Sebelum musim MotoGP 2020 dimulai, bahkan sebelum terjadinya penundaan dimulainya seri perdana MotoGP,,tim Suzuki sebenarnya sudah mulai membuat perhatian. Para pembalapnya menjadi yang tercepat selama sesi tes resmi pra musim, sekaligus menjadikan para pembalapnya difavoritkan menang pada seri balap perdana tahun ini di Qatar, dan tampaknya motor GSX-RR menunjukan performa yang bagus. Ini merupakan titik balik yang luar biasa dari sebuah tim MotoGP yang pernah kembali mendapat hak konsesi karena performa yang buruk di musim 2018
Ini merupakan hasil yang luar biasa juga berkat bos tim Davide Brivio, setelah memutuskan untuk mengambil 2 pembalap rookie yang minim pengalaman dan kemudian mempercayakan mereka untuk mengembangkan motor di salah satu tim yang punya budget terkecil di kelas MotoGP
Lalu bagaimana Davide Brivio bisa melakukan itu?
Bisa dibilang dengan cara membangun tim yang bisa memanfaatkan dua kultur yang berbeda, tanpa membiarkan salah satunya mendominasi untuk menciptakan keseimbangan yang sempurna didalam tim.
Davide Brivio, orang yang dulunya membawa Valentino Rossi ke Yamaha ketika dia masih memimpin tim disana adalah seorang italia, dan dia telah membangun struktur tim Suzuki yang banyak berisi orang italia
Hal ini memberikan suasana kekeluargaan di dalam tim ketimbang suasana struktur tim korporasi seperti tim rival jepang lainnya. Dan juga memberikan atmosfir yang unik di garasi tim Suzuki, yang mana ini memainkan peran penting dalam menunjang kesuksesan tim Suzuki
Hal ini tidak biasa terjadi di MotoGP. Jika dilihat di tim Ducati dan Aprilia yang secara kultur sangat italia, dari pendekatan mengelola pembalapnya sampai dalam membangun motornya. Begitu juga KTM, yang sangat kental kultur Austria nya, karena banyaknya orang Austria yang mengelola timnya
Tim Yamaha dan Honda memang dikelola oleh orang eropa di tangan Lin Jarvis dan Alberto Puig, namun kedua tim ini tetap sangat kental kultur jepangnya. Yang sangat mengutamakan metode kerja dan berorientasi pada tujuan utama perusahaan induknya, ini tercermin pada hasil balapan dan keputusan pemilihan pembalap yang bisa jadi lebih baik atau malah jadi lebih buruk
Itulah yang membuat Suzuki menjadi unik karena memadukan dua kultur dari jepang dan italia, yang tercermin dari kerjasama antara Brivio dengan manajer teknis Ken Kawauchi dan Shinichi Sahara sebagai pimpinan proyek MotoGP.
Dalam pemilihan pembalap, Suzuki memilih untuk mengontrak pembalap muda berbakat dari Moto2 yaitu Alex Rins dan Joan Mir. Terbukti, mempromosikan dua pembalap muda spanyol ini jadi sukses besar
Alex Rins yang sudah 4 tahun bersama Suzuki, baru saja menang di GP Aragon, sementara Joan Mir, yang baru 2 tahun di kelas premier sekarang menjadi pemimpin klasmen MotoGP dan difavoritkan meraih gelar juara dunia
Suzuki memilih Pendekatan yang berbeda dalam merekrut pembalap jika dibandingkan para rivalnya, yang lebih memilih membajak pembalap dengan nama besar dari tim lain ketimbang mengembangkan potensi pembalapnya sendiri
Secara realistis memang cara ini bukanlah pilihan tepat bagi Suzuki karena kurangnya budget yang dimiliki. Oleh karena itu Suzuki memilih untuk memperpanjang kontrak Joan Mir dan Alex Rins sampai 2022
Dalam membangun motor, Suzuki juga masih tetap pada warisannya dengan membuat mesin inline4 dan sasis alumunium twinspar, peningkatan yang telah dibuat dengan motor ini dalam beberapa tahun terakhir juga tidak bisa dianggap remeh.
Motor inline4 yang memiliki handling hebat ini pun sekarang tidak lagi kalah jauh dalam hal topspeed seperti rival sesama mesin inline4 Yamaha. Ini adalah bukti meski tim Suzuki memiliki departemen balap yang relatif kecil namun bisa membalikan keadaan dengan waktu yang singkat. Setelah Terakhir kali Suzuki mengalami tahun yang buruk itu di tahun 2017, saat itu input dari Andrea Iannone menyebabkan tim ini berjalan di arah pengembangan yang salah dan terpaksa harus mengambil status konsesinya lagi
Sejak saat itu, Suzuki mengubah strategi untuk dalam pengembangan motor, dengan merekrut mantan juara dunia World SuperBike Sylvain Guintoli dan bekerja sama dengan crew chief veteran yaitu Tom O’Kane. Mereka adalah sosok penting dalam struktur tim Suzuki, yang mana mereka tidak bekerja secara terpisah namun bekerja bersama setiap saat. Hal ini dapat menutupi kekurangan Suzuki yang tidak memiliki pembalap penting di tim satelit seperti Jack Miller di Ducati ataupun Cal Crutchlow di Honda
Ini bukan berarti bahwa Suzuki tidak butuh tim satelit, tim satelit tentu sangat berguna dalam mendapatkan lebih banyak data dan informasi dari motor, namun saat ini dengan budget yang masih terbatas, yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan sumber daya yang tersedia saat ini
Namun begitu, dengan nantinya hadir tim satelit dan dukungan budget yang lebih besar apakah akan mengubah karakter tim Suzuki yang sekarang sudah terbentuk?
Tampaknya itu sulit terjadi, selagi Davide Brivio masih berada di Suzuki dan Alex Rins maupun Joan Mir masih menjadi ujung tombak pembalapnya.
Bagaimanapun juga, dengan struktur tim yang solid, motor yang cepat dan pembalap berbakat yang masih ada untuk 2 musim kedepan, bukan tidak mungkin Suzuki bisa menjadi tim favorit juara dunia di beberapa tahun kedepan