Karir Dani Pedrosa di Grand Prix MotoGP mungkin bisa dibilang beruntung karena ada dukungan penuh dari tim Honda Repsol, namun ketidakberuntungan juga kerap menyertainya, mulai dari saat balapan berlangsung, regulasi yang kurang mendukungnya dan berbagai cidera yang ia alami dalam karirnya selama ini.
Dani Pedrosa pernah beberapa kali memecahkan rekor dan juga seringkali mengalami cidera patah tulang selama karirnya yang panjang di Grand Prix, selama itu pula ia tidak pernah mengangkat mahkota juara dunia MotoGP. Hal inilah yang membuat banyak orang menganggap bahwa ia pembalap yang selalu kurang beruntung, tapi ternyata tidak hanya itu.
Pembalap berusia 34 tahun ini merupakan satu satunya pembalap yang bisa selalu menang, paling tidak satu kali seri balapan dalam 16 musim balap berturut turut. Itu rekor yang cukup hebat.
Pembalap berjulukan “The little Samurai” ini meraih gelar juara dunia kelas 125cc di tahun 2003 dan gelar 250cc di dua tahun berikutnya. Dia merupakan salah satu pembalap terhebat sepanjang masa di kelas 250cc. Karena postur tubuhnya yang kecil dan ringan sangat cocok berada di kelas 125cc dan 250cc.
Kemudian ia naik ke kelas MotoGP. Selama karirnya di kelas premier, ia sudah memenangkaan 31 kali balapan dan berhasil 3 kali meraih peringkat kedua klasmen, membuatnya menjadi pembalap yang paling sering gagal dalam meraih gelar juara dunia MotoGP.
orang orang yang mengkritik karena kegagalannya ini tidak mengerti, bahwa jalan yang ia tempuh untuk bisa tiba di level tertinggi balapan motor ini sangatlah sulit.
Dani Pedrosa hanya memiliki tinggi badan 158cm dan berat 51 kg. Itu merupakan tinggi dan berat rata rata untuk anak 13 atau 14 tahun. Ukuran tubuhnya merupakan tantangan terbesarnya di kelas MotoGP.
Di musim balap 2007, Dorna mengubah peraturan dari sebelumnya motor MotoGP menggunakan mesin 990cc menjadi mesin 880cc, peraturan ini dibuat sebagai sikap atas kecelakaan fatal yang dialami Daijiro Kato, karena Dorna menganggap motor dengan mesin 990cc itu terlalu cepat dan berbahaya.
Ini seharusnya menjadi momen yang menguntungkan bagi Pedrosa, karena perubahan ke motor 880cc membuat motor ini menjadi lebih ringan. Tim Honda Repsol kemudian membuat motor RC2121V 880cc yang sesuai dengan gaya balap Pedrosa. Tapi motor yang dibuat ternyata tidak sesuai harapan, motor ini menjadi motor MotoGP 880cc yang dikenal lambat di MotoGP.
Honda RC211V dikenal sebagai motor yang hebat, dan generasi yang sekarang RC213V, juga merupakan motor yang sangat cepat. Namun Honda RC212V sangat buruk. Pedrosa menjalani musim balapnya saat itu dengan kesulitan saat mengendarai Honda RC212V ini.
Kemudian saat tim Honda Repsol mulai memperbaiki performa motornya menjadi lebih kompetitif, Pedrosa mengalami cidera di bulan oktober 2010. Persaingannya untuk memperebutkan gelar dunianya dengan Jorge Lorenzo akhirnya pupus, setelah ia kecelakaan di sesi latihan bebas di Motegi dan mengalami patah tulang selangka yang memaksanya harus absen di 3 seri balapan.
Di tahun berikutnya saat bersaing dengan Lorenzo, kali ini ia bersenggolan dengan Marco Simoncelli membuat tulang selangka nya lagi lagi patah. Dan di tahun 2013 dia mengalami kecelakaan di seri balap jerman saat sedang berlangsungnya sesi latihan bebas, meski kecelakaannya hanya dengan kecepatan 60 km/jam namun itu sudah bisa membuat tulang selangka nya patah untuk yang ketiga kali. Rasa sakit sudah menjadi hal yang dekat dengan Pedrosa selama bertahun tahun, mulai dari cidera patah tulang selangka, lengan, kaki, jari dan masih banyak lagi.
Semua cidera yang dideritanya bukanlah karena Pedrosa punya tulang yang rapuh, tapi lebih karena tubuh Pedrosa yang kecil dan ringan ini membuatnya sangat sulit untuk mengendalikan motor MotoGP yang dikenal bertenaga sangat besar dan juga berat. ini membuatnya sering mengalami kecelakaan parah.
Disaat Dani Pedrosa berpeluang besar untuk meraih gelar dunianya, banyak hal di sekitarnya selalu terjadi tidak sesuai harapan. Contohnya saat di tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global yang tentu memberi dampak juga ke MotoGP. Dorna memutuskan untuk membuat peraturan baru demi memotong pengeluaran tim tim yang berkompetisi di MotoGP, akibat dari peraturan ini bobot minimum untuk motor menjadi naik dari 148kg menjadi 157kg. Tentu ini tidak menguntungkan bagi Pedrosa yang memiliki tubuh seukuran anak kecil.
Jack Miller salah satu pembalap MotoGP yang paham masalah yang dihadapi Pedrosa. Ia pun yakin, setidaknya Pedrosa bisa sekali meraih gelar MotoGP jika motor ini bisa lebih ringan lagi.
“pembalap yang punya tubuh normal seperti kami lebih mudah untuk mengendalikan motor ini. karena kami punya tenaga lebih, berat badan yang pas, juga tangan dan kaki kami yang lebih panjang. Dani kebalikan dengan kami. Bahkan bagi kami, ini tugas yang sangat sulit untuk mengendalikan motor dengan mesin bertenaga besar seperti ini.” ucap Miller via motorsportmagazine.com
Di tahun 2016, MotoGP melakukan perubahan dengan mengganti penyuplai ban dari yang tadinya Bridgestone menjadi Michelin. Banyak orang berpendapat bahwa konstruksi ban yang lebih lunak buatan pabrikan perancis ini akan menguntungkan Pedrosa. Namun nyatanya, sesuatunya sekali lagi berubah tidak sesuai harapannya.
“saat Michelin mengadakan tes ban baru dengan semua pembalap, aku selalu menjadi yang tercepat dan aku merasa cocok dengan ban ini, sementara semua pembalap merasa tidak nyaman dan banyak yang terjatuh. Banyak pembalap melakukan protes karena ban ini terlalu lunak, karena mereka semua yang protes adalah pembalap yang berpostur lebih besar dariku. Jadi akhirnya Michelin merevisi bannya menjadi lebih keras.” Ungkap Pedrosa via motorsportmagazine.com
Di tahun 2016 pula kesulitannya ditambah lagi, dengan hadirnya aturan untuk penyeragaman elektronik. Jadi software yang digunakan pada semua motor MotoGP diperuntukan untuk pembalap dengan ukuran tubuh yang lebih besar dari Pedrosa.
Jadi Pedrosa mengalami masalah besar dengan motornya yang menjadi terlalu berat, ban motornya juga terlalu keras dan perangkat elektronik yang tidak cocok dengannya. Tidak heran hasil baik yang dulu sering diraihnya berubah menjadi hasil buruk.
Pada akhirnya Dani Pedrosa telah mendapat banyak kritik karena kegagalannya memenangkan gelar dunia MotoGP, tetapi mereka tidak tahu betapa banyak pengorbanan dan perjuangan berat yang dilaluinya untuk bisa sampai pada level setinggi ini.