Motogp adalah balapan motor prototype, sedari dulu Motogp digunakan oleh pabrikan yang berpartisipasi untuk melakukan riset teknologi terbaru yang bisa dipakai di motor jalan raya.
Walau kini dalam pengembangan, teknologi yang tercipta di Motogp tidak serta merta bisa langsung dipakai di motor jalan raya, namun hasil dari pengembangan dari pabrikan di Motogp masih menjadi dasar dari pengembangan part yang dipakai oleh motor jalan raya.
Yang jelas untuk mentransfer teknologi Motogp, diperlukan penyederhanaan dari pabrikan agar part yang digunakan awet dan bisa dirawat semua orang yang nanti menjadi pemilik dari motor yang bersangkutan.
Jadi, mulai dari chasis sampai dengan elektronik, inilah beberapa teknologi Motogp yang ada di motor jalan raya.
Mesin
Meski saat ini hanya dapat ditemui pada beberapa Superbike, namun mesin Motogp ada yang diturunkan langsung ke Superbike.
Crossplane camshaft adalah contohnya. Sebelumnya desain crossplane camshaft ini hanya dapat ditemui di mobil bermesin V8, namun sejak Yamaha menggunakannya pada YZR M1 2004.
Crossplane Camshaft menjadi salah satu teknologi motor yang identic dengan Yamaha. Karena walaupun bukan yang pertama mengembangkan Crossplane Camshaft.
Namun Yamaha adalah pabrikan pertama yang menggunakan dan mengembangkan Crossplane camshaft untuk motor dan mesin inline empat silinder.
Akhirnya pada 2009, Yamaha menyematkan Crossplane Camshaft pada motor jalanan mereka, YZF R1.
Alhasil, R1 edisi 2009 mampu membawa Ben Spies merebut juara dunia WSBK 2009. 2009 kemudian menjadi salah satu tahun tersukses Yamaha.
Karena pada tahun itu, Yamaha berhasil menjuarai WSBK dan Motogp secara bersamaan untuk pertama kalinya.
Sejak saat itu, semua edisi R1 hingga sekarang memakai Crossplane Camshaft sebagai camshaft standar
Chassis
Contoh paling mudah dari teknologi ini adalah Yamaha dengan chassis Delta box yang sering mereka iklankan di tanah air.
Delta Box pertama kali dikembangkan pada awal 1982, Delta Box adalah jenis chassis dengan bentuk sederhana dan bobot yang ringan.
Chassis ini mendukung kelincahan motor YZR500 yang waktu itu mulai berganti dari mesin Inline 4 ke V4.
Chassis ini memiliki beberapa keunggulan daripada chassis trellis yang sering dipakai di motor produksi masal lain.
Pertama chassis ini lebih fleksibel sehingga memudahkan kelincahan motor untuk bermanuver. Keunggulan ini amat teras ajika motor sudah memiliki kapasitas mesin yang besar.
Kedua, karena lebih sederhana. Maka posisi mesin bisa diubah dengan lebih leluasa daripada chassis trellis maupun chassis diamond yang sudah tua.
Ketiga adalah bobot, karena memiliki bentuk yang lebih sederhana daripada chassis trellis, maka bobot dari motor dengan chassis Delta Box cenderung lebih ringan. Apalagi jika sudah menggunakan bahan seperti carbon sebagai bahan dasar chassisnya.
Selain Delta Box, jenis chassis lain yang diturunkan dari Motogp ke motor jalan raya adalah chassis trellis.
Pada awal 2000an, Ducati menggunakan chassis trellis sebagai chassis dari Desmosedici sebelum akhirnya beralih ke monokok dan kemudian ke Delta Box alumunium.
Jenis chassis ini sering dijumpai di motor-motor superbike Ducati dan KTM. Untuk motor dengan kapasitas yang lebih kecil, Honda juga sering menggunakan jenis chassis ini.
Chassis ini memiliki rigiditas yang lebih baik daripada Chasis Delta Box. Sehingga jika Delta Box mendukung kelincahan, chassis ini mendukung rasa berkendara yang lebih pasti dan stabil saat sedang tegak di jalan lurus.
Kompensasi darinya chassis ini adalah kurang lincah kalau dipakkai menikung. Bobotnya juga relatif lebih berat daripada chassis Delta Box.
Sebenarnya Chasis Diamond, atau chassis yang menggantung mesin dengan satu tiang chassis seperti pada Honda Verza juga dulu pernah dipakai di Motogp.
Namun sudah lama ditinggalkan karena punya banyak kekurangan. Seperti penyaluran bobot yang tidak maksimal dan juga konstruksi yang tidak fleksibel.
Kini chassis Diamond hanya di jumpai di motor sport murah seperti Honda CB150 Verza atau motor klasik seperti Kawasaki W series.
Bentuk Body
Akhir-akhir ini beberapa pabrikan juga menerapkan bentuk body yang mirip dengan Motogp utamanya pada motor superbike.
Contoh yang paling mudah lagi-lagi adalah Yamaha. Sejak 2015, Yamaha YZF R1 kini menggunakan bentuk body dan fairing yang mirip dengan YZR M1.
Sejak digunakan oleh R1, bentuk body ini kemudian juga merembet ke seri Yamaha R yang lain. Seperti pada Yamaha R6, R7, R3, R25 dan R15.
Yamaha menyadari bahwa bentuk YZR M1 selain ikonik juga memiliki banyak keunggulan aero dinamika.
Sehingga saat Yamaha hendak kembali ke kejuaraan WSBK, mereka memutuskan untuk mempersenjatai R1 dengan bentuk body M1 untuk lebih kompetitif.
Sementara untuk pabrikan lain. Ducati dan Honda pernah merilis versi jalan raya dari RC211V dan Ducati Desmosedici yang punya body mirip dengan versi Motogpnya.
Aerofairing
Walau banyak diprotes, nyatanya aerofairing juga akhirnya diturunkan ke motor produksi massal.
Contohnya adalah Ducati Panigale V4 yang baru dan Honda CBR1000RR-R yang memakai aerofairing untuk menambah nilai jual.
Walau wing yang digunakan jauh lebih sederhana daripada yang kini dipakai di Motogp, namun data pengembangannya berasal dari Motogp.
Ducati Panigale V4 sendiri memakai winglet yang berbentuk mirip dengan winglet generasi pertama, yang dipakai di periode 2015-2016.
Bentuk wingletnya besar dan menonjol sehingga mudah sekali untuk dilihat dan mudah dioperasikan.
Sementara CBR1000RR-R menggunakan aero fairing yang lebih tidak mencolok. Seperti Aerofairing generasi pertama pada tahun 2017.
Wing diletakkan dibalik fairing dengan penyusunan yang aerodinamis, sehingga walau tidak sebesar dan semencolok Ducati, tetap memiliki effect yang baik untuk aero dinamika.
Sensor-Sensor Elektronik
Umum dijumpai pada superbike-superbike modern yang punya seabrek sensor seperti motor Motogp. Sensor-sensor tersebut mencakup traction control, launch control dan anti wheelie.
Traction control adalah sistem yang membantu roda motor untuk tidak mengalami slip atau kehilangan daya cengkram. Sistem ini bekerja dengan medeteksi perbedaan kecepatan antara roda ddepan dan belakang.
Lalu secara signifikan mengurangi daya mesin jika terjadi perbedaan putaran yang signifikan.
Launch control adalah teknologi yang memungkinkan motor untuk berkaselerasi maksimal dari keadaan diam tanpa khawatir terjadi wheelie atau ban depan terangkat.
Teknologi ini mengatur putaran mesin, kopling dan rem belakang secara otomatis sehingga tercapai traksi yang optimal.
Kemudian ada anti wheelie yang mana merupakan teknologi untuk meminimalisir kemungkinan ban terangkat jika berakselerasi secara maksimal.
Teknologi ini akan memutus power mesin jika sensor mendeteksi adanya perubahan ketinggan yang signifikan pada roda belakang.
Terakhir adalah ECU atau elektronik control unit. ECU adalah otak dari motor dan pusat dari semua sensor yang ada pada motor.
Biasanya motor jalan raya yang ada di Indonesia belum perlu menggunakan ECU dan sensor-sensor yang sedemikian lengkapnya.
Namun kini ECU elektronik yang memiliki teknologi yang mirip mulai diaplikasikan pada beberapa motor, seperti pada CBR250RR dan Ninja ZX25R yang memiliki ECU yang mampu mengatur mode berkendara dan mengatur beberapa sensor traction control dan launch control yang masih sederhana.