MotoGP adalah ajang balap motor tertinggi yang sangat diminati di seluruh dunia. Bahkan ketika teknologi belum secanggih sekarang, balapan yang dulu disebut Grand Prix 500 telah berhasil memukau para penggemarnya dengan aksi-aksi para rider yang bersaing di lintasan. Kini kita mengenal MotoGP dengan mesin 1000cc yang sangat bertenaga dan dilengkapi bermacam piranti elektronik untuk menunjang performa motor saat race.
Di MotoGP sendiri perubahan memang kerap terjadi, salah satunya pada penggunaan kapasitas mesin untuk lomba. Sebelum tahun 2000, Grand Prix 500 telah menggunakan mesin 2-tak/2 stroke pada motor-motor yang ikut dalam kompetisi balap. Sementara sekarang, mesin itu tak lagi di pakai dan diganti menjadi mesin 4-tak/4 stroke. Kedua mesin ini memiliki karakteristik yang berbeda.
Banyak pihak yang beranggapan bahwa mesin 2-tak lebih kencang dibanding 4-tak. Hal ini didasarkan pada perbedaan jumlah langkah yang diperlukan saat proses pembakaran mesin antara keduanya. Pada mesin 4-tak, 1 siklus pembakaran dimulai dengan langkah hisap, kemudian berlanjut dengan kompresi dan pembakaran hingga berakhir dengan pembuangan emisi gas.
Sedangkan pada mesin 2-tak, langkah hisap dan buang terjadi bersamaan saat piston bergerak ke bawah. Sementara langkah kompresi dan bakar terjadi bersamaan saat piston bergerak ke atas. Karena hanya memerlukan 2 langkah, maka tenaga yang dihasilkan lebih besar dan responsif saat akselerasi. Karena memiliki komponen lebih sedikit, tanpa klep in, klep out dan Camshaft, maka mesin 2-tak relatif lebih mudah dirawat dibandingkan mesin 4-tak.
Namun dengan konsekuensi bahan bakar lebih boros. Mesin 2-tak terkenal juga dengan ciri khas knalpotnya yang selalu mengeluarkan asap. Ini diakibatkan oleh oli samping yang dipakai untuk melumasi piston, ring piston, kruk as dan bearing kruk as. Oli ini ikut terbakar diruang bakar dan akan keluar dalam bentuk asap sebagai sisa pembuangan pembakaran mesin.
Masa Peralihan Mesin 2-tak ke 4-tak di MotoGP
Pada 2002 Dorna membuat regulasi baru untuk penggunaan mesin 4-tak dengan kubikasi 990cc dan tetap memperbolehkan sebagian tim tetap menggunakan mesin 2-tak sehingga pada era itu penikmat MotoGP dapat menyaksikan duel antara mesin 4-tak melawan 2-tak di lintasan.
Beberapa rider Tim Satelit yang masih menggunakan mesin 2-tak seperti Olivier Jacque, Shinya Nakano, Sylvain Guntoli, Loris Capirossi, Tetsuya Harada dan Alex Barros harus berjuang keras ketika race berlangsung, karena mereka menghadapi teknologi yang lebih canggih yang digunakan para kompetitornya. Namun bukan berarti bahwa mesin 2-tak tak mampu melawan mesin 4-tak.
Itu terbukti dari performa Alex Barros yang cukup kompetitif menghadapi dominasi Valentino Rossi yang kala itu sangat sulit dikalahkan dengan mesin V5 RC211V-nya yang perkasa. Selama 12 race, Barros menngunakan mesin 2-tak dengan pencapaian 2 kali podium di GP Assen dan GP Donington Park. Bahkan di seri Assen, Barros hampir saja memenangani race dan membuat Rossi kesulitan untuk menyalipnya selama race.
Ini membuktikan jika mesin 2-tak sebenarnya mampu melawan mesin 4-tak. Barulah di GP Motegi 2002 Barros mendapatkan mesin V5 (4 stroke) dan selalu berhasil naik podium di 4 seri tersisa dengan 2 kali kemenangan di Motegi dan Valencia.
Perbandingan Kecepatan Mesin 2-tak Dan 4-tak
Apakah benar mesin 2-tak lebih kencang dari mesin 4-tak? Sebetulnya perbandingan kedua mesin ini tidak dapat diperdebatkan karena masing-masing memiliki kapasitas dan pengembangan yang berbeda. Namun jika melihat Top Speed yang mampu dicapai, maka kedua mesin ini dapat dibuat komparasinya.
Dilansir dari Crash tentang data Top Speed MotoGP di sirkuit Mugello sejak 1999 hingga 2017, maka dapat diketahui informasi bahwa pada 1999-2001, saat era 2-tak, kecepatan maksimal motor berkisar pada 315-318 km/jam.
Kemudian tahun 2002 pada era transisi, saat tim bisa menggunakan dua jenis mesin 2-tak (500 cc) dan 4-tak (maksimal 990 cc), top speed dicetak oleh Tohru Ukawa dengan 324,5 km/jam. Saat itu Tohru Ukawa adalah rekan setim Valentino Rossi yang sama-sama mengendarai mesin 4-tak 990 cc Honda RC211V. Saat regulasi mesin berubah menjadi 1.000 cc Top Speed motor menanjak berkisar pada 345-355 km/jam.
Jadi jelas bahwa mesin 4-tak lebih kencang dari 2-tak karena didukung dengan perangkat elektronik, kontrol traksi dan elemen penunjang lainnya. Namun untuk akselerasi motor memang tidak dapat dipungkiri bahwa motor 2-tak punya keunggulan tersendiri dibanding 4-tak.
Kata Para Rider Legenda Tentang Mesin 2-tak Dan 4-tak
Kenny Roberts mengatakan bahwa mesin 4-tak lebih mudah dikendarai dan sangat bertenaga karena telah dilengkapi perangkat elektronik seperti Launch Control, Anti Wheelie dan Traction Control yang memudahkan penyaluran tenaga dan dapat meminimalisir terjadinya High Crash. Tapi di sisi lainnya juga lebih rumit untuk di set up.
Baginya motor 2-tak lebih menuntut fisik dan perlu cara yang sangat halus untuk membuka gas. Eddie Lawson juga mengatakan jika motor di era 2-tak seperti Honda NSR500 1989 sangat sulit dikendarai. Juara GP500 itu mengungkapkan setiap kali masuk tikungan, Rider tidak akan tau apakah bisa melintasinya dengan baik atau justru terlempar ke Gravel karena terlambat mengerem di Braking Point yang benar.
Sama juga halnya dengan Valentino Rossi yang kerap terjungkal di awal penampilannya di tahun 2000 saat masih menggunakan Honda NSR 500. Rossi menghabiskan tahun pertama di kelas 500cc untuk belajar tentang sensitifitas pada motor dan mengubah gaya balapnya untuk beradaptasi dengan ganasnya tenaga mesin 2-tak.
Sementara menurutnya, motor 4-tak lebih bersahabat karena distribusi tenaganya lebih mudah di kendalikan, juga saat melakukan pengereman. Di era 2-tak, Rider hanya bisa memaksimalkan potensi motor hingga 75% karena skills Rider yang lebih menentukan secepat apa motor di lintasan. Sedangkan di era 4-tak, motor bisa di maksimalkan potensinya hingga 95%.
Rencana MotoGP Kembali Ke Era 2-tak
Pada 2020 sempat muncul kabar mengejutkan bahwa Dorna sedang mempertimbangkan untuk kembali menggunakan mesin 2-tak, karena mesin itu tak pernah kehilangan penggemarnya di ajang balap. Seperti yang diketahui bahwa perubahan mesin 2-tak ke 4-tak disebabkan oleh emisi gas buang dari mesin 2-tak yang mencemari lingkungan dan menurunkan kualitas udara di kawasan sirkuit.
Namun rupanya Dorna ingin membangkitkan mesin 2-tak dengan metode yang baru. Mesin 2-tak baru ini bukanlah mesin 2-tak di masa lampau yang boros dan mengeluarkan banyak asap. Tetapi mesin yang telah dibangun ulang dengan teknologi canggih seperti Direct Injection, Pressure Charging, sistem pengapian baru, dan juga penggunaan bahan bakar baru.
Teknologi itu akan mampu meningkatkan efisiensi konsumsi bahan bakar dan menghasilkan emis gas yang bersih seperti yang akan di terapkan pada Formula 1 pada 2025 dengan kembali memakai mesin 2-tak yang telah mengalami banyak perubahan baru. Namun rencana Dorna itu nampaknya belum bisa terealisasi dalam waktu dekat dan membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk bisa di aplikasikan pada kompetisi balap MotoGP.