Sebelum Bagnaia menjalani balapan di Thailand, gap poinnya adalah 18 di belakang Quartararo, dan akan menuju Australia minggu depan, lalu dilanjut ke seri balap Malaysia dan Valencia dengan hanya terpaut 2 poin di belakang Quartararo.
Bila Ducati tidak ada masalah di balapan kemarin seperti 6 balapan sebelumnya, apa yang akan terjadi pada Quartararo ? pasti Quartararo akan tergusur sebagai pemimpin klasmen. Juara bertahan MotoGP 2021 ini sebenarnya membalap lebih baik dari pembalap manapun di grid MotoGP saat ini, terlihat dia bisa mengeluarkan potensi kecepatan dari motor Yamaha M1 nya, dimana pembalap Yamaha lain tidak bisa lakukan.
Tapi syarat untuk mengeluarkan seluruh potensi Yamaha M1 adalah harus ada grip yang cukup untuk bisa melaju cepat. Rahasia Quartararo bisa melaju cepat saat ini adalah dengan mengeluarkan potensi grip ban Michelin yang besar dari Yamaha M1, dengan cara memindahkan bobot tubuhnya dengan agresif diantara ban depan dan ban belakang, sekaligus bermain dengan gas dan rem. Dengan cara ini memungkinkannya menggunakan corner speed yang tinggi untuk menandingi horsepower besar dari motor motor Ducati.
Namun dalam kondisi hujan, hanya ada sedikit grip pada pinggir ban ketika menikung, sehingga balapan Thailand kemarin, Quartararo tidak bisa mengeluarkan potensinya.
Kalian pasti bertanya, kenapa saat balapan di Mandalika Maret lalu Quartararo bisa finish runner up dalam keadaan hujan di belakang Oliveira ? karena aspal sirkuit Mandalika memiliki grip yang besar meski dalam keadaan hujan, sehingga saat menikung para pembalap sampai bisa menempelkan sikutnya seperti saat kondisi lintasan kering. Satu satunya pembalap yang mencoba menurunkan sikutnya ketika menikung di sirkuit Buriram kemarin adalah Remy Gardner dan Luca Marini, yang mana akhirnya mereka crash.
Hanya ada 2 crash selama balapan yang dimulai dalam kondisi hujan dan berakhir dalam kondisi lintasan merupakan capaian yang impresif bagi ban hujan Michelin.
Balapan hujan sendiri cenderung akan dimenangkan oleh motor yang paling cepat, karena motor dengan tenaga besar tidak mengandalkan corner speed di tikungan, yang kemudian bisa mengeluarkan akselerasi yang luar biasa ketika keluar tikungan. Itulah kenapa sirkuit Buriram sangat menguntungkan motor V4. Hal ini bisa dilihat tidak ada satupun motor inline4 yang bisa finish 10 besar di Buriram.
Quartararo finish di posisi 17 dengan jarak 34 detik, yang membuatnya langsung berjalan ke garasinya tanpa berbicara pada siapapun. Bisa dipahami bahwa Quartararo saat ini sedang frustasi karena di 3 minggu terakhir dia sangat kesulitan.
Di posisi 5 besar ada 1 motor KTM, 3 Ducati dan 1 Honda, yang hanya berjarak 3 detik dari posisi 1 dan 5, dan perbedaan laptime rata rata nya hanya 0,118 detik. Menunjukan bahwa di era ini MotoGP sangatlah ketat meski dalam kondisi hujan.
Lalu bagaimana dengan Miguel Oliveira? Apa yang membuat KTM dan Oliveira sangat cepat di kondisi hujan ? deketahui memang kemenangan di Buriram adalah kemenangan keduanya di lintasan basah setelah di sirkuit Mandalika.
Memang pada dasarnya motor KTM RC16 selalu bagus di kondisi hujan. Motor ini pun diketahui mencetak podium pertamanya di GP Valencia 2018 dalam kondisi hujan, yang berarti mesin KTM memang cocok dalam balapan hujan, yang mana setingan elektronik dan sasisnya memungkinkan pembalapnya bisa memaksimalkan potensi motor dalam keadaan grip yang minimal.
Hal ini tentu akan memberikan pembalapnya kepercayaan diri yang dia butuhkan dalam keadaan lintasan yang licin. Ditambah lagi Oliveira punya gaya balap yang halus, dengan kendali gas yang halus pula di tangan kanannya. Mungkin juga hal ini yang menjadi alasan Oliveira memutuskan untuk meninggalkan KTM, karena motor KTM RC16 adalah motor yang diibaratkan seperti banteng dan cara menaklukannya bukanlah dengan gaya balap yang halus seperti yang Oliveira miliki.
Mungkin juga turunnya hujan menutupi satu kekurangan yang mencegah motor KTM RC16 bisa menang di lintasan kering saat ini. Diketahui memang motor KTM tidak cukup baik dalam menikung, motor KTM saat menikung harus menggunakan radius racing line yang lebih lebar dari motor lain, yang mana hal ini mencegah pembalapnya untuk bisa membuka gas secepat mungkin seperti yang mereka inginkan.