
Ada banyak pebalap yang mengikuti jejak orangtua. Ibarat kata, buah jatuh nggak jauh dari pohonnya. Kecuali buah itu digondol kampret.
Artinya, orangtua pebalap, sang anak pun punya kecenderungan ingin jadi pebalap. Karena anak punya kecenderungan meniru perilaku orang tua. Apa yang dilakukan orang tua dan dilihat sang anak, akan sangat gampang ditiru oleh anak.
Dan karier sebagai pebalap, memungkinkan untuk itu. Artinya, ketika para pria pemberani itu mengadu nyali di lintasan, tak jarang mereka membawa serta keluarga, termasuk sang anak untuk nonton balapan. Apalagi pihak penyelenggara, pastinya, memberi privelege kepada anggota keluarga berupa tribun khusus waktu balapan berlangsung.
Praktis sang anak bisa melihat bagaimana ayah mereka, dengan segala kehebatannya beraksi dilintasan.
Sudah banyak contohnya. Yang masih segar dalam ingatan kita adalah juara dunia tahun 2021, Max Verstappen. Dia adalah salah satu contoh anak pebalap yang mengikuti jejak sang ayah, yaitu Josh Verstappen.
Tapi dalam pokok bahasan kali ini penulis akan menyajikan sosok pria Inggris bernama Damon Hill, putra dari Brabham Hill. Sosoknya ‘biasa’ saja untuk ukuran seorang pembalap F1. Namanya seolah tenggelam oleh pesona Michael Schumacher, Ayrton Senna, atau Mika Hakkinen. Padahal pada tahun 1993-1996 dialah sosok yang menjadi rival berat Schumacher. Bahkan Schumacher nggak menyangka kalau harus bersaing dengan Hill. Semula Schumacher mengira bahwa Senna lah yang akan mengganjal.
Menyandang nama besar sang ayah, Brabham Hill, mengantongi 22 kemangangan, 44 podium, dengan total 360 poin serta pernah menjadi team mate Ayrton Senna, tapi sosoknya jauh dari hiruk pikuk yang tak perlu di dunia Formula 1 yang penuh ke glamouran.
Satu hal yang unik, Damon Hill mengawali karier balapan justru sebagai pembalap motor. Bukan sebagai pebalap mobil. Balap mobil pertama kali yang diikuti adalah Formula Ford. Selepas Formula Ford, Damon masuk ke Formula 3000.
Karier Damon di Formula 1 dimulai sebagai test driver untuk tim Williams di tahun 1992. Termasuk lambat untuk ukuran seorang pebalap. Apalagi umur segitu baru memulai sebagai test driver, bukan pebalap utama.
Tapi bagaimana lagi, peluang yang ada di umur segitu, dan cuma itu peluang yang ada untuk dia bisa masuk sebagai pebalap Formula 1. Prinsipnya adalah, ambil peluang yang ada, atau tidak sama sekali!
Peluang datang lagi di tahun berikutnya, yaitu tahun 1993, dengan menggantikan Riccardo Patrese yang waktu itu keluar dari Williams dan pindah ke Benneton, Damon Hill pun membuktikan bahwa Patrick Head dan Frank Williams tak salah memilihnya untuk menggantikan Riccardo.
Damon Hill membuktikan dengan kemenangan pada balapan di Sirkuit Hungaroring, Hungaria. Itulah kemenangan pertama dari ayah Joshua Hill ini.
Alain ‘profesor’ Prost yang saat itu menduduki pole position justru terlempar ke urutan 12.
Pada tahun itu, performa William yang kompetitif membuat satu prestasi yang luar biasa buat tim asal Inggris itu. Memenangi juara konstruktor dengan menempatkan Alain Prost sebagai juara dunia, dan Damon Hill ada di tempat ketiga.
Urutan kedua? Ayrton Senna!
Selepas Prost dari Williams, Damon Hill berpasangan dengan Ayrton Senna. Tak pelak, debutnya sekaligus sebagai penantang utama Michael Schumacher.
Ada yang aneh sampai sekarang tentang perlakukan Senna terhadap Hill sebagai team mate. Senna yang biasanya menjadikan team mate sebagai rival pertama yang harus dikalahkan, tapi terhadap Hill perlakuan Senna cenderung soft.
Kala itu, bagi Hill, juara dunia hanya soal waktu. Hill yang telat masuk F1, tak patah arang untuk terus mengembangkan bakatnya. Apalagi di dukung dengan paket mobil yang kompetitif rancangan sang Andrian Newey.
Pada tahun 1994 gelar dimenangkan oleh Michael Schumacher dengan Benneton-nya. Sedangkan Hill menempati posisi Runner up. Seharusnya tahun itu adalah tahun yang menggembirakan buat Hill dan tim.
Mengingat ada peningkatan signifikan terkait performa mobil. Tapi petaka terjadi pada tanggal 1 Mei 1994 di Imola yang menyebabkan Ayrton Senna tutup usia.
Tahun 1995 Damon Hill terlempar di posisi ke lima klasemen juara.
Menginjak tahun 1996 performa Hill melonjak drastis. Mengawali balapan di sirkuit Albert Park, Melbourne, Australia, Hill justru bersaing dengan team matenya sendiri, yaitu Jaques Villenueve, pebalap asal Kanada putra dari Gilles Villeneuve.
Balapan kedua dan ketiga pun disikat habis oleh putra Brabham Hill ini. Tak pelak, tahun itu adalah tahunnya William. Gelar konstruktor pun dengan mudah dimenangkan oleh tim yang di miliki Sir Frank William itu.
Sayang, rupanya itulah musim terakhir Hill di Williams.
Karena ketidakcocokan antara manajer dan pihak tim. Biasalah, William sudah ngerasa hebat. Padahal salah satu yang membesarkan namanya Damon Hill juga, selain Andrian Newey sebagai desainer.

Akhirnya musim 1997 Damon Hill pindah ke Arrows. Yang menarik, pada satu pesta Damon Hill ketemu dengan group band asal Inggris, Deff Leppard. Hill yang jago main gitar itu akhirnya di tantang untuk ikut main pada lagu Demolition man. Jadilah dia sebagai additional guitarist.
Tentu saja karier Damon Hill turun drastis di Tim ini. Dan itu murni karena performa tim. Apalagi tim ini (waktu itu), tidak pernah memenangkan balapan sejak dua puluh tahun terakhir.
Tapi Hill masih bisa menyumbang satu poin di GP Silverstone, Inggris, serta yang mengejutkan Hill berhasil naik di podium kedua pada balapan di Hungaroring, Hungaria.
Sampai disini Hill berhasil menunjukkan sebagai pembalap berkelas. Dia bahkan bisa menyaingi mantan rekan setim-nya di Williams, Jaques Villenueve dengan paket mobil yang jauh lebih kompetitif.
Tahun 1998 Hill pindah lagi ke tim Jordan. Klop!klop apanya?
Bos Jordan, Eddie Jordan gemar main musik, sebagai drummer, sedangkan Hill gitaris. Kenapa nggak bikin group band aja sekalian! Mengingat performa Jordan yang gitu-gitu aja.
Tapi tunggu, di tangan Damon Hill tim ini memperoleh kemenangan pertamanya di GP Belgia. Sampai disini Damon Hill masih menunjukkan kelasnya sebagai pebalap yang sangat berbakat. Tapi sayang, sering kali dia berada ditempat, waktu dan tim yang salah.
Hill pun mengakhiri debutnya di Formula 1 pada tahun 1999 setelah Grandprix Jepang. Padahal waktu itu Jordan menduduki klasemen ketiga di konstruktor dengan mengantongi 61 point dua level diatas Williams yang hanya memperoleh 31 point di urutan ke 5.
Itu tahun terakhir Hill di hiruk pikuknya jet darat dan selanjutnya dia hanya bisa mengenang kemenangan bersama tim biru asal Inggris.