
Hasil yang paling menentukan dalam sebuah balapan adalah lap terakhir. Setidaknya itulah yang dialami oleh Mika Hakkinen pada musim balapan 2001 di Catalunya, Spanyol.
Bagaimana tidak (nyesek), menjelang berakhirnya balapan mesin mobilnya justru ‘njeblug’ sesaat sebelum bisa mencapai garis finish!!
Yang lebih menyedihkan, saat itu Mika dengan MP4/16-nya sedang memimpin balapan. Perlahan Mika Hakkinen pun menepikan mobilnya dengan tangan terangkat ke atas seperti menyerah. Di Paddcok, Erja, sang istri, hanya bisa menutupkan tangan ke separo wajahnya seperti menyesali sesuatu dengan mimik wajah yang sulit dijelaskan.
Mika Pun membiarkan mobil Michael Schumacher ( Ferarri), lalu disusul oleh Juan Pablo Montoya ( William BMW), dan Jaques Villenueve ( BAR-Honda), serta David Coulthard, ( McLaren), lewat begitu saja tanpa bisa berbuat apa-apa.
Hakkinen memandangi mereka dengan senyum kecut.
Itulah kekalahan yang amat menyesakkan dada. Mengingat 2001 adalah musim terakhir Hakkinen sebelum akhirnya pensiun dari segala drama mahal bernama F1 sebelum akhirnya posisinya di gantikan oleh rekan senegaranya, Kimmi ‘ iceman’ Raikonnen.
Tapi sepanjang musim 2001 performa tim Mclaren makin menurun secara drastis pasca dilarangnya penggunaan material Berilium sebagai bahan blok mesin. Berilium adalah logam alkali tanah. Karakter Berilium yang kuat, ringan, tapi getas, membuat Berilum pas digunakan sebagai pelapis Aloy sebagai bahan blok silinder yang dikembangkan oleh Mercedes sebagai pemasok mesin ke Mclaren.
Yang mendasari pelarangan itu tak lain adalah protes yang dilayangkan tim-tim papan atas, terutama Ferrari, ke FIA. Akhirnya pada tahun 2000 Berilium resmi dilarang, dan tahun 2001 pihak Mercy sudah menghentikan pemakaian Berilium untuk mesin yang dipasok ke Mclaren.
Itulah yang menyebabkan performa Tim asal Inggris itu turun drastis. Pasalnya, mereka musti putar otak untuk pengembangan mesin dengan bahan konvensional, dan musti beradaptasi sana-sini untuk menghasilkan performa maksimal. Celakanya, bukannya performa bagus, malah mesin mereka kurang durable.
Jadilah 2001 menjadi anti klimaks bagi karier Hakkinen, dan Mclaren sebagai tim yang menaungi pembalap asal Finlandia itu.
Kembali ke soal balapan Catalunya. Mika Hakkinen akhirnya ‘menumpang’ mobil David Coulthard, rekan setimnya, mengitari sirkuit ( Victory lap) sambil melambai ke seluruh penonton.
Selepas balapan, tampak Schumacher memeluk Mika, dan Mika memberi ucapan selamat kepada Schumacher. Mika berusaha tersenyum, meski senyumnya adalah senyum kekecewaan.
Tentu saja, banyak Fans Mclaren waktu itu, termasuk saya, nyesek!
Pada musim-musim selanjutnya mahkota juara diborong habis oleh Michael Schumacher dengan mobil merahnya yang bermarkas di Maranello sampai tahun 2004.
Pada jaman itu, boleh dikata Catalunya adalah Sirkuit Schumy. Pada pembahasan, Schumy memenangkan balapan. Dan kala itu adalah kemenangan ketiga di Catalunya. Saat itu performa Schumy lagi pada masa yang sangat prima. Sebagai juara dunia tahun 2000, tentu Schumy secara pribadi, dan atau Ferrari secara tim, tentu tak akan mau ‘melepas’ Hakkinen sebagai pemenang.
Well, banyak orang bilang ini adalah sirkuit Schumy. Tapi bukan berarti Hakkinen bersama mobil Silvernya lambat disini, sebelum masalah teknis mendera MP4/16!
DRAMA KEDUA

Drama kedua terjadi lagi di sirkuit yang sama, di tahun yang beda, yaitu 2016. Masih dengan mobil bermesin Mercy, tapi kali ini Mercy pabrikan alias MercedesGP, bukan Mclaren yang bermesin Mercy. Dengan kasus sedikit beda. Kalau pada tahun 2001 menunjukkan betapa ‘setia’ DC, David Coulthard, dengan rekan setimnya, Mika Hakkinen, maka tahun 2016 adalah persoalan rivalitas pada tim.
Sebagaimana kita tahu, MercedesGP tidak menerapkan tim order, tidak ada pebalap pertama dan kedua. Semua mendapat perlakuan yang sama. Dua pebalapnya dipersilakan untuk saling berkompetisi untuk menjadi siapa yang tercepat.
Begitupun perlakuan Mercy terhadap Nico Rosberg. Meski Nico adalah seorang Jerman sekalipun, itu tidak akan membuat Mercy untuk sekedar membela Nico.
Akibat rivalitas yang sengit itu pulalah akhirnya terjadi drama yang menimpa kedua pebalapnya. Dan pada race itu Mercy kehilangan peluang mendapat 45 poin konstruktor, serta Hamilton dan Nico kehilangan peluang masing-masing 25 poin pebalap. Rivalitas seperti ini mirip dengan yang terjadi pada Senna dan Alain Prost puluhan tahun lampau.
Detil kejadian itu bermula tatkala Nico memimpin jalannya belapan, dengan Lewis mengikutinya di posisi kedua.
Entah kenapa, setelah melahap tikungan ketiga Nico melambat. Lewis melihatnya itu sebagai peluang. Segera pebalap inggris itu berniat melibas teman teammate-nya dari sisi dalam. Nico nggak mau kecolongan, dia melakukan maneuver untuk mempertahankan posisi. Tak pelak Lewis yang sedianya mau menghindari tabrakan, justru membuat mobilnya melintir ke area rumput, sehingga menyebabkan bagian belakang mengenai mobil Rosberg. Belum kelar, mobil mereka berdua ‘menyeberang’ linatasan masuk area gravel setelah bersinggungan, dan sama-sama terhenti dengan kerusakan yang membuat mereka tidak bisa menyelesaikan balapan.
Lewis yang tampak emosi, bahkan melempar stir ke gravel!
Selesai balapan, Nico mengakui telah mengambil keputusan yang salah. Jujur, kalau boleh menghakimi, penulis akan menyalahkan Nico. Karena bagaimana pun juga, ketika dia ngerasa salah ambil keputusan yang menyebabkan mobilnya kehilangan tenaga, mustinya memberi jalan ke Lewis. Itulah yang disesalkan Lewis.
Walau nggak ada team order, tapi kan ada toleransi dan sadar diri.
Sedikit info tentang sirkuit Catalunya. Dibangun pada tahun 1989, selesai dua tahun kemudian pada tahun 1991.
Karakter sirkuit tergolong unik. Pada pitlane, tersedia trek lurus panjang yang bisa di lahap dengan kecepatan maksimal, setidaknya 300km/jam sebelum akhirnya mengharuskan para pilot jet darat mengakhiri ‘pesta kecepatan’, dan mengharuskan melakukan pengereman ekstrim.
Selepasnya, pebalap akan disuguhi berbagai varian tikungan, baik tikungan cepat atau lambat. Untuk melatih kemampuan pebalap, sirkuit ini sangat cocok. Pun untuk melakukan ujicoba, sirkuit yang terletak di kota Barcelona ini adalah tempat yang sangat pas buat tim balap. Karena menyediakan berbagai varian karakter sirkuit. Baik lajur lurus atau tikungan.
Sementara disisi lain, para engineer akan merasa kesulitan menentukan settingan mobil agar memperoleh hasil maksimal.
Rekor waktu putaran di buat oleh Max Verstappen pada tahun 2021 dengan catatan waktu 1:18.149.