KTM telah meraih kemenangan keempatnya dan kemenangan terbaiknya di GP Catalunya minggu kemarin. Pembalap pabrikan KTM Miguel Oliveira melibas semua tikungan di Catalunya untuk mendukung kejutan finish runner upnya di Mugello minggu sebelumnya.
Tahun lalu KTM memenangkan 3 balapan dan untuk sementara waktu motor KTM RC16 tampak seperti motor terbaik di grid, namun kemudian Michelin mengganti alokasi ban selama musim dingin kemarin dengan memperkenalkan ban depan asimetrik yang sangat rumit, oleh sebab itu beberapa balapan pertama di 2021 ini motor KTM tidak tampil baik.
Tampaknya pabrikan Austria ini akan kesulitan sepanjang musim 2021 ini, jadi mereka hanya berharap pada perubahan total RC16 atau desain ulang ban depan Michelin yang bisa mengembalikan performa apiknya di tahun 2022.
Namun sebaliknya, hanya butuh waktu 2 minggu KTM bisa membalikan keadaan, karena hadirnya sasis baru dengan keseimbangan kekakuan yang berbeda bisa mengurangi beban berlebih pada ban depan dengan cara mengubah gaya balap motor yang lebih mengandalkan corner speed. Ini merupakan titik balik yang luar biasa.
Tentu saja para insinyur KTM belum benar benar yakin kalau mereka sudah keluar dari masa sulit, karena di era modern MotoGP ini semuanya tentang bagaimana memperhatikan hal hal detail.
Sebagai contoh, insinyur KTM masih berpikir bahwa motor RC16 belum bisa tampil baik saat balapan bila cuacanya dingin, yang mana akan mencegah para pembalap utama KTM menggunakan ban depan keras asimetrik, yang mana dengan ban ini mereka bisa mengeluarkan semua potensi maksimal motor. Dan inilah bagian terpenting dari kesuksesan KTM di balapan minggu kemarin.
Oliveira, Brad Binder dan Danilo Petrucci adalah 3 dari 4 pembalap yang menggunakan ban depan keras pada balapan. Rekan setim Petrucci, Iker Lecuona tidak menggunakan ban keras karena dia sudah mengalami 2 kali crash dengan ban itu di sesi latihan, sehingga dia tidak ingin mengambil resiko dengan ban itu saat balapan. Oleh sebab itu dia memilih ban yang lebih lunak yaitu ban medium, namun dia tetap saja mengalami crash.
Hal yang sulit dari ban depan asimetrik Michelin ini adalah transisi antara dua kompon bannya. Bila pembalap tidak memahami hal itu dan belajar cara menggunakannya dia akan lamban atau bahkan bisa crash. Apa yang ditunjukan Oliveira kemarin adalah dia merupakan pembalap yang bagus sekaligus pembalap MotoGP yang pintar.
Balapan minggu kemarin KTM adalah motor terbaik. Motor ini bagus dalam pengereman, punya corner speed yang cukup untuk bisa mengikuti Yamaha dan yang paling krusial punya top speed yang cukup untuk bisa melakukan overtake di lintasan lurus.
Project Manager KTM, Sebastian Risse menjelaskan bahwa saat ini KTM memiliki pembalap utama yang mampu mengekstrak potensi maksimal motor dan saat ini cukup percaya diri motornya bisa kompetitif di sirkuit manapun. Namun Risse menambahkan akan tetap waspada dengan sirkuit mendatang, meski di Catalunya KTM bisa membuat ban asimetrik bekerja dengan baik.
Hasil dari dua balapan terakhir telah menunjukan bahwa KTM telah mengembangkan motor V4 yang punya semua keuntungan alami dari motor V4 yaitu top speed dan performa pengereman yang sangat baik, sekaligus tidak kalah dengan motor inline4 yang punya keunggulan di corner speed.
Yang mana hasil yang diraih KTM ini sangat berkebalikan dengan Honda RC213V yang menderita dengan finish diluar 10 besar di 2 balapan terakhir. Honda saat ini sedang dalam krisis terbesarnya dalam dekade ini dengan tanpa meraih 1 kemenangan pun sejak November 2019. Ini merupakan kekeringan kemenangan terpanjang Honda sejak awal 1980an ketika Honda menggunakan motor NR500 dengan oval piston 4-tak melawan motor Suzuki dan Yamaha 2-tak.
Ironinya, dasar motor KTM RC16 bisa dibilang dibuat terinspirasi pada Honda RC213V. Pabrikan Austria ini memang menggunakan sasis tralis baja, ini seperti yang digunakan pada motor jalanan dan motor off-road, ditambah suspensi WP. Namun arsitektur dan konfigurasi motornya jelas terinspirasi oleh Honda RC213V, yang mana di beberapa tahun lalu sangat mendominasi bersama Marc Marquez.
Namun menurut Sebastian Risse KTM RC16 dan Honda RC213V sekarang ini tidak mirip lagi karena mereka mengambil jalan pengembangan lewat arahan dari pembalap KTM.
Lalu apa yang salah dengan Honda ?
Yang paling utama karena Honda kehilangan 2 pembalap tercepatnya yaitu Marc Marquez dan Cal Crutchlow. Memang Marquez telah kembali tapi saat ini dia belum menjadi Marquez sepenuhnya.
Saat Marquez dalam kondisi 100%, mau tak mau Honda akan mengembangkan motor agar membuatnya melaju lebih cepat, karena hal terpenting di MotoGP adalah kemenangan. Sehingga sepanjang pabrikan bisa menang balapan dan meraih gelar dunia, tidak akan jadi masalah bila pabrikan membuat motor hanya untuk pembalap utamanya yang bisa meraih hasil lebih banyak.
Cara yang dipakai pada Marquez ini tentu ada harganya. Pembalap yang bisa membalap dengan motor dalam kondisi apapun tentu menjadi aset yang berharga bagi pabrikan, namun bakat luar biasanya ini bisa menutupi masalah sebenarnya pada motor dan oleh karena itu akan menghambat pembalap dengan bakat yang lebih rendah untuk berkembang.
Ducati pernah dalam posisi yang sama ketika masih ada Casey Stoner. Pembalap Australia ini bisa membalap dengan kondisi motor Desmosedici yang punya banyak masalah, sehingga saat dia meninggalkan Ducati, pabrikan italia ini harus menunggu lima tahun untuk bisa menang lagi.
Tahun lalu Honda mencoba semua hal untuk menyesuaikan Honda RC213V dengan ban belakang baru Michelin diantaranya; elektronik, exhaust, sasis geometri, kekakuan sasis dan sebagainya. Satu hal yang Honda belum coba, yaitu pada mesinnya, karena pengembangan mesin selama musim berjalan tidak diperbolehkan.
Honda sudah mencoba beberapa kali sasis yang berbeda selama 2 tahun terakhir demi mendapatkan flexibilitas sasis dan swingarm yang tepat pada motor Hondanya. Fleksibilatas sasis saat ini menjadi hal terpenting dalam desain sasis, karena hal ini sangat sulit dicapai namun punya efek yang sangat besar pada motor.
Ini bisa terlihat dari KTM yang bisa melakukan terobosan luar biasa di Mugello dan Catalunya dengan kekakuan sasis yang berbeda. Hal ini membuat pembalapnya bisa menggunakan corner speed lebih cepat dalam menikung dan selanjutnya bisa menegakkan motor lebih cepat pula agar saat keluar tikungan motornya bisa berakselerasi lebih cepat menggunakan bagian tapak ban belakang yang lebih lebar.
Inilah yang Honda harus lakukan. Dengan mengikuti cara yang dilakukan oleh KTM yaitu area corner speed.
Akankah Honda mampu melakukannya di tahun ini atau harus menunggu tahun depan dengan mesin baru dan kondisi Marc Marquez yang sepenunya fit ?