
Aspal adalah bagian dari lintasan yang paling banyak membuat kontak dengan ban motor. Kontak ini dapat menimbulkan lubang dan kerusakan pada aspal sehingga perlu adanya pengaspalan ulang. Namun, Bagaimana hal hal ini bisa mempengaruh di balapan MotoGP?
Meskipun kondisi cuaca dan tanah juga dapat menyebabkan aspal menjadi rusak, tetapi jenis kendaraan yang digunakan dalam balapan juga dapat lebih berpengaruh. Balapan MotoGP sebenarnya tidak berpengaruh besar dan jarang menyebabkan kerusakan aspal, tetapi suatu sirkuit juga bisa menjadi tuan rumah ajang balap Formula 1, dan bahkan balap truk.
Khususnya pada balapan F1, yang sangat memberikan tekanan berat pada zona pengereman dan kecepatan, yang mana hal ini akan berpengaruh pada kerusakan aspal karena memiliki tenaga dan gaya G–Force besar yang dihasilkan. Seiring berjalannya waktu, hal itu dapat merenggangkan dan merusak permukaan aspal, lebih buruknya lagi drainase air tidak dapat berjalan dengan baik.
Memang, lubang di aspal dan bagian-bagian aspal yang sudah tidak memiliki grip yang bagus punya pengaruh yang kecil terhadap balapan F1. Namun, tidak bagi ajang roda dua MotoGP, bukan hanya resiko sliding yang akan timbul, tetapi juga getaran yang dapat disebabkan oleh area yang bergelombang lintasan, dimana ini bisa sangat tidak memungkinkan untuk dilangsungkan balapan. Oleh karena itu, sirkuit sirkuit Grand Prix seharusnya secara perodik dilakukan pengaspalan ulang lintasan sehingga para pembalap dapat tampil lebih cepat dan bisa mengeluarkan potensi maksimal motor mereka.
Pengaspalan ulang lintasan adalah sebuah perjalanan logistik yang panjang. Material permukaan aspal yang mempunyai ketebalan 20 hingga 80 milimeter harus diangkat terlebih dahulu dari lintasan. Lalu diganti dengan lapisan aspal yang baru, kemudian membuat sedikit lengkungan cembung di lintasan dan mempersiapkan sistem drainase baru yang efektif.
Meskipun pengaspalan ulang lintasan ini sangat penting, ada kelebihan dan kekurangan yang bisa dirasakan para pembalap MotoGP.
Seringnya lintasan yang baru diaspal ulang akan memiliki perbedaan besar dari aspal sebelumnya. Hal itu membuat para pembalap harus beradaptasi lagi dengan karakter permukaan lintasan baru. Pada lap-lap awal akan menjadi tricky, jadi pembalap harus berhati-hati.
Jika pengaspalan ulang dilakukan di beberapa area yang paling rusak di lintasan, maka akan timbul perbedaan yang menonjol antara aspal lama dan aspal baru, dan itu akan sangat dirasakan oleh pembalap.
Aspal baru cenderung tidak bisa ditebak dalam hal daya cengkramnya pada ban, terkadang grip yang dihasilkan terlalu tinggi tetapi grip yang dihasilkan juga bisa sangat minim pada saat awal lomba. Dengan seiring berjalannya balapan, banyaknya gesekan ban pada aspal baru ini akan membuat level grip pada aspal baru ini akan normal. Perlu digaris bawahi juga bahwa lintasan yang diaspal ulang secara keseluruhan akan mempunyai tingkat grip yang berbeda ketimbang lintasan yang diaspal ulang hanya di beberapa area lintasan saja, hal ini tentu akan memaksa para pembalap untuk mewaspadai atau menghindari rintangan di area yang baru diaspal itu.
Dalam skenario terburuknya, lubang pada aspal mungkin akan timbul setalah pengaspalan ulang. Ini akan menjadi sebuah ketidakberuntungan, tetapi hal itu mungkin untuk terjadi. Jika masalah ini tidak segera diidentifikasi dengan benar dan dipastikan, maka pengerjaan ini tidak mendapat kemajuan dari lintasan sebelumnya yang belum diaspal.
Dalam banyak kasus, pengaspalan ulang cenderung dapat memperbaiki lubang-lubang di lintasan yang dapat menyebabkan masalah pada motor dan menciptakan tingkat grip yang konsisten sepanjang lintasan. Hal itu juga bisa meningkatkan kemiringan lintasan di beberapa tikungan. Hal ini mungkin menjadi suatu hal yang posistif bagi sebagian pembalap, tetapi tidak untuk pembalap lainnya. Semuanya tergantung dengan gaya balap masing-masing. Biasanya kualitas drainase air menjadi lebih baik setelah pengaspalan ulang.
Dalam momen yang jarang terjadi, tingkat cengkraman lintasannya dapat mengejutkan para pembalap. Seperti yang terjadi pada Marc Marquez di sirkuit Sachsenring. Pembalap bernomor 93 itu mengatakan bahwa Cengkraman pada lintasannya bagus, tapi Marquez mengaku harus membalap dengan hati-hati karena apapun bisa terjadi di lintasan aspal baru ini. namun ketika tau bahwa dia bisa menikung dengan menempelkan sikutnya di beberapa tikungan, Marc akhirnya menyadari bahwa betapa besar cengkraman yang ada di area itu.
Teknisi Michelin memiliki tugas yang berat ketika harus memilih ban mana yang harus digunakan pada aspal yang diperbarui ini. Sehingga mereka cenderung membawa pilihan rentang ban yang luas. Dengan cara ini, mereka dapat lebih baik untuk menganalisis performa karet ban dan degradasinya.