Olahraga otomotif memang berbeda dengan cabang-cabang lainnya. Atlet balap mobil atau motor umumnya memakai setelan baju tertutup, dari ujung rambut sampai kuku.
Seluruh bagian tubuh harus terlindungi. Karenanya, mereka wajib mengenakan sepatu, baju, sarung tangan sampai helm yang sudah didesain dengan standar tinggi.
Tidak sampai disitu, kendaraan yang digunakan pun memiliki spesifikasi khusus, dari mesin hingga bodi diperhitungkan. Aspek lain yang tak kalah penting adalah sirkuit.
Salah satu yang ramai jadi perhatian baru baru ini adalah kecelakaan fatal yang dialami pembalap Formula 1 Romain Grosjean (baca: Roman Grozyon) di Sirkuit Internasional Bahrain.
Masalah keamanan trek pun kembali disorot. Balapan, apa pun itu, memang tak akan pernah 100 persen aman dari kemungkinan insiden. Namun risiko bisa diminimalkan.
Menurut arsitek Jarno Zaffelli, desain dan pembangunan sirkuit termasuk didalamnya. Aspek keselamatan wajib menjadi fokus utama ketika membuat sebuah trek balap. Tak ada yang tahu apa yang mungkin terjadi di dalam sirkuit. Para pembalap juga hampir pasti memiliki pendekatan berbeda dalam menghandle situasi di sirkuit. Karena itu, dalam membangun sirkuit perlu melihat persepsi pembalap saat nantinya mereka memakai sirkuit itu.
Sirkuit Mandalika yang berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat, masuk dalam rencana Dorna Sports sebagai salah satu tempat menyelenggarakan MotoGP 2021.
Kini, lintasan anyar tersebut berstatus reserve atau cadangan. Selain ajang MotoGP, Sirkuit Mandalika pun berpeluang menjadi salah satu tuan rumah World Superbike 2021.
Namun ada syarat yang mesti dipenuhi. Untuk bisa menggelar balapan, selain merampungkan pembangunannya, Sirkuit Mandalika harus lebih dulu lolos homologasi.
Lalu, apa sebenarnya homologasi itu? Bagaimana mekanisme dan prosedurnya sampai balapan dapat digelar? Apa saja standar yang wajib dipenuhi sebuah lintasan balap?
Dalam lingkup olahraga otomotif, homologasi merupakan proses penilaian semua aspek balap terhadap standar yang telah ditentukan guna mendapatkan lisensi atau izin.
Sertifikasi ini syarat penting yang dibutuhkan untuk menggelar balapan. Homologasi meliputi banyak hal yang perlu dipertimbangkan sehingga event berlangsung aman.
Proses homologasi dilakukan oleh organisasi tinggi yang terkait serta berwenang, dalam hal ini Federasi Automobil Internasional atau FIA dan Federasi Sepeda Motor Internasional atau FIM.
Dua otoritas tertinggi dalam olahraga otomotif itu akan menugaskan inspektor untuk melihat langsung kelayakan sirkuit. Semua akan dinilai sebelum menentukan hasil homologasi.
Promotor trek yang ingin mengajukan diri sebagai tuan rumah harus memenuhi syarat dalam pengajuan homologasi. Pihak pemohon harus melampirkan data sirkuit secara detail.
Dari desain, ukuran panjang dan lebar trek, jumlah tikungan, kualitas aspal, kerb, area run-off, dinding pembatas, panel penunjuk, sistem drainase, paddock hingga pusat medis.
Selain itu, lokasi sirkuit, jarak dengan pemukiman, kepemilikan tanah, ketersediaan hotel dan area parkir sampai kondisi lalu lintas dari dan menuju sirkuit juga jadi evaluasi.
Nantinya delegasi melakukan verifikasi seluruh data yang diberikan pihak pemohon dengan keadaan sebenarnya di sirkuit, apakah layak atau tidak untuk menjadi tuan rumah.
Inspektor bakal mengeluarkan laporan hasil pemeriksaan yang di dalamnya juga mencakup rekomendasi kepada pengelola sirkuit agar mendapatkan lisensi yang diinginkan.
Setelah itu, lisensi sirkuit keluar. Ini berfungsi untuk menetapkan kondisi di mana sirkuit dapat digunakan dan kategori kendaraan serta balapan yang bisa digelar.
FIM mengkategorikannya ke dalam enam tingkatan, grade A hingga F. Begitu pula dengan FIA, yang mengklasifikasikannya menjadi enam level, 1 sampai 6.
Sirkuit dengan grade A atau level 1 dapat digunakan untuk menggelar semua ajang balap. Sedangkan B-F atau 2-6 tidak bisa menyelenggarakan balapan Grand Prix atau GP.
Kedua organisasi kini telah berkolaborasi dalam menjaga standar keamanan sirkuit. Biasanya, level inspeksi serta homologasi bakal terus dikembangkan setiap tahun.