Musim 2022 yang lalu, untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, lintasan Motogp lebih didominasi prestasi dari pabrikan Eropa daripada Jepang.
Ducati memenangkan 12 balapan, Aprilia menang di satu balapan dan KTM memenangkan dua balapan. Total dari 20 balapan, pabrikan Eropa menang di 15 balapan.
Artinya pabrikan Jepang hanya mampu memenangkan lima balapan. Yamaha menang tiga kali dan Suzuki menang dua kali. Honda? Honda untuk pertama kalinya sejak era NR500 tidak bisa memenangkan satu balapanpun.
Sejak era penyeragaman elektronik dan ban Michelin, 2022 adalah tahun paling buruk untuk pabrikan Jepang.
Tahun 2023 ini, jika pabrikan Jepang tidak melakukan sesuatu, bisa-bisa prestasi mereka tambah merosot, mana lagi Suzuki memutuskan untuk mundur dari Motogp pada akhir 2022.
Namun kesulitan yang dihadapi pabrikan Jepang di Motogp ini sepertinya tidak terlalu dialami oleh tim-tim mereka di WSBK.
Mengesampingkan Honda yang baru kembali ke WSBK sebagai pabrikan pada tahun 2019, pabrikan Jepang lain di WSBK masih tampil cukup mengigit.
Yamaha masih bisa memenangkan 14 balapan dan Kawasaki masih bisa memenangkan enam balapan. Dari 36 balapan, pabrikan Jepang masih bisa memenangkan 20 balapan di WSBK musim 2022 lalu.
Yamaha sendiri menjadi kontras yang sangat terlihat, di Motogp mereka terlihat lemah dan tanpa arah, sementara di WSBK mereka tampil sangat kuat.
Yamaha menjadi contoh yang sangat nyata tentang ketimpangan performa di dua ajang balap motor paling bergensi di Bumi ini.
Ternyata ada beberapa alasan kenapa Yamaha di Motogp dan Yamaha di WSBK memiliki performa yang berbeda.
Tim yang Berbeda
Perbedaan performa antara Yamaha di Motogp dan WSBK ini tidak dipungkiri karena tim yang diterjunkan ke masing-masing kategori adalah tim yang berbeda.
Tidak hanya berbeda sumber daya manusia melainkan juga berbeda secara struktur dan tanggung jawab.
Yamaha di Motogp dipegang langsung oleh Yamaha pusat di Iwata Jepang sementara di WSBK, Yamaha dipegang oleh Yamaha Eropa yang bermarkas di Inggris.
Sehingga walau merupakan pabrikan Jepang, Yamaha WSBK dikelola oleh kantor cabang Yamaha di Eropa dan hanya sedikit melibatkan orang pusat Yamaha Jepang.
Paul Denning selaku Manajer tim Yamaha WSBK mengungkapkan bahwa dalam proyek WSBK, Yamaha pusat lebih menggantungkan operasionalnya pada Yamaha Eropa dan sponsor.
“Proyek ini lebih bergantung pada mitra dan sponsor eksternal, jadi saya rasa ini bukan tantangan bersama yang besar seperti pada proyek Motogp,” Kata Denning (Dikutip dari Worldsbk.com).
Lebih jauh Denning beranggapan bahwa Yamaha menerapkan model bisnis yang berbeda pada WSBK dan itu juga ikut membantu konsistensi performa mereka.
“Model (bisnis) Yamaha di kejuaraan ini (WSBK) berbeda. Ada dukungan di semua kelas. Suku cadang GYTR (Genuine Yamaha Technology Racing) dijual kepada para penggemar. Kejuaraan ini dirancang untuk berinteraksi dengan dealer dan pemasok,” Lanjut Denning (dari Worldsbk.com).
R1 dan M1 adalah Motor yang Berbeda
Faktor lain adalah motor yang digunakan di Motogp dan WSBK adalah motor yang sangat berbeda.
Memang tidak dipungkiri bahwa Yamaha YZF R1 yang digunakan di WSBK memiliki beberapa warisan teknologi dari Motogp, namun pengembangannya tidak sama dengan Yamaha YZR M1 yang digunakan di Motogp.
M1 di Motogp harus dikembangkan setiap tahun, hal ini digunakan untuk mengikuti perkembangan teknologi terutama pada bidang aero fairing yang dipopulerkan oleh Ducati.
Pabrikan Eropa terbukti mampu mengembangkan teknologi lebih cepat di lintasan Motogp pada beberapa tahun terakhir, sehingga Yamaha tampak kesulitan mengimbangi pengembangan mereka.
Sementara di WSBK, karena merupakan produk produksi massal, Yamaha R1 tidak perlu dikembangkan setiap tahun secara berkala. Namun setiap tahun mendapatkan modifikasi secara bertahap untuk peningkatan performa dari model dasarnya.
Yamaha R1 sendiri model terbarunya hadir pada tahun 2020 dan sampai saat ini belum kembali dikembangkan oleh Yamaha.
Namun modifikasi dan pemaksimalan performa yang dilakukan sudah cukup untuk tetap berprestasi di WSBK.
R1 menjadi sisa-sisa filosofi Yamaha yang mengembangkan motor untuk bisa dipakai oleh setiap pembalap dengan gaya balap apapun, sementara M1 makin sulit dimengerti dan dikendalikan.
Pemanfaatan Tim Satelit
Bisa dibilang perbedaan terbesar antara Yamaha WSBK dan Motogp adalah bagaimana mereka memanfaatkan tim satelit mereka.
Musim 2022 lalu Yamaha Motogp hanya punya satu tim satelit, RNF Racing yang prestasinya hancur lebur. Sementara WSBK punya GYTR Yamaha yang mampu merebut podium.
Berbeda dengan Tim Motogp yang hanya memanfaatkan tim Satelit untuk mengevaluasi daya kompetitif motor tahun sebelumnya, Tim WSBK memberikan dukungan penuh dengan menyuplai part yang sama dengan yang digunakan oleh pabrikan.
Bahkan Yamaha WSBK kedepannya akan punya lebih banyak tim satelit dengan total pembalap sampai enam orang termasuk dua pembalap pabrikan.
Mempunyai lebih banyak tim satelit yang memiliki motor dengan part yang sama maka input pengembangan akan lebih banyak sehingga pengembangan berjalan lebih cepat.
Bahkan tim-tim WSBK ikut terbantu lewat tim-tim regional yang terjun di balapan nasional seperti di MotoAmerica dan BSB. Data yang diperoleh menjadi semakin banyak lagi.
Yamaha Motogp sering dikritisi karena hal ini, mereka terlalu enggan untuk membawa teknologi terbaru mereka ke tim satelit.
Ini bukan karena permasalah biaya karena Honda bisa melakukan hal itu. Musim 2023 dengan hanya menerjunkan satu tim, Yamaha Motogp diprediksi akan lebih kesulitan.
Kita berharap Yamaha Motogp membuat keajaiban pada musim 2023 ini.
Dari beberapa tes shakedown yang sudah diselenggarakan, terlihat YZR M1 sudah mampu mengimbangi top speed dari pabrikan lain yang menggunakan mesin V4