Selanjutnya, HafiZh turun di kelas yang lebih tinggi, yaitu kejuaraan Asian Road Racing Underbone 115cc. Bakat Hafizh makin terlihat ketika dia bisa menyabet juara tiga. Padahal dia harus melawan pembalap-pembalap senior di ajang ini.
Memenangkan seri kejuaraan itu, mencatatkan rekor baru. Hafizh memecahkan rekor pembalap termuda malaysia yang memenangi seri yang telah diganti nama jadi CP130 tersebut yang sebelumnya di pegang Norizman Ismail pada tahun 2005 yang saat itu Norizman berusia 20 tahun.
Hafizh menginJak kelas yang lebih tinggi di tahun masih di tahun 2010, yaitu seri kejuaraan the Petronas Asia Road Racing Championship aboard 600cc SuperSport. Mengawali kelas baru, Hafizh harus puas bertengger di posisi 12 klasemen akhir. For your info, jumlah keseluruhan pembalap disini ada 39 pembalap. Dan sebagai Rookie, perolehan Hafizh itu sudaH lebih dari lumayan. Mengingat dia musti bertarung dengan pembalap-pembalap yang jauh lebih senior.
Tapi seiring dengan berjalannya waktu, Hafizh terus mengasah kemampuannya. Dan usaha kerasnya tak sia-sia. Setidaknya pada tahun 2011 atau setahun kemudian, Hafizh memperbaiki peringkat dengan sangat drastis, yaitu posisis keempat klasemen akhir, justru pada tahun berikutnya, 2012, peringkat Hafizh melotor ke posisi ke enam klasemen akhir.
Melorotnya peringkat hafizh terobati ketika tiba gelaran Malaysian Grandprix di helat di negeri jiran tersebut. Yup! Hafizh di dapuk sebagai pembalap wildcard. Dan Hafizh berhasil merain posisi ke empat!
Saat balapan berlangsung, sebenernya cuaca kurang mendukung. Hujan deras mengguyur sirkuit. Tapi rupanya Hafizh sudah mengenal dengan baik karakter Sirkuit Sepang, sehingga Hafizh yang start di posisi 27 langsung melesat jauh melewati 23 kontestan!
Hasil yang luar biasa bukan? Keberuntungan Hafizh belum berhenti sampai disitu, di untungkan dengan kasus doping yang menimpa pembalap Anthony West, akhirnya Hafizh naik podium 3 menggantikan West yang terkena sanksi.
Tahun itu, sepanJang musim Hafizh mengikuti balapan sebagai Wild card sebanyak 4 putaran.
Catatan prestasinya di pakai modal Hafizh tahun berikutnya 2014, untuk mengikuti seri Moto2 secara penUh sepanJang musim balapan bersama tim Petronas Raceline Malaysia.
Turun penuh sebagai pembalap reguler, rupanya membuat prestasi Hafizh tidaK semoncer ketika turun balapan sebagi wild card. Selama tiga tahun lebih, tak kunjung sekedar bisa naik podium.
Ditahun pertama Hafizh hanya bertengger di posisi 19 dengan perolehan 42 poin kejuaraan. Posisi finish terbaik adalah 7 yang di raih pada GP Amerika serikat.
Tapi rupanya memang Hafizh adalah orang yang terus menerus belajar untuk bisa meraih hasil lebih baik. Setidaknya itu di buktikan pada musim 2015. Di musim ini dia berhasil mendulang 64 poin kejuaraan. Atau 22 poin lebih banyak dari tahun sebelumnya. Perolehan ini berhasil mengantarkan Hafizh ke tempat yang lebih baik di klasemen akhir, yaitu posisi 16. Finish terbaik ada di GP Jepang, yaitu posisi ke lima.
Makin hari makin baik, itulah Hafizh. DI tahun 2016 secara mengejutkan dia menggebrak dengan finish di posisi ke empat di GP Qatar, Katalunya, dan Inggris! Tentu saja ini di luar ekspektasi publik. Total poin di akhir musim yang di dulang adalah 118 poin. Tentu saja hasil ini membuat posisi di klasemen akhir melonjak tajam, dari tahun sebelumnya di urutan 16, tahun 2016 Hafizh bertengger di posisi ke 9 klasemen akhir.
Podium pertama selama turun sebagai pembalap reguler di raih ketika balapan di GP Italia yang di helat di sirkuit Misano pada musim 2017. Masih di musim yang sama, Hafizh meraih podium ke 3 di GP Jepang di sirkuit Motegi. Perolehan dua podium ini membuat Hafizh sanggup meraih posisi 10 klasemen akhir.
Harusnya dengan pencapaian yang cemerlang ini Hafizh punya peluang besar naik kelas ke kasta Premier, MotoGP. Tapi rupanya belum ada nasib baik yang memihak ke putra Malaysia ini. Apalagi namanya mulai terdengar sampai ke kelas para raja itu.
Sampai akhirnya pada musiM 2018 sebuah keberuntungan datang ketika salah satu pembalap dari tim Monster Yamaha Tech3, Jonas Folger, mengundurkan diri dari balapan karena alasan kesehatan, hanya satu minggu sebelum tes pra musim di Malaysia di gelar.
Tentu saja ini membuat kelabakan Bos Tim Monster Yamaha Tech3, Hervé Poncharal. Lalu Poncharal, melakUkan kontak dengan juragan SIC Petronas, Razlan Razali, dan tentu saja, pihak Yamaha Asia sebagai sponsor turut di undang untuk berdiskusi mengenai kemungkinan memasukan nama Hafizh Syahrin menggantikan peran Folger di Monster Yamaha Tech 3.
Sebagai persiapan awal, Hafizh diberi kesempatan untuk melakukan test ride selama tiga hari di sirkuit Buriram, Thailand. Hafizh mengenal dengan sangat baik sirkuit negeri Gajah Putih tersebut. Tentu saja Hafizh senang bukan kepalang menerima tawaran tersebut.
Razlan Razaki pun tak sanggup membendung kegembiraan ini.
Pada tahun pertama di motoGP, Hafizh berusaha melakukan balapan dengan baik. Tapi dia musti puas di posisi 16 klasemen akhir dengan total perolehan poin sebanyak 46 poin. Kalah 4 poin dari Franco Morbidelli yang mendulang 50 poin kejuaraan yang saat itu juga sebagai pendatang baru di kelas ini.
Balapan dengan hasil terbaik dilakoni pada GP Argentina. Start dari posisi 23 Hafizh merangsek dan bisa finish di urutan ke 9. Setahun membalap di Tech3, pihak tim mengumumkan bahwa akan mempertahanan Hafizh pada musim 2019.
Tapi mereka akan ganti motor, dari Yamaha ke KTM.
Di musim 2019 ini pula Hafizh dapat teman setim baru, yaitu Miguel Oliveira. Sayangnya musim ini tidak begitu menggembirakan buat perjalanan karier Hafizh. Sepanjang musim hafizh hanya berhasil mencetak 9 poin. Yang lebih menyedihkan, tim mengumumkan tidak akan memperpanjang kontrak Hafizh untuk musim 2020. Terdengar kabar bahwa kursinya di berikan pada Brad Binder. Masalahnya Brad Binder pun lebih memilih KTM Pabrikan, karena ada kekosongan kursi di KTM Pabrikan setelah Johann Zarco hengkang. Lalu di pilihlah nama Iker Lecuona sebagai ganti dari Hafizh. Kehilangan kursi di MotoGP membuat Hafizh akhirnya balik ke Moto2 dan memulai musim 2020 bersama tim asal Spanyol, ASPAR TEAM. Total poin yng bisa dikumpulkan pada klasemen akhir bersama ASPAR adalah 21 poin.
Musim 2021 Hafizh pindah tim lagi, kali ini sebuah tim asal Belanda yang menjadi tujuan Hafizh, yaitu NTS RW Racing GP. Rupanya karier Hafizh di Moto2 untuk yang kedua ini tak semoncer yang pertama. Musim 2021 diakhiri hanya dengan perolehan 9 poin kejuaraan.
Tahun 2022 akhirnya hafizh memutuskan berhenti dari MotoGP. Tapi bukan berarti berhenti balapan. Tetap balapan, tapi pindah ajang kejuaraan. Setelah lebih dari sepuluh tahun berkiprah di Moto2 dan MotoGP, Hafizh memulai kariernya dari WSBK. Masuk di tim MIE Honda Racing team, hafizh berpasangan dengan permbalap Argentina, Leandro ‘Tati’ Mercado.
Kalau dilihat bakat Hafizh yang luar biasa, tapi kariernya di kelas Premier Cuma bertahan dua tahun gara-gara tak menemukan tim yang bagus, bisa diambil kesimpulan, Lobby dan uang lah yang mengganjal karier Hafizh, dan banyak pembalap Asia tenggara lain yang bahkan belum sempat mencicipi ajang bergengsi. Moga-moga kelak, Mario Aji mendapatkan tim yang bagus sehingga bisa mencapai hasil maksimal, dan syukur bisa sampai tembus level MotoGP.