Tidak diragukan lagi Marc Marquez masih punya peluang meraih gelar dunia MotoGP 2021. Seri balap di Jerez lalu merupakan balapan keduanya setelah 9 bulan absen, dia bisa finish 10 detik di belakang pemenang balapan meskipun Marquez mengalami 2 insiden berbahaya yang bisa mengikis kepercayaan dirinya lagi selama Free Practice.
Balapan demi balapan Marc Marquez semakin cepat dan kuat, jadi masih ada peluang dia bisa menurunkan defisit poin dari pemimpin klasmen saat ini Fabio Quartararo. Lagipula, saat Marc Marquez bisa meraih gelar dunia MotoGP 2019, margin poinnya yaitu 151 poin.
Meski begitu ada hal yang bisa menghentikannya dalam meraih gelar dunia tahun ini.
Michelin membuat perubahan besar pada alokasi ban depan slick untuk musim 2021 ini dengan menghapus alokasi ban depan 2020 yang kurang populer digunakan tim MotoGP. Michelin lebih memfokuskan pada desain ban baru asimetrik untuk memberikan kinerja terbaik pada dua karakter motor yaitu motor V4 dan Inline4.
Namun ban asimetrik ini tidak bekerja baik pada beberapa pabrikan motor. Inilah kenapa KTM yang tahun lalu bisa memberikan kejutan besar, sampai saat ini belum lagi mencetak podium. Itu juga mengapa Suzuki, yang merupakan pabrikan terkuat di tahun lalu, hanya bisa meraih 1 podium sejauh ini. Sekaligus ini menjelaskan kenapa Honda, yang mana tahun lalu sangat kesulitan karena kehilangan Marc Marquez sekarang ini bahkan dalam keadaan yang lebih buruk .
Jadi, mimpi buruk mengenai ban depan Michelin ini sekarang menghantui KTM, Suzuki dan Honda, yang mungkin akan menyiksa Marquez lagi begitu dia bisa mencapai kondisi 100% fit.
Ban depan merupakan bagian terpenting dan tersulit dari balap motor. Bagian itu adalah penentu terbesar dari catatan waktu yang diperoleh pembalap karena bagian itu sangat menentukan seberapa cepat pembalap dalam masuk ke tikungan dan seberapa cepat pembalap melibas tikungan. Ban depan juga lebih sulit ditangani saat terjadi slip ketimbang ban belakang, sehingga pembalap tidak hanya membutuhkan grip ban depan yang baik, namun mereka juga membutuhkan kepercayaan diri yang baik dari grip ban depan itu.
Keputusan Michelin untuk menurunkan jumlah opsi yang tersedia pada ban selama musim ini didasari oleh gagasan mereka dalam menyederhanakan rentang pilihan ban dengan menghapus varian ban dan solusi teknis yang kurang penting.
Diantara pilihan ban depan slick 2020 yang dihapus dari alokasi tahun 2021 ini adalah opsi ban medium yang tahun lalu bekerja sangat baik dengan motor KTM RC16 dan terkadang juga bekerja baik dengan motor Suzuki GSX RR tergantung layout lintasan dan temperaturnya. Pilihan ban yang dihapus ini alasannya tidak banyak pembalap yang menggunakan ban ini, sehingga pilihan ban ini diganti dengan ban asimetrik, yang didesain untuk memberikan dukungan pengereman yang baik dan grip yang baik di kedua sisinya.
Ban asimetrik punya karakter karet yang lebih lembut di sebagian permukaan bannya, kemudian karet yang lebih keras pada sisi lain permukaan bannya. Masalahnya adalah perbedaan antara kedua kompon ban ini terlalu besar. Sehingga ketika pembalap melibas tikungan, mereka akan merasakan grip karet yang lebih lembut ke karet yang lebih keras secara drastis, inilah kenapa banyak pembalap yang kehilangan grip ban depan dan berakhir dengan crash.
Hal ini terutama berlaku untuk para pembalap Honda dan KTM yang sedang mencari settingan front end yang cocok untuk motor mereka dan ini bisa dilihat dari hasil yang buruk di awal musim ini. Motor Honda RC213V dan KTM RC16 didesain untuk bisa cepat ketika masuk ke tikungan, sehingga kedua motor ini sangat membutuhkan banyak dukungan dari ban depan selama pengereman keras dan saat masuk ke tikungan.
Tidak ada hal yang bisa merusak kepercayaan diri pembalap selain terlalu sering kehilangan grip ban depan, jadi mayoritas pembalap tidak lagi akan memilih opsi ban asimetrik yang ada dalam 3 pilihan alokasi yang ada di tiap seri balap. Ini ditunjukan dari keempat balapan awal di tahun ini, yang mana ada 22 pembalap di MotoGP, ban depan asimetrik ini hanya pernah 6 kali dipilih .
Banyaknya crash yang disebabkan ban ini mendorong para pembalap yang crash ini untuk mengadu ke Riders Safety Commision. Bisa jadi ada perubahan yang terjadi di MotoGP demi alasan keselamatan, namun MotoGP adalah kompetisi balap, jadi pembalap yang tidak terpengaruh dengan masalah ini tentunya mereka tidak tertarik dalam mengubah alokasi ban ini.
KTM, Honda dan Suzuki sangat tidak senang dengan situasi ini, namun mereka tahu ini kenyataan yang harus mereka hadapi dalam menangani spesifikasi ban Michelin ini. Mereka tahu bahwa terkadang spesifikasi ban tertentu bisa menentukan menang dan kalah dalam balapan.
Tentu, terkadang ketika kondisinya cocok ban depan asimetrik bisa bekerja baik dengan para pembalap RC213V, KTM RC16 dan GSX RR. Sebagai contoh ketika Takaaki Nakagami melakukan balapan terbaiknya di Jerez lalu. Saat itu Nakagami menggunakan sasis 2019 ketimbang 2021 yang digunakan di 3 balapan awal, namun faktanya ban medium asimetrik bekerja dengan baik di motornya yang ditunjukan oleh hasil penting Nakagami di Jerez.
Dikarenakan hanya ada sedikit peluang alokasi ban ini akan diganti tahun ini, ketiga pabrikan ini sedang bekerja keras untuk menyesuaikan motor mereka pada hal ini. Yang berarti mereka harus mengatur wheelbase motor, keseimbangan motor dan lain sebagainya agar bekerja baik dengan ban asimetrik.
Masalah yang dihadapi oleh motor KTM RC16 dan Honda RC213V adalah bagian lembut bannya yang terlalu lentur selama pengereman, sehingga membuat motor sulit membelok. Oleh karena itu tugas mereka adalah untuk memindahkan beban berlebih yang ada pada front end motor mereka. Jadi pada akhirnya yang perlu dilakukan Honda dan KTM adalah mendesain ulang motor mereka.
Honda pernah melakukan ini beberapa tahun lalu, saat mereka mencoba membuat Honda RC213V lebih menjadi motor yang unggul dalam corner speed agar cocok dengan gaya balap Dani Pedrosa yang halus. Namun saat insinyur HRC mencoba mengubah RC213V bisa memiliki corner speed, mereka malah kehilangan keunggulan karakter ‘stop and go’ motor Hondanya, sekaligus tanpa mendapatkan corner speed yang cukup untuk mengimbanginya. Dengan kata lain, masing masing motor punya karakternya sendiri dan mengubah terlalu banyak karakter alaminya tersebut bukanlah ide yang bagus.
Jika Honda dan KTM harus secara signifikan menyesuaikan motor mereka agar bekerja seperti motor lainnya maka itu bukanlah hal yang bagus. Balapan yang terbaik adalah saat ada banyak karakter motor yang bertarung satu sama lain, karena dengan cara itu mereka akan menggunakan keunggulan masing masing motor mereka dengan cara yang berbeda beda dan di bagian lintasan yang berbeda pula, yang berarti akan banyak pertarungan dan aksi salip menyalip yang terjadi.
Ban belakang slick Michelin bekerja lebih baik ketimbang ban depannya. Lalu kenapa Michelin malah memperkenalkan ban belakang slick baru yang sudah ditingkatkan ketimbang memperkenalkan ban depan slick yang lebih baik ?
Ban belakang baru slick yang punya extra grip ini hanya akan meningkatkan ketidakseimbangan antara bagian depan dan belakang motor, yang mana akan memperumit masalah bagi pembalap dan insinyur tim .
Michelin telah memulai pengembangan ban depan baru slick beberapa tahun lalu, dengan maksud untuk memperkenalkan ban itu musim ini. Namun, pembatasan logistik dan finansial akibat Covid 19 menggagalkan rencana itu.
Kemungkinan Michelin akan melaunching ban depan yang banyak diharapkan para pembalap MotoGP ini pada 2022. Saat ini tampaknya hal itu tidak dimungkinkan, karena versi terbaru dari ban itu tidak diperkenalkan pada sesi tes di Qatar atau Jerez beberapa minggu lalu.
Melihat Marc Marquez kembali membalap akan sangat menarik, terutama dalam caranya mengatasi masalah ban depan Michelin ini. Marquez telah mengoleksi 56 kemenangan di MotoGP karena kehebatannya dalam menguasai front end motornya, yang mana dia bisa menggunakan ban depannya sampai batas maksimal melebihi dari pembalap manapun di MotoGP.
Tapi untuk melakukan itu Marquez harus menggunakan ban depan keras untuk bisa melaju cepat.
Jadi apa yang akan terjadi ketika pilihan ban kerasnya ada di alokasi ban asimetrik ?
Akankah kejeniusan membalap Marc Marquez bisa mengatasi masalah ini ?
Hanya waktu yang bisa menjawab