Pol Espargaro sudah bergabung ke tim Repsol Honda dari KTM, dimana disana dia adalah pembalap terkuat di motor RC16 bermesin V4 asal Austria itu. Lalu apakah itu berarti bahwa dia akan bisa kuat juga di motor Honda RC213V V4 ?
Saat ini tidak banyak pembalap MotoGP yang lebih menyukai motor bermesin V4 ketimbang motor inline4 yang lebih mudah dikendarai, namun Pol Espargaro salah satu dari sedikti pembalap itu
Pol Espargaro mengawali tiga musim pertamanya di MotoGP dengan menunggangi motor Yamaha, namun dia tidak menikmati motor YZR-M1 dan gagal mencetak satu pun podium di motor Yamaha itu. Di tahun 2017 dia lalu bergabung ke pabrikan baru yang baru memulai proyeknya di MotoGP yaitu KTM. Dan tahun lalu Espargaro adalah pembalap KTM dengan poin tertinggi diantara pembalap pembalap lain KTM dengan raihan 5 podiumnya
Menurutnya, Pol tidak menyukai feeling yang dia terima dari motor yang mudah dikendalikan seperti Yamaha. “di motor Yamaha kamu tidak bisa mengerem dengan keras dan juga membuka gas sedikit lebih awal saat keluar tikungan. ini tidaklah menyenangkan. Aku lebih menyukai sisi keliaran motor dan aku sangat menikmati pertarungan“ ujar Pol Espargaro via motorsportmagazine.com
Bisa dibilang Konfigurasi mesin memiliki efek yang sangat besar pada dinamika motor MotoGP. Seperti mesin inline4 yang memiliki crankshaft yang lebih panjang, ini membuat motor jadi lebih lamban namun lebih stabil. Sementara itu mesin V4 memiliki crankshaft lebih pendek yang membuat motor jadi lebih bertenaga dan menyentak
Pol Espargaro menikmati motor bermesin V4 karena dia mempersiapkan diri dengan baik dari segi fisik dan mentalnya, sekaligus gaya balapnya yang bisa beradaptasi dengan motor V4, dari sini bisa kita lihat bahwa dia bisa menggali lebih dalam potensi dari motor mesin V4. Dan juga motor V4 merupakan motor yang lebih baik dalam pertarungan karena saat pembalap motor inline4 sangat membutuhkan ruang kosong di lintasan sehingga dia bisa melibas tikungan dengan kecepatan tinggi, para pembalap motor V4 bisa masuk ke dalam tikungan dengan cepat, menekuk motornya dengan tajam dan berakselerasi dengan cepat keluar tikungan. Ini jelas merupakan keuntungan dari pembalap motor V4 saat bertahan maupun menyerang
Tidak diragukan lagi bahwa Pol Espargaro tahu bagaimana cara mengeluarkan semua potensi dari motor bermesin V4.
Lalu pertanyaan besarnya sekarang adalah nantinya bagaimana cara dia beradaptasi dengan motor Honda RC213V ?
KTM dan Honda sebenarnya memiliki beberapa kemiripan, terutama pada mesin V4 90 derajatnya. Motor KTM RC16 awalnya juga terlihat mirip dengan Honda RC213V, yang mana ini tidak mengherankan karena beberapa staf dari HRC telah membelot ke KTM
Tahun lalu KTM akhirnya bisa membuktikan diri, dari motor yang hanya sekedar ikut serta balapan menjadi motor pemenang. Hal ini membuat beberapa orang bertanya tanya apakah Pol Espargaro akan menyesal meninggalkan pabrikan Austria ini? . Namun nyatanya pembalap berusia 29 tahun itu sudah lama bercita cita untuk membalap bersama Honda Repsol selama bertahun tahun, jadi ambisi seumur hidupnya ini akhirnya bisa terpenuhi
Memang Sangat sulit untuk memprediksi bagaimana pembalap akan bisa beradaptasi dengan mesin tertentu karena balap motor tidaklah sesederhana itu. Ada banyak faktor yang harus bersinergi dengan baik, dan yang paling utama adalah mental dan fisik pembalap, juga motor itu sendiri. Namun bila ada pembalap selain Marc Marquez yang bisa mengendalikan Honda, jawabannya adalah Pol Espargaro. Dia jelas berkali lipat lebih cocok dengan Honda RC213V daripada Jorge Lorenzo yang gaya balapnya sangat halus, yang sudah terbukti tidak bisa beradaptasi dengan motor Honda di 2019 silam
Pol Espargaro sangat suka bermain sampai batas maksimal motornya, hampir sama seperti rekan setimnya yang juara dunia MotoGP 6 kali Marc Marquez. Dia merupakan pembalap dengan komitmen tinggi yang senang mengambil resiko demi mengeluarkan potensi maksimal dari motornya, dan dia tidak peduli bila motornya sampai harus bergoyang goyang tidak terkendali saat ditekan habis habisan
Bila dilihat dari sisi level kebugarannya, Pol Espargaro juga sangat prima, yang mana ini bisa memberinya kekuatan untuk mengendalikan motor Honda. Sama seperti Marc Marquez, dia juga sangat berotot sehingga dia bisa membelokan motornya dengan tajam saat melibas ke tikungan dan bisa memegang kendali motor saat keluar tikungan
Untuk alasan ini pulalah transformasi yang dilakukan Takaaki Nakagami tahun lalu dengan melakukan pola latihan baru, yang mana polalatihan ini didesain untuk membuatnya sekuat Marc Marquez
Absennya Marquez di MotoGP 2020 dan masalah cidera Cal Crutchlow membuat Honda mengalami musim tanpa kemenangan untuk pertama kalinya sejak 1981. Ini tentunya merupakan sebuat awan mendung hitam bagi Honda, namun setiap awan mendung itu dibaliknya pasti ada secercah sinar terang yang nantinya akan kembali menyinari Honda di musim balap 2021 ini
Insinyur dari HRC bisa mengubah fokus, dari mencoba membuat pembalap Alex Marquez yang baru bergabung bisa menjadi lebih cepat, sampai membuat motor RC213V lebih bisa dikendalikan bagi pembalap Honda lainnya. Alhasil terjadi perubahan dari karakter motor RC213V akibat perubahan fokus dari insinyur HRC ini
Input dari Nakagami, Alex Marquez, Cal Crutchlow dan Stefan Bradl telah membuat insinyur HRC untuk melihat arah pengembangan baru dari desain sasis motor, tapi kita tidak tahu persis arah pengembangan mana yang mereka ambil untuk musim 2021 sampai sesi uji coba resmi dimulai pada bulan depan
Arah pengembangan Honda RC213V belakangan ini menjadi semakin rumit akibat dari hadirnya ban baru belakang Michelin 2020, yang mana tidak bekerja dengan baik pada motor Honda atau Ducati. HRC menghabiskan musim balap 2020 hanya untuk membuat motornya beradaptasi pada ban ini dan telah membuat progres lebih baik ketimbang Ducati, yang mana ini akan menjadi modal utama bagi para pembalap Honda untuk memulai musim balap 2021 dengan lebih baik
Saat ini tugas terberat setiap tim MotoGP di setiap seri balap adalah berusaha untuk menyelaraskan tiga hal penting yaitu ban Michelin, motor itu sendiri dan kondisi setiap lintasan. Kerja dari para insinyur tim di setiap serinya sangat berperan penting, karena ban Michelin sangat sensitif pada karakter aspal yang berbeda pada tiap lintasan dan juga temperatur lintasannya
Oleh karena itu, motor yang ideal adalah motor yang memungkinkan pembalapnya melibas tikungan dengan cepat dengan gaya balap apapun sesuai dengan tingkat cengkraman ban, baik melakukan pengereman yang sangat dalam saat tidak ada grip yang baik ataupun melepaskan rem lebih awal lalu melaju dengan cepat di tikungan saat ada cukup grip pada ban
Tahun lalu KTM berhasil melakukan terobosan pada area ini, jadi pada beberapa lintasan para pembalapnya mampu melakukan teknik tersebut. Masukan dari Pol Espargaro tentunya menjadi sangat penting dalam membantu HRC meraih performa yang konsisten di setiap seri balapnya.
Sebenarnya HRC pernah mencoba meningkatkan corner speed pada motor RC213V saat masih ada Dani Pedrosa, namun hal ini malah membuat motornya kehilangan keunggulan terkuatnya pada saat entry corner. MotoGP bisa dibilang merupakan sebuah permainan meramu keseimbangan antara kekuatan dan kelemahan motor
Pol Espargaro tentu punya banyak pekerjaan yang menunggunya, terutama karena berkurangnya tes resmi pada libur musim balap ini. Tes resmi yang biasanya digelar pasca musim balap selesai harus dibatalkan karena pandemi Covid, jadi para pembalap hanya memiliki 2-3 hari sesi tes pra musim untuk mempersiapkan musim balap MotoGP 2021, yang dimulai di Sepang Malaysia pada 19-21 Februari, lalu dilanjut di Losail Qatar 10-12 Maret
Diatas itu semua, Pol Espargaro bisa saja akan menjadi pembalap utama Honda apabila Marc Marquez masih tidak fit untuk menjalani musim balap MotoGP 2021