Pecco Bagnaia dan Fabio Quartararo menduduki dua podium teratas pada balapan Misano kemarin namun Man of The Race sebenarnya adalah Enea Bastianini yang meraih podium ketiga.
Tidak ada seorang pun mengharapkan hasil bagus dari sang juara dunia Moto2 yang menunggangi motor Ducati 2 tahun lebih tua dan start dari grid baris keempat ini, kecuali Bastianini sendiri dan kru mekaniknya.
Selama lap lap awal dia mulai keluar dari rombongan pembalap tengah di atas motor Ducati versi lamanya, dengan menunjukan sedikit rasa hormat pada pembalap seniornya. Semua pembalap itu menggunakan motor terbaru spek pabrikan, diantaranya Alex Rins, Pol Espargaro, Aleix Espargaro, Marc Marquez dan Jack Miller.
Marc Marquez sangat terkesan dengan performa Bastianini di GP San Marino kemarin. Menurut Marquez, Bastianini membalap sangat baik dan sangat paham bagaimana cara menunggangi motor Ducati, ini dilihat dari cara Bastianini mengerem sangat telat dan keluar tikungan dengan torsi dan grip yang kuat.
Kecepatan Bastianini luar biasa di balapan Misano kemarin, terutama selama paruh kedua balapan saat ban mulai terdegradasi. Saat semua pembalap mulai melaju lebih lambat, Bastianini ternyata malah melaju lebih cepat, ini dibuktikan dengan dua kali dia memecahkan rekor fastest lap.
Lalu bagaimana Bastianini bisa melakukannya ?
Bastianini sebenarnya sudah membuktikan bakat hebatnya di motor MotoGP, ini terlihat kala dia bisa finish 10 besar di Losail, Portimao dan Catalunya. Kemudian di Aragon dia tampil sangat kompetitif dengan finish ke enam.
Di Aragon, Bastianini mengaku sudah menyesuaikan gaya balapnya dengan motor Ducati, sehingga dia sekarang lebih lembut dalam bergerak di atas motor. Ini membuatnya lebih relax di atas motor dan bisa cepat sepanjang balapan. Penampilan Bastianini juga tak lepas dari caranya memahami motor Ducati dengan mempelajari data pembalap utama Ducati yaitu Pecco Bagnaia dan Jack Miller.
Race pace Bastianini di akhir balapan sangatlah kuat, tidak diragukan lagi bisa saja dia bertarung dengan dua pembalap terdepan jika dia bisa memulai balapan di barisan depan. Setelah lap pertama dilalui Bastianini sudah tertinggal 5,6 detik di belakang Bagnaia, di akhir balapan dia hanya berjarak 4,8 detik, meski dia sempat melambat di akhir akhir lap, karena saat itu memang Bagnaia sedang meningkatkan kecepatannya agar tidak terkejar Quartararo.
Crew chief Bastianini adalah Alberto Giribuola, yang telah menghabiskan beberapa musim lalu bekerja bersama Andrea Dovizioso di tim pabrikan Ducati. Giribuola meyakini bahwa pembalap barunya ini mempunyai sesuatu seperti yang dipunyai Marc Marquez, yaitu kemampuan hebat untuk mengendalikan ban depan Michelin.
Kehebatan Marquez dalam mengontrol ban depan adalah rahasia utamanya dalam meraih banyak kesuksesan di MotoGP, karena banyak pembalap top bisa mengekstrak potensi maksimal dari ban belakang namun ban depan ini lebih sulit, terutama ban depan Michelin MotoGP, yang mana sedikit saja melakukan kesalahan dampaknya akan besar pada kecepatan motor.
Ini dibuktikan saat balapan di Misano kemarin saat banyak pembalap mulai melambat ketika ban belakang sudah mulai terdegradasi, tapi justru Bastianini bisa melaju sangat cepat karena dia lebih menggunakan ban depannya. Itulah mengapa race pacenya selama balapan sangat konsisten, karena dia tidak terlalu menggunakan potensi ban belakangnya secara berlebihan namun lebih kepada potensi dari ban depan. Dalam balapan kemarin ban depanlah yang membuatnya berbeda dari pembalap lain. Meski Bastianini menggunakan kompon ban depan hard dan ban belakang soft yang sama seperti pilihan ban Bagnaia dan Miller.
Tahun lalu Bagnaia mulai berlatih agar bisa melakukan penyelamatan dari selip ban depan dengan sikunya, karena dia tahu inilah yang harus dia lakukan jika dia ingin lebih baik dari Marquez dan pembalap lainnya.
Alberto Giribuola pun berharap pembalapnya tersebut bisa meniru Marc Marquez agar bisa meraih hasil hasil baik di masa depan. Saat ini Bastianini belum terlalu menggunakan sikunya untuk menyelamatkan dirinya dari selip ban depan, namun Giribuola yakin bahwa suatu saat Bastianini bisa melakukannya.
Fakta bahwa Bastianini bisa meraih podium ketiga di atas motor yang 2 tahun lebih tua merupakan pencapaian yang sangat impresif, namun memang faktanya motor Desmosedici 2019 ini bekerja cukup baik di Misano.
Alberto Giribuola menjelaskan memang Misano menjadi salah satu trek yang bagus bagi Ducati karena ada beberapa titik di trek yang menjadi keunggulan Ducati salah satunya di tikungan 11, 12 dan 13. Oleh karena itu penting bagi Giribuola untuk mengatakan pada pembalapnya dimana area yang memang harus dipush agar mendapat keunggulan maksimal dari motor, karena bila hanya konsentrasi pada area lain yang lemah tentu saja motor tidak akan bisa mengalahkan kecepatan Yamaha di area yang lemah tersebut.
Carlo Pernat yang merupakan manager Bastianini juga menyebut bahwa gaya balap Bastianini memang lebih bagus untuk MotoGP ketimbang saat membalap di kelas Moto3 dan Moto2. Karena secara natual gaya balapnya sangat penting untuk memaksimalkan ban. Pernat pun melihat Bastianini punya kesamaan dengan Dovizioso namun Bastianini punya talenta sedikit lebih besar.
Pernat sudah menjadi manager Bastianini selama 4 tahun terakhir semenjak dia berpisah dengan manager sebelumnya Emilio Alzamora. Pembalap muda ini memang selalu melakukan semua halnya dengan caranya sendiri. Memang dia lahir dan dibesarkan di Rimini, yang mana jaraknya hanya beberapa menit dari Misano, tapi dia tidak pernah terlibat dengan VR46 Riders Academy dan tidak pernah membalap untuk Italian Federation Team, yang mana merupakan program pengembangan pembalap Italia lainnya.
Misano memang dikenal selalu ramah padanya. Ini terlihat dari capaian kemenangan pertamanya di kelas Moto3 pada tahun 2015, kemudian tahun lalu dia juga menang di Moto2 pada GP Emilia Romagna dan sekarang dia bisa meriah podium di kelas MotoGP untuk pertama kalinya di Misano.
‘Bestia’ tentunya saat ini akan sangat diincar oleh tim dan pabrikan lain di MotoGP. Ducati saat ini punya banyak pembalap muda berbakat di dalam daftar timnya, yang mana bisa saja dia dan Pernat akan pergi mencari tim lain yang mampu menyediakan spek motor full pabrikan bila dia tidak bisa mendapatkan jatah motor spek pabrikan dari pabrikan asal Bologna ini..