Banyak orang beranggapan bahwa pembalap top MotoGP , seperti Marc Márquez, harus membuktikan diri dengan cara memenangkan gelar juara dunia dengan motor yang berbeda, jika dia ingin dianggap sebagai pembalap yang benar benar hebat. Anggapan ini sangat tidak masuk akal …
Kontrak Marc Márquez di Honda saat ini akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2020. Namun banyak orang sudah mengira ngira, motor apa yang akan dikendarai Marquez di tahun 2021, ada yang memprediksi bahwa Marc Marquez akan berlabuh ke Ducati di 2021 nanti. Tapi tentu saja, itu semua hanya dugaan, karena Marc Márquez sudah menandatangani kontrak dengan Honda untuk 4 tahun kedepan.
Banyak spekulasi bermunculan tentang keputusan masa depan sang juara dunia Marc Marquez, dan anggapan bahwa pembalap bisa dikatakan hebat hanya jika ia bisa memenangkan balapan dan mendapatkan gelar juara dunia dengan berbagai pabrikan motor. Ini sangat tidak masuk akal. Pembalap bisa dikatakan hebat bukan karena motornya tapi memang cara dia mengendarai motor itu sangat baik, sesederhana itu.
Banyak pembalap legenda MotoGP tetap setia pada satu pabrikan motor, seperti: Mick Doohan, Kenny Roberts, Wayne Rainey, dan Kevin Schwantz (baca: Swans). Memang bisa menang dengan motor yang berbeda adalah suatu prestasi, tetapi itu tidak selalu membuat pembalap menjadi lebih baik. Beradaptasi dari satu motor ke motor lain hanyalah satu bakat dalam beragam keterampilan yang dimiliki oleh pembalap . Lagi pula, semua pembalap yang hebat juga telah membuktikan kemampuan mereka dalam beradaptasi, dengan cara menjadi dominan di kelas yang lebih rendah seperti Moto2, Moto3 atau di kategori lain.
Penting dicatat juga bahwa regulasi balap yang tiap tahun bisa berubah juga bisa membuat pembalap harus cepat beradaptasi. Contohnya saat ada regulasi perubahan penyuplai ban, penerapan elektronik dan lain lain. Tetapi tidak ada orang yang tertarik membahas pembalap yang bisa juara dunia dengan semua perubahan perubahan ini.
Awal mula munculnya anggapan bahwa jika pembalap hebat harus berani berganti motor adalah ketika Valentino Rossi membelot dari Honda dan pindah ke Yamaha.
Kala itu Rossi langsung juara dunia MotoGP di musim 2004 dengan motor YZR-M1 , ia menjadi pembalap keempat yang memenangkan gelar kelas utama dengan motor yang berbeda, setelah Geoff Duke pindah dari Norton ke Gilera, Giacomo Agostini dari MV Agusta ke Yamaha, dan Eddie Lawson dari Yamaha ke Honda. Belakangan Casey Stoner menjadi pembalap kelima yang pindah dari Ducati ke Honda. Namun pembalap seperti Duke, Agostini, Lawson maupun Stoner tidak pindah ke pabrikan motor lain dengan tujuan untuk memperkuat kredibilitas mereka sebagai pembalap hebat.
Eddi Lawson tidak akan memenangkan gelar juara dunia 500cc tahun 1989 dengan mengendarai Honda NSR500 tanpa Erv Kanemoto yang menyediakan hubungan unik antara Amerika dan HRC. Dan Valentino Rossi tidak akan langsung memenangkan gelar juara dunia tanpa Masao Furusawa yang menciptakan mesin big-bang pada Yamaha, dan kepala mekanik Jeremy Burgess yang memperbaiki sasis Yamaha M1 yang sangat buruk saat itu.
Jika melihat lebih jauh lagi ke masa lalu. Pembalap yang memutuskan pindah ke pabrikan lain kebanyakan tergoda karena alasan: bayaran yang lebih tinggi, mesin yang lebih bagus atau manajemen tim yang lebih baik,,, bukan karena mereka ingin membuktikan bahwa mereka bisa menang dengan motor yang berbeda.
Contohnya seperti :
- Geoff Duke. ia adalah juara dunia kelas premier pertama yang berganti pabrikan motor. Ia memutuskan pindah ke pabrikan lain pada tahun 1953 demi mendapatkan mesin yang lebih baik dan manajemen yang lebih baik. Duke telah memenangkan gelar 500cc tahun 1951 dengan motor Norton yang bersilinder tunggal, mengalahkan motor Gilera yang bersilinder empat, yang tentunya jauh lebih cepat, berkat bakat luar biasa yang dimilikinya. Namun pada tahun 1952 ia gagal menjadi juara dunia karena dikalahkan oleh motor Gilera. Di tahun ini pula ia tergoda dengan tawaran yang diajukan oleh Gilera, karena di Gilera ia bisa mendapatkan mesin yang lebih bagus.
- Kemudian pada tahun 1974 Agostini memutuskan keluar dari MV Agusta karena ia tahu bahwa ia butuh motor dengan mesin dua tak. ia beranggapan bahwa mesin itu bisa melaju lebih cepat dan lebih aman. Selain itu, adanya ketidak cocokan dengan pemilik tim MV Agusta yaitu Riccardo Agusta juga memperkuat keputusan Agostini untuk pindah ke pabrikan lain.
- Selanjutnya di tahun 1989 Eddie Lawson mengakhiri hubungan yang sudah dijalinnya enam tahun dengan skuad Marlboro Yamaha milik Giacomo Agostini. Lawson memutuskan pindah pabrikan karena muak dengan Yamaha, yang telah gagal menyelesaikan masalah penyaluran tenaga motor YZR500-nya. Jadi ia menandatangani kontrak untuk tim Honda Rothmans Kanemoto, sekalipun mendapatkan potongan gaji besar.
- Pada tahun 2003, Valentino Rossi memutuskan untuk meninggalkan Honda, setelah memenangkan tiga gelar juara dunia dengan NSR500 dan RC211V. Penyebab utama Pembalap Italia itu memutuskan pindah karena berselisih dengan manajemen Honda. Kemudian dalam prosesnya ia tertarik oleh tantangan untuk bisa menang di atas motor Yamaha YZR-M1 yang kala itu tidak bekerja dengan baik, karena ia ingin membuktikan bahwa pembalap itu lebih penting daripada motornya.
- Di akhir tahun 2010 Casey Stoner keluar dari Ducati dan pindah ke Honda, bukan karena tantangan, tetapi karena ia berselisih dengan manajemen Ducati. Awal dari kejadian itu terjadi pada musim panas sebelumnya, ketika Stoner absen beberapa balapan karena penyakit kelelahan kronis yang dideritanya. Casey kecewa dengan kurangnya kepedulian manajemen Ducati terhadap kesejahteraannya. Dan ia sangat marah ketika mendengar bahwa Ducati telah mengajukan tawaran kepada Jorge Lorenzo dua kali lipat dari uang yang ia dapatkan di Ducati, jadi ketika Honda memintanya untuk bergabung menjadi pembalap, ia langsung menerima tanpa pikir panjang.
Pada saat yang sama Rossi meninggalkan Yamaha demi Ducati, karena Yamaha telah memutuskan bahwa Lorenzo adalah pembalap masa depan mereka. Rossi tidak pernah memenangkan balapan saat di Ducati. Jadi apakah kegagalan itu meniadakan kesuksesan Rossi saat bersama Yamaha? Tentu saja tidak. Ini hanya menegaskan bahwa motor adalah faktor yang juga penting dalam kejuaraan balap motor.
Jadi kesimpulanya, keputusan pembalap pindah ke pabrikan lain lebih disebabkan karena uang, mesin atau manajemen tim yang lebih baik. Dan jika kita memperhatikan dengan cermat dan benar-benar mempelajari apa yang sedang terjadi, kita bisa tahu pembalap terbaik itu dilihat dari cara mereka mengendarai motornya , bukan berdasarkan motor yang mereka pakai.