Yamaha terakhir kali menang juara dunia MotoGPnya di tahun 2015. Itu bukanlah secara kebetulan bahwa tahun 2015 adalah tahun terakhir dari era ban Bridgestone, yang mana sejak saat itu insinyur Yamaha tidak bisa membangun motor YZR-M1 bekerja dengan baik secara konsisten dengan ban yang digunakan saat ini yaitu Michelin
Masalah Yamaha sebenarnya sesederhana itu, meskipun untuk menyelesaikan masalah itu jauh dari kata sederhana
Spesifikasi ban balap Michelin membuat para insinyur Yamaha harus membangun motornya bisa beradaptasi dengan ban itu sendiri, bukan malah sebaliknya. Seperti itulah cara kerja tim MotoGP saat ini, sebelum akhirnya tim siapa yang bisa beradaptasi paling baik dengan ban, dialah yang bisa juara dunia
Ban Michelin MotoGP dikenal akan bekerja dengan baik pada rentang temperatur yang sempit, jadi apa yang harus dilakukan Yamaha adalah membangun motor yang bisa menghasilkan temperatur yang tepat pada ban itu, pada apapun lintasan dan kondisinya
Dalam beberapa tahun terakhir motor Yamaha M1 berulang kali memberi hasil yang tidak konsisten. Ketika sedang mendapat grip yang baik, motor bisa mengeksploitasi keunggulannya pada corner speed, namun hal ini tidak cukup konsisten untuk bisa memenangkan gelar juara dunia. Dan itu terjadi meski sudah memiliki pembalap hebat seperti Jorge Lorenzo, Valentino Rossi, Maverick Vinales, Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli
Namun tahun lalu adalah pencapaian terbaik Yamaha sejak era ban Bridgstone, dengan koleksi 7 kemenangan
Apakah ini menunjukan bahwa pabrikan asal Iwata ini secara bertahap mulai bisa mengatasi masalahnya ? tidak juga, karena 3 dari 7 kemenangan itu diraih oleh Morbidelli yang memakai motor Yamaha M1 2019, sedangkan motor Yamaha M1 2020 terlihat performanya lebih tidak konsisten
3 pembalap yang akan diberi motor Yamaha M1 2021 tahun ini, Quartararo, Vinales dan Rossi semuanya setuju bahwa masalah terbesar yang harus dibenahi adalah inkonsistensi performa motor dari trek satu ke trek yang lain
Lalu apa yang harus dilakukan Yamaha ?
Yang pertama para insinyur harus membuat Yamaha M1 2021 tidak sensitif pada perubahan kondisi. Tapi bagaimana melakukannya ? inilah hal yang lebih sulit dalam hal peningkatan performa motor ketimbang hal hal seperti meningkatkan tenaga mesin ataupun performa dalam pengereman. Itulah mengapa Yamaha belum memecahkan masalah utama ini. Pada dasarnya ini membutuhkan keselarasan kerja yang baik pada semua area motor seperti ; mesin, elektronik, kekakuan sasis, geometri motor dan lain sebagainya
Mungkin cara yang paling mudah untuk keluar dari maslaah ini adalah Yamaha harus membangun replika motor dari versi 2019nya, yang mana motor ini membuat Morbidelli menjadi pembalap yang paling sering meraih podium ketimbang Quartararo, Vinales dan Rossi
Namun menurut aturan MotoGP tidak memperbolehkannya, karena ada perubahan aturan yang bertujuan untuk menurunkan biaya pabrikan dalam mengembangkan motor di tengah meningkatnya situasi pandemi Covid 19. Sepanjang musim 2021 para pembalap harus menggunakan spesifikasi mesin 2020nya. Masalahnya bagi Yamaha adalah sasis motor versi 2019 dan 2020 menggunakan ‘engine mounting’ yang berbeda, jadi mesin versi 2020 tidak akan bisa dipasang pada sasis versi 2019
Yamaha pasti telah menghabiskan banyak waktu untuk melihat dengan teliti motor juara dunia Suzuki GSX RR untuk mencari tahu bagaimana motor yang memiliki arsitektur dasar yang sama bisa menjadi motor yang jauh lebih konsisten dari trek satu ke trek lainnya
Baik motor Yamaha dan Suzuki keduanya mengandalkan kekuatan ban depan untuk masuk ke tikungan dengan cepat, memungkinkan kedua motor ini bisa memiliki corner speed yang tinggi, yang mana ini akan berdampak juga pada akselerasi yang cepat saat keluar tikungan. Tapi Yamaha harus bisa menghasilkan temperatur yang tepat pada ban depan motornya, bila tidak motor Yamaha tidak akan bisa cepat
Itulah kenapa para pembalap Yamaha harus bisa melakukan sesi kualifikasi yang sempurna agar bisa mendapat posisi start di barisan depan, dengan demikian mereka akan mendapat udara yang tidak panas di depannya yang berfungsi untuk menjaga suhu ban depannya tetap dingin.
Bukanlah suatu kebetulan bahwa semua kemenangan yang didapat Yamaha tahun lalu didapat setelah pembalapnya memulai balapan dari barisan depan. Namun bila pembalap Yamaha start di barisan tengah maka akan sangat sulit untuk kembali merangsek ke barisan depan, karena tekanan pada ban depan akan naik sekaligus temperaturnya, dan ini akan berakibat pada hilangnya kekuatan utama Yamaha yaitu di corner speed
Tentu saja terlepas dari semua hal yang sudah dibahas mengenai perbedaan kecil antara Yamaha M1 2019 dan 2020, sangatlah memungkinan bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar pada cara tim masing masing pembalap bekerja saat di lintasan. Contohnya, saat Morbidelli mengalami masalah pada tekanan bannya, hal ini juga dialami oleh para pembalap Yamaha lainnya. Di balapan pertama Valencia, Morbidelli mendapat posisi ke 8 saat kualifikasi, yang mana dia akhirnya tetap terjebak di barisan tengah, ini diakibatkan tekanan ban depannya melonjak dan dia harus puas finish di urutan ke-11. Minggu berikutnya dia berhasil mendapatkan pole position dan dia memimpin balapan dari awal hingga akhirnya memenangi lomba
Jadi apa yang membedakan antara Morbidelli dengan motor Yamaha M1versi 2019nya dan Quartararo, Vinales dan Rossi yang menggunakan motor Yamaha M1 terbaru ? mungkin saja perbedaan terbesarnya terletak pada pembalap dan kepala mekaniknya
Morbidelli adalah pembalap yang kalem dan mampu mempertahankan fokusnya ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana, ini berkebalikan dengan Quartararo dan Vinales, yang tampaknya sering kehilangan ketenangannya langsung ketika motornya kehilangan grip
Bila dilihat sikap Morbidelli di awal musim lalu. Dia terlihat marah saat Yamaha tidak memberinya motor Yamaha versi pabrikan, tapi di pertengahan msuim dia bisa mengubah emosi negatifnya menjadi ke arah positif
Kepala mekanik Morbidelli yaitu Ramon Forcada juga menjadi orang yang berperan penting dalam kesuksesannya tahun lalu. Mekanik asal spanyol ini telah bekerja dengan motor Yamaha YZR-M1 sejak tahun 2008, jadi dia sangat mengerti motor Yamaha melebihi siapapun, dan metode kerjanya solid, logis dan pragmatis. Inilah yang membuatnya seolah olah seperti Jeremy Burgessnya orang Spanyol
Perlu diingat juga bahwa Forcada pernah dipecat oleh Vinales, yang pernah menyalahkannya karena membuat motornya tidak bisa konsisten. Situasi seperti ini tentu menimbulkan motivasi tersendiri antara Morbidelli dan Forcada. Morbidelli bertekad untuk membuktikan bahwa Yamaha telah salah dalam menilai Vinales sebagai pembalap yang sangat bertalenta, sementara itu Forcada bertekad untuk membuktikan bahwa Vinales salah karena telah membuangnya. Situasi yang terjadi antara Morbidelli dan Forcada ini tentunya bisa memberikan dorongan kuat untuk menampilkan performa yang baik di lintasan
Forcada sangat menikmati bekerja dengan Morbidelli, karena ketenangannya ini sangat berbeda dengan sifat tempramental Vinales, ditambah lagi Morbidelli mau bekerja keras untuk meningkatkan gaya balapnya diatas motor Yamaha, sedangkan Forcada bekerja untuk menyempurnakan motornya
Kalian mungkin tidak akan terkejut saat melihat Morbidelli tidak marah saat Yamaha mengatakan padanya bahwa dia masih tetap akan menggunakan motor versi 2019 ketimbang diberi motor versi 2021
Beberapa orang akan menganggap langkah ini salah bila Yamaha masih tetap memberikan pembalap Italia ini motor lama di tahun ini, namun orang lain juga akan menganggap pilihan ini sangat tepat karena motor versi 2021 dianggap tidak lebih baik dari motor versi 2020
Morbidelli tentu saja mampu meraih gelar dunia MotoGP tahun ini dan itu akan sangat luar biasa bila MotoGP tahun ini dimenangkan oleh pembalap yang hanya mengendarai motor yang 2 tahun lebih tua dari para rivalnya.
Apakah ini pernah terjadi sebelumnya ? rasanya sulit untuk menemukan jawaban yang tepat kapan itu pernah terjadi…