Di Motogp, ada beberapa rivalitas antar pembalap yang sangat legendaris, dan menjadi salah satu alasan kenapa para penggemar mengikuti jalannya kejuaraan.
Sebut saja Kenny Roberts Sr dengan Barry Shene, Wayne Gardner dan Eddie Lawson, Wayne Rainey dan Kevin Schwantz, Rossi dan Biaggi, Stoner dan Pedrosa dan tentunya Rossi dan Lorenzo.

Jorge Lorenzo sendiri memang memiliki banyak rival, yang paling terkenal sudah disebutkan yakni dengan Valentino Rossi.
Lorenzo juga diketahui pernah bersitegang dengan sesama pembalap Spanyol, utamanya dengan Dani Pedrosa dan Marc Marquez.
Namun ada satu nama yang sebenarnya sudah jadi saingan Lorenzo sejak kelas yang lebih ringan, yakni kelas 125 dan 250cc.
Bermula dari balapan sengit GP Qatar 125cc 2004, berlanjut ke persaingan panas kelas 250cc, pembalap yang paling sering jadi saingan Lorenzo itu adalah Andrea Dovizioso.
Sudah Bersaing Sejak Kejuaraan Eropa
Jorge Lorenzo dan Andrea Dovizioso sudah bersaing sejak keduanya terjun ke kejuaraan Eropa pada tahun 2001.
Balapan di Braga, Republik Ceko 2001 jadi pertama kalinya Lorenzo dan Dovizioso berdiri di podium yang sama.

Waktu itu Lorenzo berhasil memenagkan balapan dan Dovizioso duduk di peringkat ketiga. Sejak saat itu keduanya sering bersaing bersama.
2002-2004 Kelas 125cc
Lorenzo dan Dovizioso lalu sama-sama naik ke kejuaraan dunia pada kelas 125cc di tahun 2002.
Karena waktu itu umur Lorenzo belum mencukupi untuk mengikuti dua balapan pertama tahun itu, Lorenzo baru turun di balapan ketiga yakni GP Spanyol di Jerez.

Sementara Dovizioso sudah mengikuti kejuaraan dari balapan pertama. Pada tahun pertama ini Lorenzo menunggang Derbi sementara Dovizioso menunggang Honda.

Di GP Ceko lagi-lagi mereka berdua bersaing untuk merebutkan posisi, walau waktu itu mereka hanya merebutkan posisi 20, Lorenzo tampak bangga karena berhasil mengungguli Dovizioso pada balapan itu.
Tahun 2004 menjadi tahun puncak persaingan mereka di kelas 125cc. Kala Itu Dovizioso tampil kuat dan mampu memperebutkan gelar bersama Hector Barbera dan Roberto Locatelli.
Dovi berhasil merebut lima kemenangan dan merebut gelar juara dunia. Sementara Lorenzo mengalami ketidak beruntungan di dua balapan pertama.

Kendati begitu Lorenzo berhasil memenangkan tiga balapan dengan motor Derbi yang lebih inferior daripada Honda.
Keduanya kembali head to head pada balapan GP Qatar 2004, dimana baik Lorenzo dan Dovizioso melintasi garis finish di waktu yang bersamaan.
Bahkan foto finish tidak bisa menentukan siapa yang memenangkan balapan. Lorenzo akhirnya diberikan kemenangan setelah mencetak fastest lap di balapan.

Di akhir musim Dovizioso berhasil mengumpulkan 293 poin, sementara Lorenzo hanya mengumpulkan 179 poin. Mereka berdua lalu naik kelas di akhir musim ke kelas 250cc.
2005-2007 Kelas 250cc
Baik Lorenzo maupun Dovizioso naik ke kelas 250cc pada tahun 2005. Waktu itu kelas 250cc dihuni oleh beberapa pembalap tangguh, seperti Dani Pedrosa, Casey Stoner dan Hiroshi Aoyama.

Persaingan di depan kelas 250cc tahun itu diperebutkan oleh Pedrosa dan Stoner, namun persaingan menjadi pembalap debutan terbaik dimainkan oleh Dovizioso dan Lorenzo.
Kini keduanya menunggang Honda, Dovizioso menunggang untuk tim Scot sementara Lorenzo menunggang Fortuna Honda.

Keduanya memang belum ada yang meraih kemenangan pada tahun pertama mereka ini, namun baik Lorenzo maupun Dovizioso berhasil mengumpulkan beberapa podium.
Lorenzo berhasil mengumpulkan enam podium sementara Dovi berhasil mengumpulkan lima podium.
Walau mengumpulkan podium lebih sedikit, namun Dovi berhasil mengumpulkan poin lebih banyak, di akhir musim Dovi berhasil mengumpulkan 189 poin dan duduk di peringkat tiga.
Di sisi lain Lorenzo hanya dapat mengumpulkan 167 poin dan duduk di posisi lima klasemen. Alasan Lorenzo mengumpulkan poin lebih sedikit adalah karena dia kurang konsisten finish.
Lorenzo muda berbeda dengan Lorenzo yang kita kenal di Motogp. Lorenzo punya gaya berkendara “Smooth like a butter constant like a hammer”, gaya balap Lorenzo muda sangat agresif.

Lorenzo dikenal suka menyalip dari sisi luar dan karena itu dia mendapat sebuta Por Fuera, yang artinya sisi luar.
Gaya balap agresif ini menimbulkan kecelakaan besar di GP Jepang 2005 yang mengakibatkan Lorenzo dilarang tampil pada balapan selanjutnya di GP Malaysia.
Di akhir musim, Dovizioso berhasil mengalahkan Lorenzo untuk memperoleh gelar rookie of the year.
Musim 2006, dua orang yang duduk di peringkat paling atas GP250 yakni Dani Pedrosa dan Casey Stoner naik kelas ke Motogp, meninggalkan GP250 menjadi persaingan terbuka.

Lorenzo waktu itu memutuskan berganti motor dengan menunggang Aprilia sementara Dovizioso tetap bersama Honda.
Lorenzo mampu untuk memenangkan delapan balapan pada musim itu dan mengumpulkan 289 poin.
Sementara Dovi hanya mampu memenangkan dua balapan, meski konsisten di podium, Dovi harus puas meraih peringkat dua di akhir musim dengan 272 poin sementara Lorenzo menjadi juara dunia.

Sayang untuk musim 2007 belum ada tempat untuk Dovi maupun Lorenzo di kelas Motogp. Meski Lorenzo sudah menandatanganni kontrak dengan Yamaha pada akhir musim 2006, namun Lorenzo memutuskan untuk bertahan di kelas 250.
Cerita kelas 250 pada musim 2006 ini juga masih menjadi head to head antara Dovizioso dan Lorenzo.

Musim 2007 Lorenzo berhasil memenangkan sembilan balapan dan mengantongi 312 poin. Dovizioso di sisi lain hanya mampu memenangkan dua balapan dan mengantongi 260 poin.
Lorenzo kembali menjadi juara dunia sementara Dovizioso kembali menjadi runner up. Sedikit tambahan kalau peringkat tiga besar pada GP250 musim 2006 dan 2007 dihuni oleh pembalap yang sama, dengan Alex De Angelis selalu jadi orang ketiga di persaingan Lorenzo dan Dovizioso.
2008 Debut Kelas Motogp
Selalu selesai di peringkat dua besar membuat Lorenzo dan Dovizioso akhirnya naik kelas ke kelas Motogp pada 2008.
Waktu itu Lorenzo langsung membela tim pabrikan Yamaha bersama juara dunia tujuh kali (waktu itu) Valentino Rossi.

Sementara Dovizioso membela tim satelit Honda, Jir Team Scot sebagai pembalap tunggal dan menunggang motor yang setahun lebih tua.

Keduanya tidak perlu waktu lama untuk membuat paddock heboh, Lorenzo berhasil mengunci pole position di balapan pertamanya.
Lorenzo bahkan finish di podium, tepatnya di posisi kedua di belakang juara bertahan Casey Stoner.
Dovi juga tidak kalah bagus, dia berhasil finish di depan Valentino Rossi di posis ke empat. Keduanya memperoleh hasil bagus sebagai pembalap debutan.
Lorenzo terus tancap gas dengan konsisten memperoleh podium pada lima balapan pertama. Bahkan balapan ketiga di Portugal berhasil dimenangkan oleh Lorenzo.

Namun lagi-lagi karena gaya balapnya yang waktu itu masih agresif, Lorenzo mulai mengalami kecelakaan-kecelaan hebat. Puncaknya di GP Italia, Lorenzo jatuh secara parah yang mengakibatkan dia harus absen pada GP Catalunya.
Sementara Dovizioso, walau tidak punya performa meledak-ledak seperti Lorenzo secara konsisten selalu menyelesaikan balapan.
Sepanjang 2008, Dovi hanya sekali tidak finish yakni di GP Portugal. Lorenzo walau memperoleh enam podium namun juga mencatatkan lima kali tidak finish.
Meskipun hanya dapat satu podium, Dovizioso berhasil menempati peringkat lima klasemen dengan 174 poin, tepat di bawah Lorenzo dengan 190 poin diperingkat empat.

2009-2017 Lorenzo Sibuk Di Depan, Dovizioso Sibuk Di Tengah
Pada 2009 Dovizioso naik status menjadi pembalap pabrikan setelah Nicky Hayden memutuskan hengkang ke Ducati.
Bersama Dani Pedrosa, Dovizioso menjadi jagoan utama Repsol Honda pada 2009 dan 2010. Sebagian orang tentu mengingat musim 2009 sebagai tahun pertama Rossi vs Lorenzo.

Lorenzo secara mengejutkan tampil konsisten dan kalem, berbeda dengan Lorenzo yang sebelumnya.
Lorenzo sendiri mengatakan bahwa kunci dari perubahannya ini adalah karena dia mengikuti bootcamp yang diadakan oleh Kenny Roberts Sr.
Di musim inilah Lorenzo dengan gaya berkendara “Smooth like a butter, constant like a hammer” lahir, dipadukan dengan YZR M1 membuat Lorenzo menjadi mematikan di lintasan.

Sementara Dovizioso walau naik ke tim pabrikan, sering mengalami permasalahan dengan motor miliknya.
Dovizioso yang punya perawakan besar kurang cocok dengan RC212V waktu itu yang dikembangkan untuk Dani Pedrosa.
Lorenzo bersaing di depan bersama pembalap-pembalap tangguh Motogp seperti Valentino Rossi, Casey Stoner dan Dani Pedrosa, sementar Dovi bersaing di barisan tengah.
Musim 2009, Lorenzo berhasil memenangkan empat balapan sementara Dovi hanya memenangkan satu balapan. Lorenzo finish sebagai runner up sementara Dovi di peringkat enam.
Keadaan ini terus berulang hingga tahun 2016, dimana Lorenzo selalu bersaing di barisan depan sementara Dovizioso selalu bersaing di barisan tengah.
Lorenzo berhasil menjadi juara dunia Motogp pada tahun 2010, 2012 dan 2015. Sementara pada waktu itu finish terbaik Dovizioso adalah peringkat tiga pada tahun 2011 dan peringkat empat pada tahun 2012.

Bahkan Dovizioso sempat melorot ke peringkat delapan klasemen pada 2013, saat pertama kali membela Ducati.
Namun Dovizoso dan Ducati sedikit demi sedikit mengejar ketertinggalan dan berhasil tampil baik di tahun 2016.
Konflik kembali terjadi pada tim Yamaha dan kali ini membuat Lorenzo memutuskan untuk hengkang ke Ducati pada 2017.

Setelah bertahun-tahun tidak bersaing secara langsung, kepindahan Lorenzo ke Ducati ini akan jadi faktor yang sangat mempengaruhi jalannya karir Dovizioso.
2017-2018 Tahun-Tahun Di Ducati
Tahun 2017, Lorenzo meninggalkan Yamaha yang sudah dia bela hampir 10 tahun dan bergabung dengan Ducati.

Sementara waktu itu Ducati sedang dipimpin oleh Dovizioso sejak tahun 2013. Dimana Dovizioso mengembangkan Ducati menjadi motor yang kompetitif setelah sebelumnya terus menorehkan hasil buruk.

Terang hal ini membangkitkan rivalitas mereka yang sudah lama tidak terjadi. Apalagi Dovizioso sempat tersinggung pada Ducati karena memberi Lorenzo kontrak yang jauh lebih besar.
Lorenzo di gaji sebesar $7 Juta pada 2017 sementara Dovizioso hanya $2,5 Juta pada tahun 2017.
“Jika dia (Lorenzo) bernilai sebesar itu di Ducati, itu karena dia layak mendapatkannya, bukan masalah dan saya sebagaimana semestinya saya saja,” Kata Dovizioso (dikutip dari Sports.okezone.com)
Kebetulan atau tidak, kedatangan Lorenzo ini memancing peningkatan performa yang signifikan dari Dovizioso.
Dovi secara mengejutkan mampu memenangkan enam balapan pada musim 2017 dan bersaing dengan Marc Marquez memperebutkan gelar juara dunia.

Dovi menjadi pembalap Ducati pertama setelah Casey Stoner pada 2010 yang bersaing untuk gelar juara dunia.
Sementara Lorenzo kesulitan menunggang Ducati Desmosedici GP 17. Alasan penyesuaian menjadi senjata Lorenzo jika ditanya kenapa performanya tidak kunjung membaik.
Lorenzo bahkan hanya mampu mengumpulkan tiga podium dan duduk di peringkat tujuh klasemen akhir. Untuk pertama kalinya sejak 2005, Dovizioso ada di atas Lorenzo.

Di akhir musim 2017, Dovizioso mengumpul 261 poin sementara Lorenzo hanya 137 poin.
Dovizioso kemudian membeberkan bahwa dia merasa sangat puas bisa mempercundangi Lorenzo pada 2017.
Di musim 2018, persaingan antara Dovizioso dan Lorenzo sudah seperti persaingan Lorenzo dengan Valentino Rossi di Yamaha.

Hubungan keduanya panas dan kurang baik. Tim juga mulai terbagi, ada yang berfokus pada Dovizioso dan ada yang berfokus pada Lorenzo.
Banyak pihak menyebutkan bahwa Ducati sia-sia mengontrak Lorenzo dengan bayaran mahal, Dovizioso saja bisa bersaing di depan dengan bayaran lebih murah.
Di tahun 2018 ini juga, Lorenzo mendapatkan pemotongan gaji dari Ducati. Kini Lorenzo di gaji $4 Juta sementara Dovi di gaji $6 juta.
Hasilnya, performa Dovizioso memang masih di atas Lorenzo pada tahun itu. Walau tidak se-konsisten maupun garang seperti 2017.

Dovi tetap mampu memperebutkan gelar dengan Marc Marquez. Dovi berhasil mengumpulkan empat kemenangan dan Lorenzo mengumpulkan tiga kemenangan.
Di pertengahan musim, konflik antara Lorenzo dan Dovizioso memanas dan berujung pada perang kata-kata.
“Dia (Lorenzo) memenangkan dua seri. Namun, memenangkan dua seri tidak menyelesaikan masalah selama 1,5 musim. Dia (Lorenzo tidak dikontrak untuk hanya memenangkan dua seri,” Kata Dovizioso (dari cnnindonesia.com).

Lorenzo kemudian merespon dengan komentar yang tidak kalah menusuk juga.
“Dia (Dovizioso) mencoba merendahkan apa yang saya dapat atau sekedar menyerang saya. Seperti yang kalian lihat, kini dia mengatakan metode saya tidak bagus menurutnya. Saya mungkin harus melihat metode miliknya di musim terbaiknya, dengan semua hal berjalan sempurna, dia hanya ada di posisi dua. Di samping itu, dia biasanya ada di posisi keempat atau ketujuh,” Kata Lorenzo (Dikutip dari cnnindonesia.com).

Di akhir musim 2018, Dovizioso duduk di peringkat dua klasemen dengan 245 poin dan Lorenzo duduk diperingkat sembilan dengan 134 poin.
Ducati lalu memutuskan untuk mengganti Lorenzo dengan Danilo Petruci sebelum GP Italia di Mugello. Lorenzo kemudian hengkang ke Repsol Honda pada akhir musim, meninggalkan Dovizioso di Ducati.
2019, Akhir untuk Lorenzo
Bergabung di Repsol Honda nyatanya menjadi langkah buruk bagi Lorenzo. Lorenzo tidak bisa tampil maksimal di atas RC213V dan selalu finish di belakang.
Posisi rata-rata Lorenzo bahkan lebih buruk daripada pada saat dirinya pertama kali membela Ducati pada 2017.

Tanpa podium, bahkan tanpa finish posisi 10 besar, Lorenzo akhirnya memutuskan untuk pensiun pada akhir musim.
Sementara Ducati dan Dovizioso tetap bersaing di depan. Walau kembali mengalami penurunan jumlah kemenangan, Dovi tetap mengantongi 269 poin dengan dua kemenangan dan duduk di peringkat dua lagi.

Pensiunnya Lorenzo menandakan berakhirnya persaingan antara dirinya dan Dovizioso yang sudah ada sejak 2001.