Pada paruh pertama balapan kedua di Misano hari minggu lalu tampaknya pertarungan perebutan gelar dunia MotoGP 2021 akan sampai pada seri pamungkas di GP Valencia pada 14 November mendatang.
Penantang terdekat untuk merebut gelar dunia, Pecco Bagnaia telah menunjukan kecepatan yang luar biasa awal balapan, sementara pemimpin klasmen Fabio Quartararo harus terjebak di rombongan tengah pembalap, dengan perlahan lahan merangsek ke depan dari start di baris kelima. Ini merupakan penampilan terburuknya dalam sesi kualifikasi semenjak dia debut di MotoGP 2019.
Quartararo tampaknya hanya akan mengambil keunggulan poinnya lagi di Portimao yang merupakan seri kedua terakhir, dimana di bulan April lalu dia berhasil menang mengalahkan Bagnaia, yang mana pada saat itu torehan pole position Bagnaia harus dianulir dan terpaksa membuatnya harus start dari baris keempat.
Jadi sebenarnya ada peluang bagus bagi Bagnaia untuk mempertahankan peluang meraih gelar dunianya setidaknya di Valencia.
Namun sebaliknya bencana malah menimpa Bagnaia. Di Misano dia mendapati Marc Marquez sebagai pengganggunya untuk meraih kemenangan, juara dunia MotoGP 6 kali ini terus membayangi race pace duo Ducati lap demi lap, namun tidak bisa cukup mendekat untuk menyalip, dan perlahan lahan melambat karena kehabisan stamina.
Penyebab terjatuhnya Bagnaia adalah karena pilihan ban depannya. 5 minggu lalu dia bisa menang di GP San Marino di bawah tekanan dari Quartararo, dengan menggunakan pilihan ban depan Hard. Pada minggu kemarin dia memilih opsi ban depan yang sama, dengan tidak memperhitungkan fakta bahwa temperatur lintasan saat itu 6 derajat celsius lebih dingin dibanding balapan Misano 1 5 minggu lalu, dan juga tidak memikirkan fakta bahwa hanya Bagnaia dan Miller yang memilih ban depan Hard, sementara pembalap lain di grid semuanya memilih ban medium.
Tentu saja kedua pembalap Ducati ini sudah yakin bahwa opsi ban Hard akan memberi keuntungan lebih, kalau tidak mereka pasti tidak akan memilih opsi itu. 3 jam sebelum balapan dimulai Miller memutuskan menggunakan ban Hard karena saat itu dia melihat temperatur lintasan sedang naik, penilaian ini juga berdasarkan pada rasa kurang nyaman yang dirasakan Miller saat menggunakan ban medium yang beberapa kali ban medium ini mudah terkunci di sesi latihan hari sebelumnya, yang mana hal ini juga terjadi pada Jorge Martin yang membuatnya crash di lap 13 tikungan 1.
Sejam sebelum balapan Miller pun sudah merasa pilihan bannya ini sangat tepat. Namun beberapa saat sebelum balapan dimulai awan mulai muncul dan temperatur lintasan menurun, jadi temperatur lintasan tidak cukup panas saat menggunakan ban Hard.
Sirkuit Misano adalah sirkuit yang searah jarum jam, dengan hanya ada 6 tikungan ke kiri. Tikungan ke 15 adalah tikungan kiri pertama setelah tikungan ke 8. Jarak antara 2 tikungan ini sekitar 35 detik, oleh karena itu sangatlah penting bagi para pembalap untuk melibas tikungan 8 ke kiri dengan sangat agresif untuk menghasilkan panas yang cukup di area sisi kiri ban depan, sehingga saat mereka akan melibas tikungan ke 15 mereka masih punya temperatur panas yang cukup.
Inilah kesalahan Miller di lap ke 4 yang membuatnya crash. Saat itu Miller menguntit sangat dekat di belakang Bagnaia, tujuannya jelas untuk mempertahankan posisi pembalap Italia itu dari serangan pembalap yang di belakang dan membantunya untuk meraih poin semaksimal mungkin. Namun strategi ini membuatnya tidak bisa mengerem dengan keras dengan ban depan karena efek slipstream dari Bagnaia di area tikungan sangat terasa, alhasil ban depannya tidak mendapat beban dan menghasilkan panas yang cukup.
30 menit kemudian Bagnaia mengalami kecelakaan yang sangat mirip dengan Miller, ban depannya kehilangan cengkraman beberapa meter sebelum akhirnya Bagnaia terjatuh. Jadi apa yang membuat Pecco Bagnaia terjatuh ?
Sepanjang balapan Bagnaia mendapati Marc Marquez selalu di belakangnya. Sebenarnya Marquez terlihat tidak begitu nyaman di belakang pembalap Ducati, namun pemimpin lomba saat itu tidak mengetahui hal ini. Apa yang tidak diinginkan Bagnaia adalah serangan bertubi tubi yang akan dilancarkan Marquez di lap terakhir, karena Bagnaia sangat membutuhkan poin kemenangan ini, sehingga di 10 lap terakhir dia menekan lebih keras motornya agar membuat jarak yang jauh.
Di lap 16 Bagnaia mencetak rekor lap, namun Marquez masih bisa menguntitnya. Akhirnya peningkatan race pace yang dilakukan Bagnaia terbayar. Dari lap 19 ke 22, Bagnaia menggandakan keunggulan jarak dari 0,3 detik menjadi 0,6 detik di depan Marquez. Tidak diragukan lagi Bagnaia saat itu sedang bermain main dengan bencana, karena memang itulah yang harus dilakukan ketika seorang pembalap hanya mempunyai peluang kecil meraih gelar dunia MotoGP, menang atau crash.
Akhirnya Marquez memutuskan untuk menyerah menguntit Bagnaia, karena dia tahu dia tidak mampu secepat Bagnaia, dan di saat yang sama Bagnaia terlalu membebani kinerja ban depan dan akhirnya Bagnaia terjatuh.
Bagnaia adalah korban terakhir di tikungan 15 selama pekan balap kemarin. Selama 3 hari, tikungan kiri yang cukup sulit di Misano ini telah membuat tidak kurang 19 pembalap terjatuh.
Mungkin saja semua kejadian ini tidak akan terjadi bila Bagnaia, Miller dan pembalap lainnya menjalani balapan dengan 2 hari sesi latihan sebelumnya dalam kondisi lintasan kering, sehingga mereka bisa melakukan semua pekerjaan yang mereka butuhkan pada set-up motor dan pilihan ban yang tepat.
Sebaliknya hari Jumat dan Sabtu kondisinya sangat basah dan dingin, tidak ada sekalipun sesi latihan dalam kondisi kering. Jadi pembalap dan tim harus memperkirakan apa yang telah mereka pelajari pada balapan Misano pertama dan tes resmi dua hari berikutnya, kemudian menggunakan semua data di hari itu untuk balapan hari Minggu.