
Setelah mengakhiri musim 2021 dengan kekalahan yang kontroversial, Mercedes mengawali musim 2022 dengan serangkaian masalah. Peraturan baru membuat tim berjuluk Silver Arrows ini terseok-seok awal musim. Alih-alih tampil kompetitif dan memberikan perlawanan terhadap musuh bebuyutan yaitu Redbull, untuk melawan Ferrari pun tampak kesulitan. Apa yang terlihat diawal musim tidak menunjukan, bahwa Mercedes adalah tim juara dunia delapan kali.
Kenapa sebuah tim raksasa kaya dan berprestasi terjerembab?
Perubahan regulasi, salah satunya soal Ground Effect yang menjadi penyebab.
Yap, perubahan itu membuat fenomena porpoising pada mobil W13 mereka. Mobil jadi memantul liar ketika dipacu di trek lurus, serta susah di kendalikan di tikungan.
Pertama kali muncul pada tes pramusim di Sirkuit Bahrain, mobil Mercedes W13 muncul dengan desain sidepod yang nyentrik, unik, dengan tujuan untuk meminimakan hambatan dan memaksimalkan air flow atau aliran udara ke floor guna meredam ground effect yang menjadi penyebab porpoising.
Tapi alih-alih desain itu membantu mengatasi porpoising, malah justru membuat lebih parah. Pada satu kesempatan, Lewis Hamilton pernah mengeluhkan, akibat porpoising tersebut membuat pinggangnya sakit. Hal itu dikatakan Lewis selepas GP Azerbaijan.
Mengawali musim mereka dikalahkah oleh duo Ferrari, Charles Leclerc dan Carloz Sainz . Hamilton saat itu naik podium tiga, sementara rekan setim-nya, George Russel menduduki posisi keempat.
Bagi mereka, dikalahkan Ferrari bukanlah pertanda bagus. Karena idealnya yang mengalahkan mereka adalah Redbull, bukan Ferari. Dan poinnya adalah bukan soal kemenangan itu sendiri, melainkan apa yang terjadi dibalik semuanya.
Sedari balapan tampak yang memberikan perlawanan Max dengan RB18-nya justru Charles Leclerc, sedangkan Hamilton tercecer di posisi keempat, di belakang Carlos Sainz, jr. Sementara di barisan depan Verstappen dan Leclerc berebut posisi. Jelas ini bukan hal ideal. Bahkan pada laps ke-10 RB18 yang satunya, yang dikemudikan Sergio Perez melibasnya tanpa ampun. Pada lap ke-18 bahkan Perez mencatatakan waktu lap tercepatnya atau fastest lap.
Pada lap ke 54, mobil Verstappen melambat dan akhirnya berhenti karena kerusakan mesin. Sementara duo Ferrari ada di urutan 1 dan 2, di tempat ketiga ada Sergio Perez, dan Hamilton masih tercecer di tempat keempat.
Sebelum akhirnya Sergio Perez melintir di lap terakhir, dan dengan mudah duo Mercedes pun melibas Perez. Akhirnya balapan di menangkan oleh Charles Leclerc. Posisi dua direnggut Carloz Sainz, Jr, dan Hamilton pun mengukuhkan podium tiga.
Podium tiga bukan berarti Mercy bisa bernafas lega. Kemenangan itu bukan dihasilkan dengan cara battle, melainkan bersifat accidental. Kecepatan W13 jelas tidak memadai untuk bisa menandingi Ferrari, dan juga Redbull.
Terhitung sampai pada balapan ketiga di Australia masalah masih mendera. Finish ketiga buat George Russel dan keempat buat Hamilton bukanlah yang diinginkan mereka. Apalagi mereka kalah, sekali lagi, oleh Ferrari. Tim yang musim sebelumnya di bawah mereka.
Titik terendah keterpurukan mereka adalah ketika balapan di gelar di GP Imola, pada tanggal 24 April 2022, dimana saat itu Lewis hanya sanggup finish urutan ke 13. Meskipun tim cukup terhibur dengan posisi 4 buat George Russel.
Tapi hal itu bukan alasan mereka untuk menyerah pada pengembangan W13, dan langsung fokus pada pengembangan W14 yang akan digunakan pada musim selanjutnya. Sebagaimana disampaikan Toto Wolfff selaku team principal, mereka akan terus mencari jalan untuk bisa membenahi W13.
Walau salah satu pembalapnya, George Russel pernah mengungkapkan dengan nada pesimis, bahwa pengembangan W13 mandeg. Hal itu dikatakan Russel pada bulan Mei 2022 pada express.co.uk.
Sebaliknya, Toto Wolff memiliki rasa optimis untuk bisa mengatasi keadaan buruk itu. Setidaknya itu diungkapkan Toto Wolff pada motorsport, “Saya pikir kami memiliki arah, di mana kami tahu bagaimana kami dapat membuka potensi yang ada di mobil, yang akan membawa kami lebih dekat dengan rival. Namun, saat ini, kami belum mendapatkan kuncinya,”
Pembenahan yang di maksud adalah meningkatkan aliran udara pada floor untuk meminimalkan gejala porpoising. Bisa jadi itu langkah ideal untuk bisa mengatasi keadaan.
Lantas apa yang dihasilkan dari semua progress yang mereka lakukan?
Lewis mengakui selepas GP Belanda pekan lalu, mobil sudah bagus. Semua upaya sudah membuahkan hasil. Pendeknya Lewis mengakui, kecepatan mobil sudah ideal. Bahkan Lewis sempat memimpin balapan.
Kita bisa lihat pula betapa kencang Hamilton ‘ngerecokin’ Sergio Perez pada lap 37 dan merebut posisi ketiga dari Perez.
Ya, Mereka cukup kompetitif pada balapan di Belanda pekan lalu. Bahkan ada beberapa yang memperkirakan mereka bisa meraih kemenangan pertama musim ini, sebelum akhirnya muncul insiden yang dialami pembalap Alpha Tauri, Yuki Tsunoda yang tiba-tiba menghentikan mobilnya pada lap 44 di pinggiran lintasan karena merasa ban belakangnya bermasalah.
Hal itu memunculkan virtual safety car. Akhirnya Max Verstappen memanfaatkan momentum itu untuk masuk pit dan mengganti ban. Mercedes pun melakukan hal yang sama. Kedua pembalapnya diperintah masuk pit. Beda dengan Max yang mengganti ban type hard, Hamilton dan Russel justru mengganti dengan ban medium.
Di fase inilah Hamilton memimpin balapan!
Tapi pada lap ke 55 ada kejadian yang melibatkan Valteri Bottas dari Alfa Romeo. Safety car muncul lagi. Max masuk pitstop dan mengganti ban soft. Russel juga melakukan hal sama, masuk pit. Tapi tidak dengan Lewis.
Selepas safety car, Max Verstappen tak terbendung melibas Hamilton. Tak berhenti sampai disitu derita Hamilton. Bahkan Russel dan Charles Leclerc pun turut melibasnya. Akhirnya Hamilton tercecer di posisi keempat, dan Russel naik podium dua.
Sampai saat ini hasil yang mereka peroleh adalah dengan menempatkan George Russel pada urutan keempat klasemen sementara, serta membuat posisi Lewis Hamilton di tempat keenam klasemen sementara. Sedangkan perolehan poin dua pembalap tersebut adalah, George Rusell menangguk 188 poin, Lewis memperoleh 158 poin.
Lantas apa yang membuat pembenahan mereka terkesan lambat? Toh kalau soal porpoising bukan hanya Mercy yang mengalami. Ferrari pun punya masalah serupa.
Menurut opini kami , untuk melakukan pengembangan lebih lanjut mereka menemui satu hambatan yang tak kalah pelik, yaitu tentang pembatasan anggaran yang tahun ini hanya di batasi sampai dengan 140 Juta Dollar Amerika.
Jelas Mercy yang biasanya royal soal biaya riset itu mengalami kesulitan.