
Pedro Acosta punya cerita agak berbeda dalam mengawali karirnya di Grand Prix. Dari 4 seri balapan yang sudah dilalui ia sudah mengoleksi 3 kemenangan dan 1 runner up. Tidak ada pembalap yang bisa seperti itu, bahkan Valentino Rossi, Mike Hailwood ataupun ‘King’ Kenny Roberts tidak berhasil melakukannya sejak Grand Prix MotoGP pertama kali digelar.
Alasan kenapa orang yang tahu bagaimana kejuaraan balap Grand Prix bekerja tidak ingin mengklaim Acosta sebagai The Next Marquez adalah karena menurut mereka itu bukanlah cara bagaimana kejuaraan balap ini berlangsung. Acosta masih kecil baik secara mental maupun fisiknya, jadi tidak ada yang tahu bagaimana nantinya dia berkembang dalam beberapa tahun kedepan.
Tentu dia memiliki aura sebagai pembalap yang jenius, karena bisa bertahan dalam pertarungan yang gila di 4 balapan Moto3 yang sudah digelar sangatlah membutuhkan bakat dan intelegensi yang tinggi, sekaligus keberuntungan. Namun bisa finish kedua di balapan pertama dan 3 kali menang di balapan berikutnya sangatlah luar biasa.
Jadi bagaimana mungkin Acosta bisa melakukan itu ?
Bos Acosta saat ini adalah pemilik dari tim Red Bull KTM Ajo yaitu Aki Ajo, yang dikenal telah berpengalaman menangani pembalap pembalap hebat. Marc Marquez, Jack Miller, Brad Binder, Miguel Oliveira, Johann Zarco dan lainnya telah merasakan bekerja bersamanya di tim KTM Ajo Moto2 dan Moto3 selama 2 dekade terakhir.
Menurut Aki Ajo, Acosta memiliki bakat yang hebat. Dan yang paling istimewa dari Acosta adalah sikapnya yang selalu relax. Meski dia masih seorang pembalap rookie, dia tidak berpikir bahwa pembalap yang sudah pernah menang sangatlah superior, dan Acosta percaya bahwa bila dirinya bisa melakukan pekerjaan dengan baik dan punya talenta yang cukup maka dia juga bisa melakukan hal yang sama.
Aki Ajo menambahkan bahwa kemampuan Acosta dalam mengendalikan motornya, terutama pada front end sangatlah luar biasa. Di era sekarang ini pengereman motor dan cara membawa motor memasuki tikungan adalah kunci untuk bisa cepat di corner speed dan exit corner . Bagaimana Pedro Acosta bisa mengendalikan motor di momen ini menurut Aki Ajo sangatlah luar biasa, inilah yang menjadi perbedaan dari pembalap lain.
Keistimewaan Acosta tidak hanya pada gaya balapnya yang luar biasa, namun juga pada karakternya. Acosta berasal dari keluarga nelayan yang pekerja keras dan juga keluarganya tidak kaya. Bahkan untuk membeli baju balap pertama untuk Acosta, orang tuanya harus mengajak keluarga yang lainnya untuk menyumbang sejumlah uang.
Aki Ajo pun menceritakan bahwa Acosta merasa sangatlah beruntung dipinang dirinya ke tim KTM Ajo dan berjanji tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. dan kata katanya itu sejauh ini dibuktikan dengan 3 kemenangan dan runner up.
Hasil balapan di awal tahun 2021 ini bisa dibilang cukup bersejarah, ini sama seperti hasilnya di kejuaraan Red Bull Rookies Cup 2020 dimana dia menjadi pembalap pertama yang bisa menang di 6 seri balap pertama. Beberapa bulan kemudian dia mengunci gelar juara Redbull Rookies sebagai kesuksesan awalnya.
Menurut Peter Clifford sebagai salah satu orang yang membantu menyelenggarakan ajang RedBull Rookies, salah satu poin yang menonjol dari Pedro Acosta adalah ketika dia datang ke Redbull Rookies pada 2019, dan tidak membalap di kejuaraan lain. Beberapa pembalap lain banyak yang berlomba di kejuaraan CEV atau lainnya. Acosta tidak melakukannya karena keluarganya tidak punya uang, sponsor, atau tim, jadi ajang Redbull Rookies lah satu satunya ajang balap yang bisa dia ikuti. Ada keuntungan dari hal ini yaitu dia tahu dia benar-benar harus berhasil di ajang Redbull Rookies.
Di ajang Redbull Rookies, Acosta mengembangkan sistem kerja dimana dia tidak hanya mencari kesempurnaan setingan motor sepanjang sesi latihan, karena dia sudah tahu bahwa pasti ada satu titik dimana motor tidak akan bekerja sempurna saat balapan berlangsung, seperti temperatur ban yang tidak sesuai atau aus dan sebagainya. Sehingga dia sadar tidak ada gunanya menghabiskan waktunya untuk menemukan setingan motor yang sempurna, lebih baik waktu itu dia habiskan untuk meningkatkan riding stylenya.
Pedro Acosta lahir di bulan Mei 2004 dan pembalap idolanya adalah juara dunia 500cc 1993 Kevin Schwantz, yang pensiun di tahun 1995. Ayahnya sangat mengidolakan Schwantz, sehingga kala Acosta muda lebih banyak menghabiskan menonton video pembalap Amerika ini di GP500, ketimbang melihat Valentino Rossi dan pembalap MotoGP lainnya.
Lalu kapan Acosta akan naik ke kelas MotoGP? Acosta baru akan merayakan ulang tahunnya yang ke 17 di tahun ini dan karena minimal usia pembalap MotoGP adalah 18 tahun, maka dia baru bisa membalap di kelas premier di tahun 2023.
Pemimpin klasmen MotoGP saat ini Francesco Bagnaia menilai bahwa untuk naik ke MotoGP masih sangatlah dini karena meskipun Acosta bisa sangat cepat, pengalamannya masih sangat minim. Cara terbaik menurutnya untuk menimba pengalaman adalah dengan berkarir 2 tahun masing masing di Moto3 dan Moto2 dulu. Ini penting untuk tidak terlalu terburu buru dan menaruh banyak tekanan padanya, karena menurut Bagnaia banyak pembalap hebat namun terlalu banyak tekanan yang dialami bisa membuat penampilan merosot.
Dengan kata lain, nikmati kecemerlangan Acosta tapi jangan terlalu berlebihan untuk menganggap anak ini menjadi pengganti Marc Marquez. Acosta masih memiliki jalan yang sangat panjang, kemungkinan besar akan bergabung dengan tim Moto2 Ajo kedepannya dan kemudian tim MotoGP KTM, jika dia terus mempertahankan penampilannya saat ini.