Musim motogp yang gila ini akan mencapai klimaxnya pada bulan november ini, dengan dua balapan beruntun di Valencia dan balapan terakhirnya di Portimao.
Sejauh ini Fabio Quartararo telah memenangkan paling banyak seri balapan, dengan tiga kemenangan dari 11 balapan. Selanjutnya adalah Franco Morbidelli dengan dua kemenangan. Lalu ada Brad Binder, Andrea Dovizioso, Miguel oliveira, Danilo Petrucci, Alex Rins dan Maverick vinales, semuanya masing masing meraih satu kemenangan.
Namun sang pemimpin klasemen bukanlah dari delapan orang yang tadi disebutkan. Pembalap yang memiliki point terbanyak adalah dari tim Suzuki, joan mir, yang belum pernah sekalipun memenangkan balapan dan bahkan belum merasakan Pole Position.
Beberapa orang berpendapat bahwa pembalap spanyol berusia 23 tahun itu tidak akan menjadi juara dunia yang pantas apabila dia menyandang mahkota juara dunia MotoGP tanpa pernah berdiri di puncak podium paling tidak satu kali.
Ini tidak ada bedanya dengan orang-orang yang berpendapat bahwa siapapun yang juara dunia MotoGP tahun ini tidak akan menjadi juara dunia yang hebat karena Marc Marquez harus keluar dari perebutan gelar MotoGP bahkan sebelum balapan seri pertama selesai.
Jelas ini tidak masuk akal
Saat Marc Marquez memulai musim balap tahun ini, untuk bisa finish di urutan pertama, hal pertama yang dilakukan tentu harus bisa finish dulu. Dia pasti memahami ini sama halnya dengan pembalap lainnya.
Dan Grand Prix MotoGP ini adalah kompetisi balap dimana perolehan poin itu segalanya. Memenangkan balapan adalah cara terbaik untuk mengumpulkan point, tapi pada akhir tahun titel juara dunia akan diberikan kepada pembalap yang memiliki point terbanyak, bukan pada pembalap yang memiliki kemenangan terbanyak, pole position terbanyak, atau pembalap yang paling banyak memimpin putaran lap.
ini adalah aturannya dan siapapun yang memenangkan juara dunia dengan aturan ini adalah seorang juara dunia yang layak.
Apabila ada seorang pembalap bisa memenangkan lebih banyak seri balapan daripada pembalap yang juara dunia, itu berarti dia lebih cepat di beberapa balapan tapi dia tidak cepat atau tidak cukup konsisten di semua seri balapan. Sesederhana itu.
Ini bagaikan kisah perlombaan antara kura-kura dan kelinci versi Motogp. Kelinci sudah jelas lebih cepat dari kura-kura, tapi strategi balapnya kacau, sehingga kura-kura lah yang bisa memenangkan balapan.
Hasil aneh ini harus dirayakan, bukannya direndahkan, karena selalu ada cerita dibaliknya.
Dan Faktanya memang berdasarkan regulasi grand prix – beberapa peraih titel juara dunia terkadang ditentukan berdasarkan jumlah kemenangan balapan.
Jika ada dua pembalap mendapatkan pont yang sama, penentuan juara dunia ini akan jatuh pada pembalap yang memiliki jumlah kemenangan balapan paling banyak. Jika hasilya masih sama maka titel juara dunia akan diberikan kepada pembalap yang paling banyak finish kedua dan seterusnya.
Hal ini pernah terjadi beberapa kali di balapan grand prix. Pada 1967, Mike Hailwood dan Phil Read menyelesaikan Gran Prix 250cc dengan masing-masing perolehan 50 poin. Gelar juara dunia diberikan kepada Hailwood dengan koleksi lima kemenangan yang disandanganya karena Phil Read hanya memenangkan 4 balapan.
Yang paling terkenal pada tahun berikutnya adalah Phil Read dengan rekan setim Yamahanya yaitu Bill Ivy, mereka masing-masing memiliki 46 poin di akhir musim 250cc. Tapi mereka berdua memiliki jumlah kemenangan yang sama dan jumlah podium 2 yang sama juga, dengan tidak mencatatkan hasil lain selain itu. Akhirnya gelar juara dunia ditentukan dengan menambah catatan waktu balapan dari 10 seri balapan Grand Prix. Phil Read akhirnya menjadi pemenang dengan margin 2 menit 5,3 detik.
Jika Joan Mir mendapatkan gelar juara dunia tanpa memenangkan sekalipun balapan, dia jelas akan mencetak sejarah baru, karena selama ini belum ada pembalap yang memenangkan gelar juara dunia kelas Premier tanpa memenangkan paling tidak satu balapan.
Meskipun, di kelas yang lebih rendah pernah ada pembalap yang juara dunia dengan tanpa mengoleksi kemenangan sekalipun
Yang paling anyar adalah Emilio Alzamora, yang dikenal sebagai mentor Marquez bersaudara yang pernah memenangkan gelar dunia 125cc pada tahun 1999 tanpa pernah menang sekalipun dari 14 seri balapan yang digelar . Saat itu Marco Melandri yang mengoleksi lima kemenangan malah hanya menjadi runner up.
Alzamora bukannya tidak berhasrat untuk menang, namun dia beberapa kali hampir menang dengan margin yang sangat tipis. Yaitu saat kalah hanya 0,1 detik dibelakang Masao Azuma di Sepang, kalah 0,01 detik dibelakang Arnaud Vincent di barcelona, dan kalah 0,18 detik dibelakang Melandri di Sachsenring. Di seri balap terakhir Buenos Aires, lagi lagi Melandri mengalahkan Alzamora dengan selisih tipis sepersekian detik, tapi ini tidak cukup mengantarkan Melandri menjadi Juara dunia. Hasil akhirnya adalah Alzamora dengan 227 poin dan Melandri 226 poin.
Dari sini kita bisa melihat bahwa, ajang balap motor bukan hanya soal kontes kecepatan, tapi juga soal kehandalan baik si pembalap maupun motornya. Siapa yang paling konsisten dialah yang akan jadi juara dunia