Yamaha dan Suzuki telah membuat sejarah di Misano. Untuk pertama kalinya selama lebih dari 70 seri balap Grands Prix, Motor MotoGP inline 4 bisa mendominasi balapan secara total, dengan menempatkan 5 motor inline4 dari 6 motor yang finish terdepan
Franco Morbidelli berhasil keluar sebagai pemenang podium pertama dengan motor Yamaha YZR-M1 dan disusul oleh empat motor inline 4 lainnya yaitu, Joan Mir dengan Suzuki GSX-RR di urutan ke 3, Valentino Rossi di urutan ke empat dengan motor Yamaha YZR-M1, Alex Rins dengan motor Suzuki GSX-RR di urutan ke lima dan Maverick Vinales berada di urutan keenam dengan motor Yamaha YZR-M1. Kali ini Ducati mendapatkan harapan baru karena Pecco Bagnaia berhasil menjadi satu-satunya pembalap V4 yang menempati posisi ke dua setelah Franco Morbidelli dengan motor Ducati Desmosedicinya.
Ini adalah hasil yang luar biasa dari sebuah motor bermesin inline4 yang hanya memenangkan dua gelar MotoGP sejak 2011. Apalagi mengingat bahwa hanya ada enam motor bermesin inline 4 di MotoGP: empat milik Yamaha dan dua milik Suzuki dan keenam motor itu harus melawan 16 motor bermesin V4.
Ada beberapa alasan kenapa motor inline 4 bisa merajai di Misano, dan inilah tiga alasan utamanya:
Pertama, sirkuit Misano memiliki aspal baru yang memiliki grip yang sangat kuat sehingga Yamaha dan Suzuki dapat memanfaatkan keunggulan corner-speed dari konfigurasi mesin inline4.
Kedua, karakter ban belakang michelin 2020 yang lebih nge-grip, ditambah dengan karkas ban yang lebih lunak, lebih menguntungkan gaya cornering yang halus dari motor inline4 dibandingkan dengan gaya cornering yang agrisif dari mesin motor V4, Selanjutnya dengan karakter ban yang lebih nge grip ini membantu motor inline 4 untuk memaksimalkan akselerasi ketika melibas tikungan
Kemudian yang terakhir, sirkuit yang baru di aspal ulang ini menjadikan lintasannya sangat bergelombang.
Torsi yang kuat dari mesin inline4 membuat mesin ini bekerja lebih stabil daripada V4 di atas lintasan yang bergelombang, sehingga pembalap Yamaha dan Suzuki bisa melibas tikungan dengan cepat tanpa harus kesusahan mengendalikan motor mereka dan menguras tenaga mereka selama balapan
Pembalap Honda RC213V Cal Crutchlow segera menyadari perbedaannya ketika dia melihat sesi latihan pada sabtu pagi dari samping lintasan setalah dia diputuskan tidak siap membalap karena komplikasi yang dia alami pasca operasi.
“Yamaha dan Suzuki terlihat sangat halus melewati lintasan yang bergelombang dari pada motor lain” katanya, yang dikutip dari motorsportmagazine.com
Rahasianya terletak pada jantung setiap motor motoGP, yaitu pada crankshaftnya, yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku motor. Crankshaft motor MotoGp memiliki berat sekitar sembilan sampai 10 kilo dengan kecepatan putaran sekitar 18,000rpm,
Ketika motor melewati jalan yang bergelombang motor akan kehilangan kestabilan, Namun crankshaft yang lebih lebar dari mesin inline4 memiliki momen inersia yang lebih tinggi pula, yang mana akan lebih tahan dari gangguan-gangguan diluar teknis, seperti lintasan yang bergelomang atau slide, yang mana itu akan mengganggu performa motor.
Di sisi lain, crankshaft mesin V4 yang lebih pendek memiliki gaya inersia yang lebih rendah, seingga lintasan yang bergelombang dan efek slide akan menyebabkan motor lebih menyentak dan tidak stabil.
Jadi ketika motor Yamaha atau Suzuki melintasi lintasan bergelombang mereka dapat mengatasinya lebih baik dari motor V4.
Ban belakang baru michelin 2020 ini membantu performa motor inline 4, dan sebaliknya malah menghambat motor V4. Sehingga tampaknya terjadi pergeseran kekuatan di musim MotoGP 2020 ini, karena ban michelin tahun lalu memiliki konstruksi ban yang lebih keras yang mana lebih menguntungkan motor V4.
Ban yang memiliki karkas yang lebih lunak terlihat bekerja lebih baik dengan motor mesin inline 4 karena gerakan crankshaft inline4 memungkinkan mereka mengambil racing line yang lebih halus ketika menikung, sehingga beban yang diberikan pada ban lebih konsisten saat melalui tikungan.
Di sisi lain, crankshafit yang lebih pendek pada mesin V4 membuat pembalap V4 menggunakan racing line tikungan yang lebih tajam, yang mana ini memberikan tekanan pada ban secara lebih agresif di sebagian titik tikungan, menyebabkan motor menjadi tidak stabil.
Tentu, Bagnaia tidak terlihat memiliki masalah semacam ini, mungkin karena cara dia membawa motor desmosedici nya lebih menekankan pada area depan motor, tidak seperti Miller dan Dovizioso. Juga, juara dunia moto2 itu sudah menghabiskan banyak waktu latihan di misano mengendarai motor panigale V4R bersama anggota akademi VR46 lainnya, jadi ia lebih mengenal bagian bagian sirkuit secara lebih mendetail dari pembalap lain
Banyak pembalap yang protes dengan area yang bergelombang di lintasan pada hari Jumat, karena setelah FP1 dan FP2 tim mereka harus bekerja keras mengganti keseluruhan set up motor. Mereka harus menurunkan ketinggian motor, untuk mengurangi goncangan saat melewati lintasan yang bergelombang dan menset up suspensi motornya
Kurangnya kestabilan mesin V4 memerlukan perubahan besar pada settingan motor untuk meningkatkan kestabilannya. Namun, hal ini aakan berpengaruh negatif pada kemampuan manuver motor karena ketika teknisi meningkatkan performa pada suatu bagian motor maka akan berpengaruh negatif pada bagian yang lain.
Tampaknya saat ini miller dan dovisioso harus melihat dan mempelajari data motor Bagnaia dengan cermat dan teliti.