Andrea Iannone pernah menjadi salah satu nama yang paling mentereng di Motogp. Gaya balapnya berani, namun punya personality yang menyenangkan membuat Iannone menjadi salah satu pembalap yang dicintai penggemar.

Di Indonesia sendiri Iannone juga cukup terkenal, karena dia adalah salah satu pembalap Motogp pertama yang menggunkan helm bermerek Indonesia.
Iannone diketahui pernah menggunakan helm KYT dari tahun 2014 sampai 2015, tahun 2016 Iannone kembali menggunakan helm AGV.

Iannone terkenal dengan gaya balapnya yang keras dan berani, hal ini bahkan sampai membuatnya mendapatkan nickname “The Maniac” yang kemudian terus dia pakai.
Setelah empat tahun membela Ducati dan dua tahun membela Suzuki, Iannone kemudian pindah ke Aprilia pada 2019.
Namun sayang pada akhir musim, Iannone terbukti mengkonsumsi doping. Doping sendiri adalah suatu zat (bisa dari obat atau makanan) yang dapat memperkuat tenaga seseorang.
Efeknya bisa bermacam-macam, namun untuk atlet biasanya digunakan untuk menambah tenaga.
Akibatnya Iannone medapatkan hukuman tidak boleh balapan selama 18 bulan. Hukuman tersebut dicoba untuk diringankan oleh Iannone dan kuasa hukumnya lewat peradilan abritasi motorsports.
Sayang, hukuman Iannone malah bertambah menjadi empat tahun. Kini di 2023, Iannone sudah mendekati masa bebas hukuman, diapun dirumorkan dekat dengan beberapa tim WSBK untuk mencoba comeback.
Namun masih belum ada kejelasan mengenai nasib Iannone selanjutnya, namun sebelumnya mari kita lihat karir Iannone dari level Junior sampai debut di Motogp.
Awal Karir
Iannone lahir daerah Vasco Italia pada 09 Agustus 1989. Sejak kecil Iannone sudah menunjukan ketertarikannya pada olah raga balap motor.
Iannone kemudian memulai karirnya leat kejuaraan mini moto bersama dengan kakaknya. Kakaknya menggunakan nomor start 2 dan dirinya menggunakan nomor start 9.
Begitu tumbuh besar, akhirnya kakak Iannone memutuskan untuk tidak melanjutkan karir balapnya. Sebagai homage ke kakaknya, Iannone lalu memakai nomor 29 yang merupakan gabungan kedua nomor start dirinya dan kakaknya.

Sesudah menjuarai kejuaraan mini moto dan nasional Italia, Iannone lalu debut di kejuaraan dunia pada tahun 2005, bersama dengan Aprilia.
Karir Iannone di kelas GP125 tidak begitu bagus, sama seperti kebanyakan pembalap Italia yang lain, postur Iannone yang lumayan besar untuk motor GP125 membuatnya tidak bisa memeras kemampuan terbaik motor.
Butuh waktu cukup lama bagi Iannone untuk meraih podium di GP125. Podium pertama Iannone datang pada GP China 2008, waktu itu dia berhasil menjuarai balapan.
Setahun kemudian, pada tahun 2009 Iannone berhasil memenang dua balapan pertama GP125 dan memimpin klasemen selama beberapa seri. Sayang ketidakkonsistenan Iannone pada akhir musim membuatnya hanya bisa menempati peringkat tujuh klasemen akhir.
Pada musim 2010, Iannone kemudian pindah ke kelas Moto2 yang merupakan kelas pengganti GP250.

Kenaikkan kapasitas mesin di kelas menengah yang tadinya 250cc menjadi 600cc diprediksi akan menguntungkan pembalap berpostur besar seperti Iannone.
Moto2
Bisa dibilang kalau kelas Moto2 membuat nama Andrea Iannone semakin terkenal, karena Iannone adalah salah satu kandidat juara dunia pada tahun-tahun awal Moto2.
Musim 2010, Iannone membalap untuk team Speed Up, karena merupakan tahun pertama dari kejuaraan Moto2, belum ada dominasi dari satu pabrikan chassis seperti yang sekarang terjadi di Moto2.
Sehingga Iannone berhasil tampil baik dengan chassis Speed Up yang dia punya. Meskipun dia harus kalah dari Toni Elias yang mengendarai Moriwaki dan Julian Simon yang mengendarai Suter.
Musim 2010, Iannone berhasil mengumpulkan tiga kemenangan dan lima podium lainnya. Musim selanjutnya pada tahun 2011, Iannone kembali menjadi favorit juara dunia.

Kini mengendarai Suter, Iannone kembali menempati posisi tiga klasemen akhir. Kali ini Iannone kalah dari Stefan Bradl dan Marc Marquez.
Iannone kembali mengumpulkan tiga kemenangan dan tiga podium lainnya. Walau menggunakan Suter, nyatanya performa Iannone malah mengalami penurunan.

Musim 2012, Iannone memutuskan kembali membela tim Speed Up. Masih menjadi kandidat juara dunia, Iannone sepertinya mentok menempati posisi tiga klasemen akhir, kali ini dia kalah dari Marc Marquez dan Pol Espargaro.
Lagi-lagi mengumpulkan tiga kemenangan dan tiga podium, Iannone kemudian berkesempatan naik kelas ke Motogp bersama dengan team Pramac Ducati.

Motogp dan Skandal Doping
Iannone memulai karirnya di Motogp pada GP Qatar 2013, mengendarai Ducati Desmosedici GP 12 yang setahun lebih tua.
Sebagai pembalap debutan yang mengendarai Ducati jaman itu, hasil yang diperoleh Iannone bisa dikatakan baik.
Iannone berhasil meraih posisi sembilan pada GP Qatar 2013. Bahkan di akhir balapan, Iannone berkesempatan mengantar Valentino Rossi yang kehabisan bensin ke parc ferme.

Sayang musim debut Iannone ini diwarnai oleh cedera, sehingga dirinya tidak bisa tampil maksimal dan tidak bisa tampil pada beberapa balapan. Di akhir musim Iannone hanya duduk di peringkat 12.
Musim 2014 adalah musim yang baik bagi Iannone. Dirinya mulai tampil konsisten dan sering tampil di barisan depan.
Walau belum membuahkan podium, musim 2014 dapat diselesaikan lebih baik daripada musim 2013. Atas konsistensinya Iannone bahkan unggul dari pembalap pabrikan Ducati waktu itu, Cal Cruthlow.
Karena itu pada 2015, Ducati memutuskan untuk menaikkan Iannone ke tim pabrikan. Debut Iannone di tim pabrikan juga mulus, dia berhasil meraih podium ketiga pada balapan pembuka di Qatar.

Pada musim 2015, Iannone meraih tiga podium dan konsisten finish di lima besar. Pada akhir musim, Iannone menempati posisi lima klasemen akhir, lebih baik dari rekan setimnya, Andrea Dovizioso.
Hingga kini, Iannone menjadi satu-satunya rekan setim Dovizioso di tim Ducati yang pernah finish di posisi klasemen yang lebih baik daripada Dovizioso.

Tahun 2016, terdapat desas-desus bahwa Jorge Lorenzo akan pindah ke Ducati. Tekanan di tim pabrikan menjadi lebih besar terutama untuk Iannone.
Hal ini semakin diperparah dengan konfliknya dengan Andrea Dovizioso yang dipicu oleh tabrakan di GP Argentina.

Tabrakan itu lalu dikomentari dengan pedas oleh Dovizioso yang saat itu sedang berusaha bersaing di barisan depan.
“Kehilangan poin seperti ini tidak bisa diterima (ditabrak oleh Iannone), tidak bisa diterima!” Kata Dovizioso (dikutip dari CNN.com).
Sesudah awal musim yang kurang baik, Iannone mampu untuk meraih beberapa podium. Satu diantaranya adalah kemenangan di GP Austria.
Kemenangan Iannone itu adalah kemenangan pertama dirinya di Motogp sekaligus menjadi kemenangan pertama Ducati sejak terakhir kali menang di GP Australia 2010 lewat Casey Stoner.

Walaupun berhasil mengakhiri paceklik kemenangan Ducati, nyatanya penampilan Iannone semakin tidak konsisten.
Apalagi setelah kemenangannya itu, Iannone malah dihambat cedera dan tidak meraih poin pada enam balapan beruntun.
Akibatnya, Iannone hanya mampu menempati posisi sembilan klasemen akhir dan pada akhir musim harus terdepak dari tim pabrikan Ducati.
Musim selanjutnya pada 2017, Iannone pindah ke pabrikan Suzuki. Hasil dari pre season test dengan motor 2016 menunjukan performa yang baik walau belum secepat Ducati.
Sayangnya arah pengembangan Suzuki pada 2017 mengalami salah arah, pengembangan motor terhambat dan Iannone tidak bisa tampil baik.

Suzuki diketahui salah memilih kombinasi mesin dan chasis pada awal musim. Sehingga GSX-RR 2017 mengalami masalah pengereman dan traksi saat memasuki tikungan.
Masalah ini baru bisa dideteksi pada sesi balapan yang panjang.
Sehingga Suzuki yang pada saat itu sudah dicabut konsensinya, hanya bisa mengoptimalkan motor dengan re-mapping ecu dan modifikasi chasis sedikit, namun mesin dan chasis dasarnya tidak boleh diganti sampai akhir musim.
Hasil terbaik Iannone pada 2017 adalah finish posisi empat di GP Australia 2017. Pada akhir musim Iannone hanya menempati posisi 13 klasemen akhir.
Pada 2018, Iannone masih bersama dengan Suzuki. Kali ini dengan arah pengembangan motor yang lebih baik, Iannone juga mampu tampil lebih baik.
Iannone mampu untuk merebut empat podium, dengan podium kedua pada GP Australia adalah hasil terbaik yang di raih oleh Iannone pada musim itu. Di akhir musim, Iannone duduk di posisi 10 klasemen akhir.
Pada 2019, Iannone memutuskan pindah ke pabrikan Aprilia. Sayang, motor Aprilia pada waktu itu belum berkembang dengan baik, sehingga Iannone sulit tampil baik di sepanjang musim.
GP Australia lagi-lagi menjadi balapan terbaik Iannone dengan berhasil finish di posisi enam. Sayang pada GP Malaysia, Iannone tersangkut kasus doping.
Sebelum GP Malaysia 2019 dimulai, Iannone terpilih sebagai relawan acak tes anti doping. Sebenarnya tidak terjadi apa-apa pada saat tes berlangsung dan Iannone juga diperbolehkan tampil pada GP Malaysia dan GP Valencia.

Namun setelah sebulan, diumumkan bahwa hasil tes dari Iannone mengandung beberapa zat yang dilarang untuk digunakan oleh atlet Motogp. Zat tersebut adalah steroid Drostanolone.
Drostanolone adalah sejenis steroid yang menambah masa otot dan mempermudah latihan beban. Karena temuan ini, FIM dan Dorna memberikan hukuman 18 bulan untuk Iannone.
Iannone lalu mengajukan banding ke CAS (Pengadilan Arbitasi Olahraga). Iannone berpendapat bahwa zat tersebut terdapat pada daging yang dia makan di Malaysia. Sehingga dirinya tidak secara sengaja mengkonsumsi zat tersebut.
Namun WADA (World Anti-Doping Agency) juga mengajukan banding ke CAS untuk memperpanjang hukuman Iannone.
WADA berpendapat bahwa Iannone tidak bisa membuktikan klaim dirinya tersebut dan menilai Iannone hanya berkelit saja.
Pada perkembangannya, CAS kemudian memihak WADA dan malah menambah hukuman Iannone menjadi empat tahun dilarang tampil.
Pada pernyataan yang dirilis oleh CAS, mereka menyebutkan bahwa Iannone gagal membuktikan klaimnya bahwa zat tersebut berasal dari daging yang secara tidak sengaja dia makan, maka dari itu Iannone terbukti melanggar peraturan anti doping.
Aprilia selaku tim Iannone tetap mendukung pembalapnya itu sambil terus memantau jalannya peradilan. Meskipun begitu, saat kontrak Iannone habis di 2020, Aprilia tidak memperpanjang kontrak Iannone tersebut.
Di rumorkan Comeback
Meskipun tidak bisa membalap secara professional. Diketahui bahwa Iannone tetap secara rutin, walau tidak intens tetap melakukan latihan balap motor.
Kini di tahun 2023, Iannone menyatakan ketertarikannya untuk kembali membalap. Namun melihat perkembangan Motogp saat ini, sangat kecil kemungkinan untuk Iannone kembali membalap di sana.
WSBK kemudian menjadi salah satu opsi untuk Iannone. Meski sebelumnya diketahui sudah bernegosiasi dengan Barni Racing untuk turun di CIV Superbike.
Kabar terbarunya Iannone sudah menyelesaikan kontrak dengan tim Go-Eleven Ducati untuk turun di WSBK 2024.

Meskipun sudah hampir empat tahun tidak turun balapan, namun kembalinya Iannone di kelas WSBK diprediksi akan memperkaya warna kompetisi di WSBK.