
Total ada 117 kali crash yang dialami pembalap sepanjang 3 hari sesi balap di Le Mans, yang mana membuat gelaran GP Perancis kemarin masuk dalam urutan keempat rekor crash terbanyak di belakang GP Valencia 2018 dengan 155 crash, GP Misano 2017 dengan 140 crash dan GP Estoril 2010 dengan 130 crash.
Tidak perlu ditebak apa yang membuat keempat gelaran tersebut terjadi banyak crash, tentu hal utamanya karena cuaca hujan. Namun Le Mans punya hal spesial dalam sejarah MotoGP sebagai tuan rumah yang secara konsisten menjadi tempat yang paling sering terjadinya crash.
Selama 4 gelaran terakhir GP Perancis, total ada 416 kecelakaan, diantaranya 109 kali di 2018, 90 kali di 2019, 100 kali di tahun lalu dan 117 kali minggu kemarin. Tidak ada lintasan manapun yang bisa membuat banyak pembalap mengalami crash sekonsisten ini tiap tahunnya.
Dan penyebabnya tidak selalu karena cuaca hujan. Sebagai contoh di 2018 matahari bersinar sepanjang pekan balap di Le Mans dan disaat itu pula ada 109 kali crash pembalap, ini juga merupakan rekor tertinggi jumlah crash pembalap di cuaca yang kering.
Lalu apa yang membuat Le Mans bisa seperti itu ?
Kenapa begitu banyak pembalap yang bisa kehilangan kendali motornya di sirkuit sepanjang 4184 meter dan 14 tikungannya itu – tidak peduli apakah lintasannya basah atau kering ?
Menurut opini para pembalap, ada kombinasi beberapa faktor. Valentino Rossi pernah mengatakan di tahun 2018 bahwa Le Mans punya banyak grip di aspalnya tapi karakter aspal ini juga bisa membuat ban slide secara agresif saat ban mulai slide. Rossi menambahkan bahwa di lintasan kering pun motor bisa kehilangan grip ban belakang.

Di 2018, Pol Espargaro, Cal Crutchlow, Bradley Smith dan pembalap lainnya kehilangan kendali pada area corner exit dan mengalami highside yang parah, ini dikarenakan mereka sedang menjalankan mapping kontrol traksi yang minimal demi membuat motor mereka menikung lebih cepat melewati tikungan yang sempit di Le Mans, ini dilakukan untuk mempersiapkan kecepatan motor yang maksimal saat melaju di lintasan lurus, di momen inilah masalah besar yang harus dihadapi pembalap.
Mantan Crew chief Pol Espargaro Paul Trevathan memberikan penjelasan detail masalah ini.
Seperti diketahui Le Mans memiliki banyak tikungan dimana para pembalap harus menggunakan RPM rendah, dan saat para pembalap menggunakan RPM rendah ini mereka tidak bisa merasakan bagian belakang motor dengan baik. Berbeda saat motor di RPM tinggi, ban belakang motor lebih terkoneksi dengan throttle.
Lintasan Le Mans memang punya grip yang baik, sehingga para pembalap bisa menghasilkan corner speed yang baik disini, tapi RPM yang dihasilkan disini sangat rendah sehingga para pembalap tidak merasakan ban belakang menghentak saat di tikungan. Ditambah lagi, setingan mapping pada kontrol traksi yang rendah.
Titik kecelakan yang sering terjadi di Le Mans adalah di tikungan 3 ke kiri, dimana pembalap akan menggunakan sisi kiri bannya saat temperaturnya sedang dingin, sehingga di momen ini ban tidak bekerja dengan baik.
Saat suhu ban menjadi dingin, karetnya tidak bisa mengeluarkan potensi grip maksimalnya, sehingga pembalap sama sekali tidak mendapat peringatan apapun saat kehilangan grip. Inilah kenapa banyak pembalap yang frustasi minggu lalu, karena saat keberuntungan lebih menjadi faktor penentu apakah pembalap bisa crash atau tidak, maka balapan MotoGP ini menjadi semacam olahraga balap yang berbeda.
Layout sirkuit Le Mans juga berperan dalam banyaknya crash yang terjadi. Le Mans merupakan sirkuit dimana pembalap harus mengambil banyak resiko untuk bisa mendapatkan laptime yang bagus. Dan juga banyak tikungan lambat dan sempit, sehingga pembalap harus mengerem dengan keras, di saat yang sama pula pembalap harus mengubah arah motornya. Hal ini tentunya sangat menuntut kinerja lebih pada ban depan. Minggu lalu ada 35 pembalap yang crash di tikungan 3 saja, dan 10 dari mereka adalah saat sesi FP1 Moto3
Pit lane yang sangat panjang juga berperan banyaknya crash yang terjadi, karena ban yang sudah dihangatkan, suhunya akan turun cepat saat pembalap keluar dari pit lane yang panjang. Jadi beberapa lap pertama akan cukup berbahaya saat mereka mencoba mengembalikan suhu maksimal ban. Ini pulalah salah satu alasan beberapa pembalap termasuk Vinales dan Alex Rins di balapan crash saat baru saja keluar dari pit lane.
Perubahan kondisi yang berubah ubah pada balapan minggu lalu juga membuat keadaan menjadi lebih buruk, terlihat dengan beberapa pembalap harus membalap dengan ban slick di keadaan turun hujan. Juara dunia bertahan Joan Mir menjadi salah satu pembalap itu, di balapan kemarin dia sempat crash dengan ban slick sebelum akhirnya dia bisa kembali ke pitlane untuk mengganti motornya dengan settingan basah.
Tentu saja yang menjadi concern utama bukanlah banyaknya jumlah insiden yang terjadi, melainkan masalah utamanya adalah cidera yang dialami pembalap. Le Mans termasuk sirkuit yang aman, namun tahun ini sudah menyebabkan 2 pembalap mengalami patah tulang. Pembalap Moto2 asal italia Yari Montella mengalami retak lengan saat crash di tikungan 10 sesi FP1 dan pembalap muda Moto3 asal Jepang Yuki Kunii mengalami patah tulang selangka di sesi Kualifikasi.
Promotor MotoGP Perancis Claude Michy, yang telah bekerja keras untuk membuat gelaran ini menjadi sangat populer dengan fans balap Perancis mengatakan bahwa dia bisa saja memindahkan jadwal GP Perancis di waktu yang lebih hangat agar terhindar dari cuaca buruk, mungkin ini bisa saja sedikit membantu tingkat keamanan para pembalap.