Kelas MotoGP, Moto2 dan Moto3, yang mana dibedakan oleh ukuran dan detail teknis, memiliki top speed dari motornya yang luar biasa. Motor motor ini bisa melaju di lintasan dengan kecepatan melebihi 300km/jam, yang mana apabila kita melihat langsung dari sirkuit, mata kita hampir tidak bisa melihat dengan jelas motor yang melaju cepat itu. Para pembalap ini kemudian dapat menikung pada satu titik yang membuat lutut dan siku mereka menyentuh aspal lintasan. Tentu saja bila kita melihat langsung momen tersebut, Grand Prix MotoGP bukanlah sekedar kompetisi yang mengandalkan kemampuan mekanis motor, kecepatan dan keberanian pembalap semata. Melainkan ini merupakan murni olahraga yang mengandalkan kemampuan fisik yang kuat, dimana para pembalapnya sedang mengendalikan mesin liar.
Seperti yang kita tahu, penghitungan catatan waktu putaran merupakan hal paling penting, dan itu membutuhkan keakuratan yang tinggi untuk bisa mengimbangi kecepatan motor yang melaju di lintasan. Ini bukan hanya sekedar menentukan siapa pembalap yang berhak menang balapan dan bisa tampil di podium, tapi juga menentukan waktu masing masing pembalap dan catatan waktu dalam 1 putaran, yang mana ini sangat penting selama sesi kualifikasi.
Jadi yang bertugas untuk mengurusi hal ini adalah tim dari Tissot yang dimanajeri oleh Jordi Sias. Ruang pencatatan waktu ini biasanya bertempat di menara kontrol dan secara langsung bisa melihat garis finish sirkuit. Di ruang tertutup itu diisi oleh orang orang yang sangat ahli dalam bidang elektronik dan IT. Mereka juga paham mengenai olahraga balap ini, seperti aturan aturannya, prosedur balap dan lain lain.
Mereka melakukan tugas ini dengan menggunakan bermacam macam alat untuk mencatat, merekam dan mengkomunikasikan informasi informasi dengan sangat cepat. Totalnya kira kira ada 6 ton alat alat elektronik dan perlengkapan komputer.
Untuk bisa melakukan hal ini, mereka menggunakan transponder yang dipasangkan pada masing masing motor MotoGP. Transponder yang berbentuk kotak kecil namun kokoh ini dilengkapi beberapa kabel, yang mana akan mentransmisikan nomor id tertentu yang nantinya akan ditangkap oleh antena yang ada pada lintasan. Saat motor melaju kencang melewati antena itu, secara otomatis ruang kontrol yang ada di tower menerima data catatan waktu pembalap .
Untuk menghindari kesalahan pencatatan waktu yang mungkin saja bisa terjadi akibat ada puluhan motor yang melaju sangat cepat, para teknisi ahli yang memonitor di ruang pencatatan waktu juga harus melihat langsung ke lintasan untuk memastikan data yang tersaji di komputer mereka sesuai dengan motor yang melintasi garis finish. Para teknisi ini mungkin sulit untuk melihat nomor motor masing masing pembalap tapi mereka tentu bisa mengenali warna dan corak motor yang melewati garis finish.
Yang terakhir, mereka juga menempatkan kamera yang menyorot garis finish, yang bertujuan untuk merekam dan bisa memotret pembalap yang finish dengan akurat. Kamera ini didesain untuk tetap menyala, tetapi ketika ada objek yang masuk ke jarak pandang kamera ini, secara otomatis kamera ini akan memotret objek. Tingkat kualitas gambar yang ditangkapnya sempurna tanpa distorsi pada garis, jadi bila ada dua motor yang melaju 300 km/jam tampak dengan jelas melintas garis finish secara bersamaan, dan ternyata ada salah satu motor yang unggul meski hanya 1 inchi saja, kamera ini mampu menangkap gambarnya.
Lalu apakah ada 2 pembalap yang pernah finish dengan momen yang sama persis ?
Meskipun tim pencatat waktu ini dilengkapi dengan kamera yang bisa mengambil 10.000 gambar dalam 1 detik, yang mana sistem ini akan bekerja saat ada pembalap finish berdekatan. Pada balapan kelas GP125cc tahun 2011 ada kejadian finish bersamaan antara Hector Faubel dan Johann Zarco. Bahkan dalam foto yang diperoleh menunjukan bahwa ban depan motor mereka melintasi garis finish pada saat yang sama. Pada saat itu, Hector Faubel diputuskan menjadi pemenang balapan karena punya catatan waktu lap yang lebih baik daripada Zarco, sebagaimana yang tertulis di peraturan MotoGP
Tidak hanya itu, pada tahun 2014 di sirkuit Mugello. Terjadi saling overtake antara 3 pembalap yaitu Romano Fenati ,Isaac Vinales dan Alex Rins. Fenati yang berhasil meng overtake Rins dan Vinales berhasil menjadi pemenang dengan hanya selisih waktu 0,01 detik, sementara Vinales dan Rins finish bersamaan, namun Vinales akhirnya diputuskan meraih posisi kedua karena punya catatan waktu lap yang lebih baik ketimbang Rins.
Salah satu hal yang luar biasa dari tim yang bertugas mengelola catatan waktu di MotoGP ini adalah mereka bukanlah tim yang hanya bertugas secara permanen di satu sirkuit saja. Meskipun tim ini bertanggung jawab pada alat alat yang beratnya ber ton ton dan banyaknya kabel dari alat itu, mereka mau tidak mau harus berlomba juga dengan waktu dengan memindahkan, memasang, menguji coba dan mengemas semua alat alat itu dari sirkuit satu ke sirkuit lainnya
Bisa dibilang, brand Tissot sebagai sponsor resmi MotoGP telah melakukan pekerjaan yang hebat. Yang dilakukan brand jam tangan ini tidak hanya memasang nama brand mereka di tempat yang mudah dilihat para fans MotoGP di seluruh dunia, seperti yang dilakukan brand besar RedBull misalnya. Namun yang dilakukan Tissot adalah berperan besar dalam memberikan informasi yang detail pada para penikmat balapan MotoGP agar memahami kecepatan dan betapa kompetitifnya ajang balap ini, dimana jarak waktu seperseratus detik seringkali bisa menentukan siapa yang bisa finish di posisi pertama dan kedua, ataupun pembalap siapa yang bisa meraih pole position di sesi kualifikasi. Peran para teknisi dari Tissot ini memang tidak terlihat namun sangat penting di ajang balap motor paling kompetitif di dunia yaitu Grand Prix MotoGP