Selama pekan balap GP Amerika minggu lalu, topik soal apakah Yamaha seharusnya mempertimbangkan membangun motor bermesin V4 kembali menyeruak tajam setelah Fabio Quartararo memberikan komentar langsung soal topik ini.
Tentu ini akan menjadi perubahan paling radikal yang belum pernah terjadi sebelumnya di era MotoGP modern, dan Yamaha sebaiknya berhati hati dalam membuat keputusan tersebut.
Memang kondisi persaingan di MotoGP ini motor motor V4 lebih diuntungkan, namun tidak sesederhana itu untuk menyimpulkan bahwa membangun motor V4 akan membuat Yamaha berada di posisi yang lebih baik.
Lalu apakah membangun motor V4 merupakan jalan yang harus Yamaha ambil untuk bisa bertarung dengan pabrikan lain ? mari kita bahas.
Sebelum itu mari kita bahas perjalanan Yamaha setelah 3 seri ini. Seperti yang kita tahu jalan sulit masih dialami pabrikan asal Jepang ini, namun masih ada beberapa hasil bagus. Tentu podium di GP Amerika lalu yang diraih Quartararo dan performa bagus Morbidelli di Argentina adalah hasil yang bagus, namun hasil buruknya lebih banyak.
Untuk musim 2023 ini Yamaha harus mengambil jalan yang tak mulus dalam pengembangan motor. Dan setelah mencoba berbagai paket aero dan sasis yang berbeda, bahkan kembali menggunakan swingarm lamanya, pengembangan akhir motor Yamaha 2023 akhirnya sebagian besar harus menggunakan komponen komponen yang dipakai motor versi 2022nya. Alhasil motor final Yamaha 2023 ini dilengkapi dengan sasis, aero dan swingarm versi 2022 dengan perubahannya hanya pada sisi mesinnya saja yang baru.
Meski Quartararo lebih nyaman dengan kembali ke setup motor 2022, ini juga berarti semua permasalahan motor yang dia alami tahun lalu akan dia alami juga tahun ini. Seperti motor yang harus dibawa sampe limit, dan kekurangan grip ban belakang saat keluar tikungan.
Namun masalah terbesar Yamaha yang telah lama dialami akan kembali semakin berat, yaitu ketika motor Yamaha berada di belakang motor V4, motor Yamaha tidak akan bisa berada di racing linenya untuk melaju cepat, ini karena motor V4 yang di depan menghalangi keunggulan motor Yamaha di tikungan dengan corner speed yang tinggi. Sehingga untuk mengatasi hal itu pembalap Yamaha harus lebih agresif lagi pada akselerasi dan pengereman untuk bisa lebih cepat, namun resikonya pembalap akan merasa motor sudah pada limitnya dan menekan motor di area yang kalah dibanding motor V4. Alhasil resiko crash juga semakin tinggi.
Jadi kalau sudah sulit mengalahkan motor motor V4, apakah perlu mengubah motor menjadi seperti rival lainnya ?
Pertanyaan ini sudah pernah dilontarkan ke Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli di GP Amerika lalu, dan jawaban Quartararo sangat menarik.
Dengan diplomatis Quartararo menjawab bahwa dia tidak bisa menjawab pertanyaan ini karena dia tidak pernah mengendarai motor V4 dan selama ini selalu mengendarai motor inline4. Namun semua rival saat ini menggunakan motor V4 sehingga bila Yamaha mulai berpikir ke arah ini resikonya juga besar karena akan tertinggal dengan rival lain yang sudah maju dalam pengembangan motor V4.
Quartararo memang tidak menjawab secara gamblang, namun terlihat bila Quartararo bertanya tanya kenapa Yamaha masih mempertahankan mesin inline4.
Namun jika hal ini sudah mulai didiskusikan pihak Yamaha, tak diragukan lagi mereka pasti akan secara detail melihat apakah pergantian mesin ini akan lebih merugikan atau menguntungkan.
Satu hal yang menjadi keuntungan motor V4 adalah akselerasi. Quartararo dengan jelas menyaksikan sendiri keunggulan motor V4 saat dia membuntuti Bagnaia di sesi latihan hari Jumat di Austin lalu. Menurut Quartararo pembalap Ducati punya gaya balap yang berbeda dalam mencetak waktu yang tepat. Quartararo melihat pembalap Ducati sangat mengandalkan power motor yang besar, namun dengan efek wheelie yang sedikit dan traksi yang kuat.
Sementara menurut Quartararo, dirinya harus membuat corner speed yang tinggi karena bila laju motor berada di kecepatan yang rendah di tengah tikungan maka motor akan mengalami wheelie yang parah. Jadi kelemahan motor Yamaha ini sangat membuat frustasi Quartararo ketika dirinya berada di belakang motor Ducati, karena motor Ducati lebih lamban di tikungan, yang menyebabkan Quartararo tidak bisa membuat corner speed yang baik akibat tertutup oleh motor di depan.
Rasa frustasi Quartararo belom hilang di tahun 2023 ini dan tampaknya meski Yamaha dipersenjatai mesin 2023 yang lebih powerful, motor Yamaha belum cukup mampu untuk bersaing.
Motor Yamaha dikenal sebagai motor yang hanya bisa cepat ketika berada di depan sendirian dan tidak ada gangguan pada racing linenya. Namun motor ini sekarang tidak lagi mampu finish di barisan depan di sesi kualifikasi agar bisa langsung melepaskan diri dari rombongan.
Quartararo selalu menekankan bila start dari barisan depan sangat penting baginya. Namun sayangnya untuk membangun motor V4 tidak mungkin dilakukan hanya dalam waktu 1 tahun agar langsung siap dipakai di musim 2024.
Lalu apa yang akan Yamaha lakukan untuk mengatasi masalah ini ? Yamaha sangat berharap menemukan solusi di tes Jerez nanti.
Quartararo mengaku Yamaha akan menguji beberapa aero baru dan mereka juga akan membawa knalpot baru untuk diuji, namun Quartararo tidak terlalu antusias mengenai komponen yang akan diuji itu bisa membuat masalah ini teratasi. Menurutnya masalah besar motor Yamaha tidak akan terselesaikan hanya dengan membawa aero dan knalpot baru, karena untuk mengatasi masalah ini perlu ada perubahan besar.
Namun bila Yamaha memutuskan untuk membangun motor V4, satu hal yang perlu dipahami adalah Yamaha akan melakukan suatu hal yang belum pernah dilakukan sekalipun. Dan juga Yamaha tidak akan mendapat keuntungan seperti Aprilia yang bisa menggunakan hak konsesi dalam pengembangan mesin, yang mana proses pengembangan mesin ini penting apalagi bila nantinya Yamaha baru akan membuat mesin V4. Ini belum berbicara bagaimana nantinya Yamaha membangun sasis yang tepat untuk motor V4, yang mana hal ini pun Yamaha sama sekali belum pernah membuatnya.
Pembalap andalan Yamaha, Fabio Quartararo pun juga belum pernah mengendarai motor V4. Sehingga mengembangkan basis motor dengan tanpa pengalaman bukanlah ide yang bagus.
Jadi apa yang harus Yamaha lakukan?
Ada beberapa hal yang harus dicermati. Satu rahasia penting dari dominasi Yamaha di tahun 2008-2009 adalah kecocokan motor Yamaha dengan ban depan Bridgestone. Ban Bridgestone dikenal cukup kuat ketika dipakai pengereman keras tanpa ada perubahan bentuk di tapak bannya, lalu cukup punya grip di bagian sisi ban sehingga motor Yamaha bisa percaya diri membawa corner speed di tikungan. Keistimewaan Ban Bridgestone lainnya adalah ban ini cukup kuat sehingga tidak mudah overheat dan aus.
Saat ini Michelin sedang mengerjakan ban depan baru, yang digadang gadang akan lebih kuat dari ban saat ini. Bila ban depan baru Michelin ini bisa membantu Yamaha mengendalikan tekanan dan temperature ban depan lebih baik, sekaligus memberikan grip yang dibutuhkan pada sisi ban, maka ini bisa mengmbalikan keyakinan Yamaha untuk tetap setia pada mesin inline4 ketimbang mengembangkan mesin V4.