
Di Formula 1, semua tim sepertinya ingin berebut jadi yang nomor satu. Atau setidaknya, kalau nggak jadi nomor satu, jadi penantang sang juara. Kondisi itulah yang membuat satu tim disebut tim papan atas. Kalau pun tidak urutan satu, dua, atau paling apes urutan ketiga. Seperti itu idealnya untuk satu tim agar bisa disebut sebagai papan atas. Dan dari posisi ini pula, mereka akan mengincar puncak klasemen, begitu kalau mau disebut tim papan atas seutuhnya.
Itulah idaman seluruh kontestan Formula 1.
Tapi ada juga tim yang sangat betah menghuni posisi tengah, tak bisa terlalu naik, tapi turun juga tidak. Amazingnya, keuangan mereka terbilang stabil!
Apa nama tim itu? Sauber!
yap! Sauber, juara di papan tengah. Untuk ukuran tim papan tengah, Sauber sangatlah ‘tahan’ gempuran. Tak banyak tim seperti Sauber. Seperti kebanyakan tim, nama tim diambil dari nama pemilik, Peter Sauber. Seorang Swiss. Sebelum terjun sebagai pengusaha, Sauber terlebih dulu menjadi seorang pebalap. Kebanyakan pemilik tim seperti itu, hal itu alami saja terjadi. Seperti supir angkot yang selanjutnya bisa membeli mobil Angkotnya sendiri, dan jadi bos.
Dan begitulah Peter Sauber. Hal yang menguntungkan adalah, sebagai mantan pebalap, dia tahu persis seluk beluk tentang mobil, dunia balapan, dan bisnis yang menguntungkan terkait balapan. Rasanya itu semua sudah dikuaasi oleh seorang Peter sauber. Terbukti timnya, walau hanya papan tengah, tapi bisa bertahan.
Suatu tim bisa bertahan pertanda secara keuangan bisa menyokong kelangsungan hidup tim itu dalam berkompetisi.
Uangnya dari mana? Seperti kita tahu, tim-tim balap, apapun itu namanya, selama masuk dalam Kalender FIA, akan dapat jatah hak siar, hasil penjualan tiket, sponsor, dan banyak lagi uang masuk ke FIA. Nanti sisa FIA revenue itu dibagikan kepada tim-tim peserta balapan.
Tentu saja duit dari pembagian FIA itu tidak seberapa dibanding pengeluaran tim. Untuk itulah tim perlu sponsor juga.
Dan untuk sauber, di era-era awal di sponsori oleh pabrikan Mercedes yang sekaligus juga pemasok mesin untuk mobil dengan kode sasis C12 tersebut. Entahlah, kenapa Sauber memilih kode itu. Yang jelas adalah, Mercy mempercayakan kerjasama dengan Sauber Karena di antara mereka pernah terlibat kerjasama dalam balapan World Sport Championship. Sebuah balapan mobil sport yang dihelat oleh FIA. World Sport Championship telah terhenti sejak tahun 1992.
Di ajang itu Sauber menyabet dua kemenangan pada tahun 1989 sampai 1990. Tidak itu saja, Sauber juga menyabet kemenangan di Le mans pada tahun 1989. Eh, tapi Sauber disini dalam arti tim balap ya. Tim balap milik Peter Sauber yang bukan Formula 1.
Berdasarkan referensi-referensi itulah akhirnya pihak Mercy mendukung keinginan Peter Sauber untuk mendirikan tim Formula 1. Dari sumber berbeda, ada yang menyebut, mendirikan Formula 1 adalah keinginan pihak Mercy, karena Mercy saat itu mundur dari seri kejuaraan sportcar. Tapi kok Mercy nggak membangun sasis sendiri ya.
Dan satu hal penting lagi, di spek mobilnya ditulis bukan Mercy, melainkan ilmor, salah satu kolaborasi Mercy dan perusahaan engineering yang didirikan oleh Mario ilien dan paul Morgan. Kelak, mesin ilmor dipasang di sasis Mclaren, tapi dengan branding Mercy, bukan ilmor.
Dan akhirnya tahun 1993 ada tim baru bernama Sauber di lintasan, !
Pada tahun 1994 Sauber baru dapat pengakuan dari Mercedes, bahwa Sauber adalah tim besutan Mercedes. Sebagai mana tim baru, kayak yang sudah-sudah, Sauber payah. Mercy pun ogah-ogahan memasok mesin.
Mercy pun minggat ke Mclaren. Sauber kelimpungan. Bukannya apa, beli mesin kan mahal!
Perginya Mercy membuat Sauber kesulitan keuangan. Saat-saat ktritis, muncullah dewa penolong membawa seabrek duit. Dewa penolong itu berasal dari negeri tetangga, Austria.
Sebuah pabrik minuman berenergi merk Redbull menawarkan diri masuk sebagai sponsor dan membeli 60% saham Sauber.
Tak main-main, mereka menandatangani kerjasama selama 10 tahun! Dari tahun 1995 sampai dengan 2005. !
Duit dari Redbull itulah yang akhirnya bisa melanjutkan debut Sauber di Formula 1 !. akhirnya Sauber menjatuhkan pilihan pada Ford. Dengan mesin Ford, tak ada kemajuan yang berarti.
Rupanya tahun selanjutnya Dewi Fortuna berpihak kepada Sauber. Sebuah perusahaan minyak asal Malaysia berniat ‘beriklan’ di mobil mereka. Siapa lagi kalau bukan Petronas! Dengan dana-dana itulah akhirnya Sauber menjadi tim dengan keuangan yang bagus, even mereka bukan tim besar, setidaknya keuangan mereka sehat.
Dengan berbekal keuangan yang semakin sehat, Sauber percaya diri untuk memproduksi mesin sendiri. Sebenernya bukan murni buatan Sauber sih. Mesin ini diperoleh dari Ferrari. Tentu saja bukan dengan spek yang sama dengan mesin yang dipasang di mesin Michael Schumacher dan Eddie Irvine.
Nama mesin itu adalah Petronas Engineering. Kok pakai nama Petronas? Ya , karena Petronas yang mensponsori! Kalau Pertamina yang mensponsori, bisa jadi namanya Pertamina Engineering.
Tapi hal ini belum juga membuahkan kemenangan yang signifikan. Toh mereka tetap tenang. Bodo amat di papan tengah, yang penting ada duit. Mungkin itulah pikiran Peter Sauber.
Tahun 2001, Sauber membuat kontroversi dengan memasukkan seorang bocah Finlandia, negeri asal Nokia, sebagai pebalap. Sah-sah saja sih merekrut pebalap muda. Masalahnya si bocah belum punya superlicense..
Tapi memang itu yang terjadi. Kimi masuk sebagai Rookie.
Dan itulah yang membuat pihak Redbull ngambek sehingga membuat mereka menjual saham ke Credit Suisse.
Tahu bagaimana endingnya dengan Redbull kan? Ya, mereka lalu membeli Jaguar.
The show must go on…
Di bawah mayoritas saham atas nama Credit Suisse, Sauber tetap menghiasi deretan mobil kontestan dengan warna khasnya yang cantik. Biru muda yang bikin adem mata. Eh, tapi kok masih ada logo Redbull, meski kecil?
Penjelasannya gini, , Redbull menjual saham kepemilikan ke Credit Suisse. Tapi Redbull masih punya ikatan kontrak sebagai sponsor sampai 2005. Tentu saja logo Redbull masih sah kalau tetap dipasang. Sampai dengan 2005.
Dan musim 2001, dengan duo pembalap Nick Heidfeld dan Kimi ‘iceman’ Raikkonen berhasil membawa tim berada di posisi 4 klasemen akhir Konstruktor. Di nomor 1 ada Ferrari, nomor 2 ditempati McLaren, sedangkan nomor 3 BMW William.
Yap! Tahun itu memang tahunnya Ferrari. Jadi jangan mimpi bisa menyaingi. Mesin Petronas dengan teknologi Ferrari tak akan dibuat lebih cepat dari dua mobil merah asal Maranello. Kalau ada Dewi Fortuna datang, dan misalnya mereka berhasil mendekati Ferrari, kalian pasti tahu apa yang akan terjadi kan? Ingat, Ferrari memasok mesin Sauber!
Pada tahun 2005, selepas kerjasama sponsor dengan Redbull berakhir, BMW membeli saham Sauber. Kali ini namanya berubah menjadi BMW Sauber. Inilah mimpi lama BMW, punya tim-nya sendiri setelah sekian lama memasok mesin buat Williams, dengan harapan suatu saat bisa memiliki tim biru itu. Tapi sebagai Tim ‘keluarga’ , William menolak mentah-mentah keinginan pabrikan Jerman itu.
Ibarat kata, udah lama berteman, BMW nembak William untuk dijadikan pacar, atau mungkin istri. Tapi ternyata William menganggap BMW tak lebih dari teman, rekanan sebagia pemasok mesin.
Dan peluang BMW untuk bisa seutuhnya menjadi tim konstruktor justru ada di Sauber.
Selama dibawah kepemilikan BMW, Sauber menyabet Posisi 2 konstruktor pada tahun 2007, dan turun satu level tahun berikutnya.
Sauber tampaknya masih betah untuk papan tengah. Sekian tahun dibawah kepemilikan BMW, posisi terbaik didapat pada tahun 2008.
Sayang sekali, BMW pamit undur diri dari kontes glamour F1 pada tahun 2009. Peter Sauber pun membeli lagi sahamnya di Sauber yang tadinya dimiliki BMW.
Sepeninggal BMW, otomatis Sauber harus cari pemasok mesin baru. Akhirnya pilihan jatuh ke kubu Maranello lagi.

Hubungan mereka terus bertahan, walau era berganti. Regulasi tentang penggunaan mesin Hibrida pun bukan masalah buat Sauber, karena masih di bawah dukungan mesin Ferrari. Walau Ferrari bukan seperti yang dulu lagi.
Ferrari, tim kaya itu, secara prestasi hanya berada di papan tengah. Papan atas dikuasai oleh MercedesGP. Seteru abadinya, sejak jaman Mercy memasok McLaren.
Kalau Ferrari saja tak bisa berbuat banyak bersaing dengan Mercy, apalagi Sauber! Yap, era ini Sauber masih betah di papan tengah, sampai akhirnya Bos Sauber jengah. Dan akhirnya menjual lagi sahamnya ke Longbow Finance.
Karena kendali sudah tidak lagi ditangan Peter Sauber, pada tahun 2018, mereka mengganti nama menjadi Alfa Romeo. Dan menjalani musim balap tahun 2019 dengan nama resmi Alfa Romeo Racing. Bersamaan dengan itu, mereka merekrut kembali Kimi Raikkonen, setidaknya sampai musim 2021.
O ya, Alfa Romeo adalah perusahaan pembuat mobil satu group dengan Ferrari dibawah bendera FCA, Fiat Chrysler Automobiles.
Jadi tahu kan kemana pergerakan tim secara kepemilikan? Betul, ke Italia.
Dan buat Kimi, ini adalah tim terakhir tempatnya berlabuh. Pertama datang di Sauber, dan mengakhiri dengan Alfa Romeo yang notabene perwujudan lain dari Sauber.
Walau secara branding sudah banyak berubah, ada dua hal yang belum berubah, bahwa Alfa Romeo masih betah menghuni posisi tengah!