Sebelum Mick Doohan pertama kalinya menjadi juara dunia kelas 500cc tahun 1994, kemudian meraih 4 kali juara dunia berturut turut, pembalap legendaris asal Australia Mick Doohan (baca: Mik Duhan) nyaris akan kehilangan karirnya yang hebat di dunia balap.
Mick Doohan lahir di Brisbane, Australia dan mulai mengendarai sepeda motor pada tahun 1974 saat berusia sembilan tahun di Brisbane. Setelah itu ia mulai berkompetisi dalam acara off-road. Hasil penting pertamanya adalah menjadi runner-up di kejuaraan kelompok umur 10 sampai 12 tahun di Queensland. Setelah itu Keluarga Doohan pindah ke Gold Coast, pada tahun 1981, dan ia melakukan debut balapnya pada tahun 1984 di Surfers Paradise Raceway, Australia pada usia 19 tahun dengan Yamaha RZ350.
Setelah sukses berkarir di negaranya sendiri, Mick Doohan memutuskan untuk menapakkan karirnya ke tingkat lebih tinggi yaitu kejuaraan dunia Grand Prix 500cc. Mick Doohan membuat debutnya di tahun 1989 menggunakan motor Honda dan dengan cepat beradptasi dengan baik. Di tahun 1990, dia berhasil menempati urutan ketiga klasmen akhir, prestasinya kemudian meningkat di tahun 1991 dengan meraih peringkat kedua di klasmen akhir.
Musim balap 1992 terlihat seperti sangat mudah bagi Mick Doohan, dengan mengkoleksi empat kemenangan secara beruntun di empat seri balapan pertama, diikuti dua kali meraih posisi kedua. Mick Memimpin klasmen dengan 130 poin saat seri kedelapan berlangsung di Belanda, dia menjadi pembalap yang difavoritkan untuk menang di seri itu. Namun hal buruk pun terjadi saat sesi kualifikasi.
“sejujurnya itu hanya kecelakaan biasa, aku baru saja melewati garis start atau finish dan tiba tiba ada bendera merah berkibar karena ada cairan oli yang tercecer di sirkuit, lalu aku masuk ke tikungan pertama dengan kecepatan 180km/jam dan saat keluar tikungan itu aku tersentak dan terlempar ke atas.” Tutur Mick Doohan via whichcar.com.au
Doohan menderita patah tulang spiral ganda di kaki kanannya. Cidera ini membutuhkan waktu berminggu minggu untuk istirahat dari kegiatan balap dan ditambah waktu yang lama lagi untuk pemulihan. Padahal Saat itu Doohan sedang memimpin klasmen dengan jarak 65 poin sementara kejuaraan ini masih menyisakan 5 seri balapan lagi.
Doohan kemudian mempunyai rencana untuk menyekrup tulang yang patah itu agar penyembuhan lebih cepat. Hal ini diutarakan kepada kepala staf medis kejuaraan grand prix Dr. Claudio Costa. Costa setuju rencana itu, dengan begitu akan memberikan Doohan kesempatan untuk kembali bersaing di seri balapan selanjutnya dan memperebutkan gelar juara dunia yang pertama kali baginya.
Setelah itu Doohan memilih untuk menjalani operasi di Belanda, daripada di Inggris atau Amerika, namun keadaan berubah menjadi semakin buruk. Mick Doohan ternyata dioperasi oleh seorang ahli bedah Belanda yang tampaknya tidak kompeten. Mengetahui ada sesuatu yang salah, Dr. Costa memohon dokter bedah itu untuk mendengarkannya. Akhirnya, setelah banyak perdebatan sengit, Costa meyakinkan tim dokter itu untuk melihat kondisi kaki Doohan lagi.
Setelah mendengar para tim dokter mendiskusikan kemungkinan melakukan amputasi, Costa berpikir cepat mengatur agar Mick Doohan untuk segera dipindahkan dari fasilitas medis yang dibawah standar tersebut. Jika bukan karena Kepala Petugas Medis Grand Prix Dr. Costa yang mendampingi Doohan sejak awal rangkaian peristiwa ini, Mick Doohan pasti akan kehilangan kakinya.
Setelah menjalani operasi kedua untuk membantu tulangnya sembuh dengan benar, Mick Doohan kembali membalap dengan tepat waktu untuk tampil Grand Prix seri Brasil, hanya dalam waktu singkat enam minggu setelah kecelakaan. kembalinya Mick Doohan hampir mustahil untuk dipahami, baik secara fisik dan mental, Doohan mencoba untuk mendorong dirinya secara maksimal di dua seri balapan terakhir dan sayangnya hanya bisa menyelesaikan musim di tempat kedua klasmen akhir, kesempatan untuk meraih gelar juara dunia yang pertama hilang dengan hanya terpaut empat poin dari Wayne Rainey.
Melalui tekad dan kesabarannya, dipadukan dengan keinginan kuat untuk menang dan hasrat untuk pantang menyerahlah yang mendorong Mick Doohan bisa menyelesaikan musim balapnya di tahun 1992, dan kemudian memenangkan 5 kali gelar Juara Dunia 500cc di tahun tahun berikutnya, yang akhirnya membuatnya menjadi salah satu pembalap terbaik dalam sejarah balap Grand Prix.