Subscribe
Starting Grid
  • Home
  • Story
  • Inside GP
  • Analisa
  • Teknologi
  • List
  • Formula 1
No Result
View All Result
  • Home
  • Story
  • Inside GP
  • Analisa
  • Teknologi
  • List
  • Formula 1
No Result
View All Result
Starting Grid
Home Formula 1

Arrows A18, Bermesin Yamaha Dengan Prestasi yang Bikin Memelas

Serba baru, pemilik baru, seorang engineer, salah satu dari dua pebalap barunya adalah mantan juara dunia. Supplier mesin baru, supplier ban baru. Tapi nasibnya bikin memelas.

Ciput by Ciput
12 Maret 2022
in Formula 1
Reading Time: 4 mins read
322 3
0
Arrows A18, Bermesin Yamaha Dengan Prestasi yang Bikin Memelas

Sketsa A18 tunggangan Pedro Diniz ( Sumber foto: racingcardraw)

1k
SHARES
5.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
Dibawah manajemen baru, mesin baru, pebalap baru, dan ban pun baru. Tapi nasibnya bikin terharu ( Foto: wikipedia)

Di negeri ini orang sangat kenal dengan satu merk yang sangat tenar, Yamaha. Iya, Yamaha adalah merk yang sangat familiar dan hampir semua pengguna motor tahu itu. Ketenaran Yamaha menempati urutan 2 setelah Honda.

Yamaha adalah merek yang sudah sangat lama memasarkan produk sepeda motornya di negeri eks koloni Kumpeni ini. Sehingga kalau orang tanya, apa itu Yamaha? Jawaban nomor satu adalah, sepeda motor!

Padahal Yamaha bukan hanya memproduksi Motor. Selain motor, Yamaha juga memproduksi peralatan musik, lengkap dengan Yamaha music School sebagai yayasan musiknya.

Selain itu di Indonesia Yamaha juga memproduksi mesin tempel pada boat, juga jetski.

Tapi Yamaha tidak pernah memproduksi mobil, setidaknya di negeri ini.

Tapi bukan berarti Yamaha tidak pernah berkiprah di balapan mobil. Bukan mobil Rally, atau mobil touring.

Gokart? Iya, Yamaha juga memproduksi mesin Gokart.

Tapi pada artikel kali ini penulis akan menyajikan sebuah mobil Formula 1 bermesin Yamaha. Betul! Kami tidak sedang bercanda. Tapi pernah ada mobil Formula 1 bermesin Yamaha. Bukan satu atau dua tim. Pabrikan Jepang itu memasok lima tim dalam kurun waktu tahun 1989 sampai dengan 1997. Tim-tim itu adalah Zakspeed, Brabham. Jordan, Tyrell, dan Arrows

Dan yang kita bahas kali ini adalah tim terakhir, sekaligus juga kiprah terakhir Yamaha sebagai pemasok mesin di formula 1.

Tim terakhir itu adalah Arrows. Tak main-main, mesin Yamaha yang ditanam di Sasis Arrows itu bertenaga 700DK. Dengan konfigurasi V10, dengan kode mesin OX 11A.

Diluncurkan pada bulan Januari 1997, adalah awal baru buat tim. Dengan dua pebalap baru, Damon Hill dan Pedro Diniz. Sedangkan tunner mesin adalah John Hudd, seorang Insinyur yang pernah bekerja sama dengan Jack Brabham, dan salah satu orang yang diberi kewenangan oleh Cosworth ntuk pengembangan mesin Cosworth seri DFV.

Dan Tom Walkinwshaw pun merupakan pemilik baru di tim yang sebelumnya bernama Footwork Arrows itu.

Buat Hill, ini adalah awal yang baru juga. Bisa dikata Hill turun kasta. Karena di tim sebelumnya, Williams, adalah sebuah tim yang kompetitif dan mengantar dia merengkuh juara dunia. Sedangkan Pedro Diniz, adalah pensiunan Ligier.

Bisa jadi Tom Walkinshaw, Bos Arrows, menarik Hill dengan sebuah ekspektasi yang tinggi. Tapi kelewat tinggi, karena kemampuan Hill tidak diimbangi dengan kemampuan mobil secara teknis.

Padahal, Tom walkinshaw mengawali musim dengan cukup percaya diri “Kami telah mengumpulkan tim teknis dan sponsor yang kuat,” ujar Walkinshaw

A18 terus di dera masalah. Mengawali hal baru tak pula selalu bagus. Setidaknya dibuktikan oleh Arrows ketika Hill DNS ( Do Not Start ) di Grandprix Melbourne, Australia. Meski begitu Pedro Diniz berhasil finish. Karena tanpa poin dan hanya posisi 10. Ada yang bilang, finish urutan 10 buat tim gurem sudah lumayan. Apalagi Diniz bisa ‘mengalahkan’ rekan setim yang merupakan juara dunia tahun lalu.

Hah!? Mengalahkan? Tidak, bukan mengalahkan. Tapi karena Hill apes.

Tapi di race kedua gantian Diniz gagal menyelesaikan balapan alias Do Not Finish. Sedangkan Hill, finish diposisi terakhir, yaitu posisi 17. Alamak!

Baru setelah race ketiga dan selanjutnya mereka imbang. Tak bisa finish semuanya. Tak main-main, mereka gagal di Argentina, San Marino, Monza, dan Spanyol .

Posisi terbaik diperoleh Damon Hill di Hungaroring, Hungaria. Dimana Hill mampu finish di urutan kedua. Podium buat Hill, tapi Diniz harus menelan ludah, karena tidak bisa melanjutkan balapan. Dan itulah satu-satunya poin dan podium buat Arrows.

Dalam satu musim, Hill hanya mampu menyelesaikan 10 balapan dari total 17 balapan. Sedangkan Diniz, lebih menyedihkan lagi. Hanya bisa finish sebanyak 6 kali! Total poin yang bisa dikumpulkan adalah 9 poin dan menduduki urutan 9 konstruktor.

Lantas, apa yang membuat Arrows jeblok? Apakah Mesin Yamaha? Atau ketidak tepatan paket yang dirancang oleh tim desain yang dipimpin Paul Bowen?

ANALISA

Kalau nurut perspektif penulis, dan mungkin banyak orang yang menyukai olahraga ini, masalah di Arrows cukup kompleks. Masalah mereka tidak sesederhana desain mobil maupun liverynya yang tampak terlihat cantik.

For your information, bahwa Walkinshaw membeli 40% saham tim Footwork Arrows pada tahun 1996, dan selanjutnya mempunyai kontrol penuh terhadap tim, termasuk mengganti namanya menjadi TWR Arrows. TWR adalah Tom Walkinshaw Racing.

Perubahan besar-besaran dibawah kontrol Walkinshaw dimulai tahun 1997. Lalu mulailah mereka membangun tim, dengan amat tergesa. Membeli tim balap papan tengah, sebenernya resikonya cukup besar. Artinya, mereka akan gambling, antara gagal, dalam arti membawa hasil lebih buruk di trek, atau lebih baik. Semua tergantung pemilik selanjutnya, dalam hal ini TWR yang dikomandani oleh Tom Walkinshaw.

Kalau kita bandingkan dengan kasus keberhasilan BrawnGP, yang sama-sama peralihan, tentu akan sangat jauh beda. Karena yang dibeli Ross Brawn adalah Honda, sebuah tim mapan, walau tahun sebelumnya jeblok prestasi. Segala infrastruktur sudah siap. Tinggal soal inovasi dan pengembangan mobil lebih lanjut. Satu hal penting lagi, Ross Brawn terlibat langsung masalah teknis. Serta secara histori, Brawn berhasil membawa Ferrari merebut kejayaan.

Tapi dengan porsi  yang sedikit beda, mari kita bandingkan dengan kasus BAR membeli Tyrrel. Tahun pertama dan kedua BAR adalah tahun-tahun adaptasi. Tahun pertama dengan mesin supertec, jeblok. Tahun selanjutnya, dengan mesin Honda, dukungan dana besar, serta pebalap mahal macam Jacuqes Villenueve pun, tidak bisa membawa hasil yang instant, hingga akhirnya BAR menyerah dan menjualnya pada Honda.

Apalagi footwork Arrows, sebuah tim yang sebetulnya relative baru di formula 1 ( didirikan pada 1990).

Dengan result yang tidak bagus-bagus amat, Tom Walkinshaw membelinya seperti orang yang masuk ke arena kasino dengan modal duit yang pas-pasan, dan tidak jago memainkan kartu. Selesai!

Sepeti yang diungkapkan Walkinshaw, bahwa mereka mendevelop mobil dengan waktu yang pas-pasan. Serba tergesa-gesa, serta sumber daya manusia yang bukan papan atas di dunia Formula 1, adalah kombinasi yang klop untuk sebuah alasan kenapa tim itu mengalami keterpurukan.

Kisah Yamaha pun berakhir tahun itu. Sesudahnya Yamaha tidak menyuplai mesin buat Formula 1. Tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang kegagalan Arrows di tahun 1997. Apakah faktor mesin Yamaha, atau kurang bagusnya paket aerodinamika yang di desain oleh Simons Jennings sebagai head of aerodynamics. Atau memang belum beruntung saja.

Arrows sendiri harus mengakhiri kisahnya di lintasan balap tahun 2002 di Grandprix Jerman 2002 menyusul mundurnya salah satu sponsor besar mereka, yaitu European Aviation. Perusahaan penerbangan itu mengalami kesulitan keuangan menyusul sepinya penerbangan paska penyerangan 11 september 2001 yang menimpa gedung WTC.

 

Tags: ArrowsArrows A18Formula oneFormula satuformula1Tom WalkinshawYamaha
Share412Tweet257Pin93Scan
Previous Post

Sebuah Catatan Pendek: Juan Manuel Fangio.

Next Post

Berapa Besaran Beban G-Force yang Harus Diterima Pembalap F1 ?

Related Posts

Balapan Makin Membosankan, Kenapa Motogp Tidak Pakai Mesin Turbo Saja?
Inside GP

Balapan Makin Membosankan, Kenapa Motogp Tidak Pakai Mesin Turbo Saja?

31 Mei 2023
Lima Pembalap Satelit Terbaik di Era Motogp
Inside GP

Kelebihan dan Kekurangan Aero Fairing Motogp

30 Mei 2023
Ford comeback ke Formula 1, dengan tim mana?
Formula 1

Ford comeback ke Formula 1, dengan tim mana?

4 Februari 2023
Kenapa Mobil F1 Semakin Tahun Menjadi Semakin Besar ?
Formula 1

Kenapa Mobil F1 Semakin Tahun Menjadi Semakin Besar ?

31 Januari 2023
Formula 1: Senggol dikit, rugi berapa milyar?
Formula 1

Formula 1: Senggol dikit, rugi berapa milyar?

30 Januari 2023
Fakta tentang persaingan antara Lewis Hamilton dan Nico Rosberg
Formula 1

Fakta tentang persaingan antara Lewis Hamilton dan Nico Rosberg

29 Januari 2023
Next Post
Berapa Besaran Beban G-Force yang Harus Diterima Pembalap F1 ?

Berapa Besaran Beban G-Force yang Harus Diterima Pembalap F1 ?

Jean Alesi, Veteran Dengan Sekali Kemenangan Pada 201 Balapan

Jean Alesi, Veteran Dengan Sekali Kemenangan Pada 201 Balapan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Sirkuit Bersejarah Di MotoGP Yang Kini Tidak Dipakai Lagi (Part 1)

Sirkuit Bersejarah Di MotoGP Yang Kini Tidak Dipakai Lagi (Part 1)

13 Februari 2022
Bermesin Hanya 1600cc, Kenapa Mobil F1 bisa menghasilkan 1000 Horse Power ?

Bermesin Hanya 1600cc, Kenapa Mobil F1 bisa menghasilkan 1000 Horse Power ?

23 Oktober 2022
Menguak Sejarah Penggunaan Brake Lever Protector Dan Fungsi Vitalnya Di MotoGP

Mengupas Tuntas Siapakah The Rain Master Terhebat Di MotoGP

5 Mei 2023

MotoGP Vs Kawasaki H2R! Bisakah MotoGP Kalahkan Kehebatan H2R? Ini Analisanya!

4 Desember 2022

Tim Nastro Azzurro Honda nya Valentino Rossi Sebenarnya Tim Satelit atau Pabrikan ?

9 Juni 2020
Melihat Update Komponen Baru di MotoGP Jepang

Melihat Update Komponen Baru di MotoGP Jepang

2 Oktober 2023
Fantastic 4, Empat Pembalap Terhebat di Motogp di Tahun 2000an.

Ini Dia Perpindahan Tim Pembalap Motogp yang Paling Besar Dampaknya Pada Kejuaraan

29 September 2023
Fantastic 4, Empat Pembalap Terhebat di Motogp di Tahun 2000an.

Fantastic 4, Empat Pembalap Terhebat di Motogp di Tahun 2000an.

29 September 2023
Lebih Sulit Beradaptasi Ganti Merek Ban daripada Ganti Motor.

Lebih Sulit Beradaptasi Ganti Merek Ban daripada Ganti Motor.

29 September 2023
Colin Edwards, Rekan Setim Valentino Rossi yang Paling Akrab

Colin Edwards, Rekan Setim Valentino Rossi yang Paling Akrab

29 September 2023

Popular

  • Kegagalan sebuah tim kaya.

    Kegagalan sebuah tim kaya.

    1761 shares
    Share 704 Tweet 440
  • Mengenal Arm Pump, Momok Menakutkan yang Banyak Dialami Para Pembalap MotoGP

    1304 shares
    Share 522 Tweet 326
  • Cerita Maverick Vinales Pernah Marah dan Mogok Balapan Saat di Moto3

    1093 shares
    Share 437 Tweet 273
  • Schumacher Yang Bukan Schumy.

    1061 shares
    Share 424 Tweet 265
  • Menelisik Sejarah Dan Keunikan Sirkuit Portimao Di MotoGP

    1059 shares
    Share 424 Tweet 265
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
FINIS

© 2021 StartingGrid.id - Informative MotoGP Blog.

  • Login
No Result
View All Result
  • Home
  • Story
  • Inside GP
  • Analisa
  • Teknologi
  • List
  • Formula 1

© 2021 StartingGrid.id - Informative MotoGP Blog.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In